21. Pertahanan Goyah

121 12 0
                                    

1.
Malam itu Nazar bilang bahwa dirinya akan pergi besok pagi ke luar kota karena urusan kantor sebagai seorang istri Clara selalu mendukung pekerjaan suaminya dan pagi itu Nazar benar pergi ke stasiun kereta tanpa di antar Clara karena memang di karenakan Clara ada jadwal kampus pagi jadi dirinya tidak bisa mengantarkan suaminya.

Di kampus Clara merasa bosan dengan mata pelajaran kali ini bisa terlihat beberapa kali ia hanya menatap kosong bahkan menguap tanda dirinya mengantuk berat. Semalam memang dirinya begadang demi melayani suaminya, jadilah seperti ini.

Clara tersenyum bila mengingat kata romantis dan indah yang Nazar ucapkan di malam itu.

"Aku mencintaimu dan sampai kapanpun akan terus mencintaimu Clara."

"Cla.. Clara!"
"Eh Rizal,"
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, ketahuan dosen di katain gila kamu nanti." Clara tidak menanggapi, bibirnya mengerucut, sebal akan ucapan Rizal barusan.

Rizal memang selalu satu ruangan dengannya entah mengapa itu bisa terjadi sahabatnya yang lainnya jarang satu ruangan dengan Clara sedangkan Rizal tidak di jam kelas pagi ataupun sore selalu bertemu dengan Rizal.

Saat itu Rizal menatap Clara, Rizal sengaja mengambil jam kuliah sama dengan Clara, jangan katakan bahwa dirinya tidak tahu diri karena Clara sudah milik orang lain hanya saja waktu keadaan Clara masih sendiri. Tidak mungkin dirinya mengubah jadwal waktu kuliahnya sudah terlanjur Rizal pilih.

Katakan Rizal munafik, jika dirinya memungkiri selalu mencuri pandang ke arah Clara usahanya untuk move on sedang berjalan meskipun masih belum sempurna, perlahan Rizal pastikan dirinya  akan melupakan perasaanya pada Clara.

2.
Mata kuliah pagi ini selesai Clara sedang berada di kantin, ia berdecak kesal menatap ponselnya karena Nazar tidak menghubungi ataupun memberikan kabar. Bukankah pada saat sarapan Nazar berjanji jika sudah sampai stasiun kereta dia akan memberi kabar, nyatanya tidak ada.

"Boleh ikut gabung enggak?"
"Vinka kayak baru kenal aja," sahabatnyanya tertawa.
"Bercanda, lagian yah gue lihatin dari kejauhan lo murung mulu, enggak di kasih jatah jajan sama suaminya mba?"
"Apaan sih..," Clara lebih memilih membuka bukunya, menulis sesuatu sedangkan Vinka membuka laptop yang berlogo Apel separuh.

"Hufft... Bentar lagi menuju skripsi,"
"Emang kenapa Vin?"
"Capek gue enggak bisa bayangin pusingnya kagak gimana?"
"Enggak usah di pusingin tapi di kerjain,"
"Enak bener sih mulut lo kalau ngomong."

Vinka menatap Clara yang masih fokus menulis, membuat penasaran apa yang di tulis sahabatnya Vinka berinsiatif merebut buku yang di tangan Clara.

Hup! Berhasil buku di tangan Vinka, sang empu melotot tajam melihat tindakan sahabatnya barusan.

"Vinka! Balikin enggak?"
"Enggak sebelum gue baca isinya dulu,"
"Itu privasi gue,"
"Bentar pelit banget sih?"

Vinka membuka asal lembaran buku, menemukan kalimat, kamu berubah entah karena apa? Belum selesai membaca buku sudah di raih Clara.

"Siapa yang berubah Clara?"
"Rese lo!" Duduk kembali, menatap sebal sahabatnya.
"Jangan marah dong  gue kan cuman bercanda,"
"Bercanda sih bercanda tapi ini tuh privasi,"
"Iya gue tahu, kan lo udah punya laki makannya jadi privasi,"
"Tambah enggak nyambung aja ngomong sama lo."

Clara menyimpan bukunya rapat-rapat, memesankan makanan karena perutnya mulai kelaparan di tambah dengan moodnya yang mulai berantakan di karenakan Vinka.

Batagor pesanannya datang entah kenapa menatap batagor rasanya ia ingin mual dan merasa jijik. Vinka menatap heran ekspresi Clara menatap semangkuk batagor bukankah batagor di kantin ini adalah jajanan favorit Clara.

"Lo kenapa?"
"Nih buat lo aja, gue enek,"
"Tumben ya udah sini mumpung gratis mubazir kan kalau di buang," Vinka mengambil batagornya dan langsung melahapnya dengan santai.

3.
Perjalanan menuju Bandung membutuhkan waktu beberapa jam lebih. Mereka duduk satu kursi, bukan Nazar yang memesan tapi Kirana yang memesankannya. Nazar hanya diam, Kirana mencuri pandang namun terkadang dirinya alihkan menatap kaca melihat pemandangan yang menyenangkan.

Jika di hitung dengan waktu mungkin tidak akan bisa terhitung berapa jumlah waktu Kirana menunggu, waktu dimana Tuhan akan mempertemukannya kembali dengan orang yang dirinya cintai.

Pasalnya pria yang di cintai tidak mengingatnya sama sekali dan ini sangat menyakitkan sekali. Demi ingatan indah itu Kirana harus mengingatkannya tentang bagaimana masa lalu mereka berdua, ia sangat yakin jika Nazar mengingat kembali, Nazar juga akan kembali kepadanya sesuai janji Nazar dulu padanya.

Kirana menguap letih juga menahan kantuk sedari tadi mencoba mencari posisi paling nyaman untuknya tertidur, sulit. Menatap Nazar sebentar yang tengah fokus dengan laptopnya. Memberanikan diri menyenderkan kepalanya di bahu kanan Nazar berhasil membuat sang empu diam dalam aktivitasnya.

Nazar hanya melirik itu hanya beberapa detik selepas itu ia melanjutkan aktivitasnya membiarkan kepala Kirana menyender pada bahunya, mungkin dia lelah.

Ponselnya berdering meraih ponselnya.

"Kamu dimana? Sudah sampai mana, Hay, Jangan lupakan aku."

Sederet pesan dari Clara menyadarkannya akan kelinglungannya. Bodoh, ia menggerutuki dirinya sendiri kenapa tidak memberi kabar istrinya.

"Aku sedang ada di kereta, nanti jika sudah sampai aku hubungi kembali. Jaga dirimu baik-baik."

Beberapa detik kemudian.

"Syukurlah, aku mengkhawatirkan mu sedari tadi tidak ada kabar. Aku selalu menjaga diri dan hatiku dengan baik sayang," Nazar tersenyum membacanya.

"Aku juga akan menjaga hatiku sayang, jangan khawatirkan aku nanti aku lebih mengkhawatirkan mu."

Nazar melirik Kirana yang masih terpejam, ia mengambil bantal yang jadi tumpuan laptopnya ia mengalihkannya menaruh di pojok samping Kirana, memindahkan posisi Kirana tidur.

"Maaf." Nazar hanya mengucapkan kalimat itu, selepas itu melanjutkan obrolannya dengan Clara.

Kirana tersadar, siapa yang tidak sadar jika terlelap dengan nyaman dan secara beberapa menit merasakan perbedaan kenyamanannya ia melirik Nazar yang sedari tadi tersenyum dengan ponselnya.

"Kamu sudah makan?" beberapa detik kemudian.
"Belum,"
"Kenapa tidak makan siang?"
"Tidak lapar, rasanya enek semua kalau lihat makanan,"
"Kamu harus makan sayang. Jangan buat aku khawatir,"
"Iya nanti,"
"Jangan nanti tapi sekarang,"
"Iya sayang,"
"Jangan membuat suamimu khawatir,"
"Iya aku akan pesan makanan sekarang." Nazar tersenyum.

4.
Clara langsung memesan makanan yang berhasil mencuri perhatian Vinka bukankah sahabatnya tadi bicara bahwa rasanya enek kenapa sekarang memesan makanan lagi. Bahkan sekarang Clara tengah melahap sop ayam beserta nasinya dengan lahap.

•••

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang