1.
"Jangan terlalu di pikirkan,"
"Clara ngantuk ma, siapa juga yang mikirin Nazar," ujarnya sebal.
"Oh gitu,"
"Hem."Katakanlah saat ini Clara tengah mencoba melupakan Nazar mencoba dan mencoba tapi hasilnya ia malah jadi sangat merindukan Nazar saat ini hanya berangan sepi. Tidak ada cara lain, apakah ia harus menemui Nazar tapi itu tidak mungkin.
"Ma, Clara keluar bentar ya,"
"Kemana?"
"Jalan-jalan, pusing mikirin skripsi,"
"Mau mama temenin?"
"Enggak usah, Clara udah gede."
"Ya udah hati-hati ya,
"Iya."Clara berniat mencari udara segar di luar sumpek di dalam rumah yang hanya berteman sepi dan rindu sampai di sebuah kafe tempat biasa ia dan Nazar bertemu entah mengapa mobilnya secara tiba-tiba menuju ke tempat itu, mungkin hanya untuk melampiaskan rasa rindunya.
Saat itu juga retina matanya menangkap jelas seseorang yang duduk di meja paling pojok tengah sendiri seraya menyesap kopi.
"Nazar,"
Tanpa di sengaja Nazar juga menatapnya selepas itu dia berdiri berjalan menghampiri Clara yang kini tengah grogi setengah mati ini pertemuan pertamanya dengan Nazar yang bukan lagi amnesia.
"Hai Zar," bukannya membalas sapaannya justru Nazar menatap tajam Clara.
"Aku enggak nyangka sama kamu, kamu tega bohogin aku, kamu tega sembunyiin status Kirana dari aku, hanya karena kamu mencintai aku kamu sepicik itu, aku kecewa sama Clara!" tuturnya penuh emosi.
"Zar aku bisa jelasin,"
"Jangan sentuh aku! Aku enggak sudi kamu sentuh."Nazar pergi setelah mengucapkan kalimat panjang itu membuat Clara terdiam mematung seketika air matanya berhasil lolos.
Nazar membencinya.
Andai kamu tahu Zar ini sangat menyakitikan, aku kira kamu akan menyapa ku atau sekedar tersenyum. Nyatanya itu hanya khayalan kamu bukan Nazar suamiku yang sekarang kamu benar-benar Nazar yang dulu.
Nazar spontan mengucapkan kalimat panjang itu tanpa pemikiran matang sama sekali entah itu mengapa, rasa bersalah menyelinap dalam benaknya. Nazar dapat melihat jelas wajah sendu itu.
Ada apa dengan perasaannya sekarang?
Nazar butuh ibu Tiara, meskipun sering bolak-balik Bandung tapi dirinya tidak pernah berkunjung ke rumah panti sama sekali. Anak macam apa dirinya ini.
2.
Kelopak matanya mengerjap menatap langit-langit Salma tersenyum melihat putrinya telah siuman dari pingsannya."Ma,"
"Sudah jangan terlalu banyak bergerak, istirahat saja,"
"Ini dimana?"
"Rumah sakit,"Rumah Sakit ada apa dengan dirinya Clara kebingungan sendiri setah nya terakhir kali dia di kafe untuk pertama kali bertemu Nazar dan sekarang dia berada di rumah sakit.
"Ma, kenapa kita ada di rumah sakit?"
"Kamu pingsan,"
"Pingsan?"Clara ingat sekarang yah dia pingsan saat di kafe barusan kepalanya mendadak pusing sampai akhirnya dirinya limbung. Beberapa pengunjung yang melihat langsung membawa Clara ke rumah sakit.
Salma memperhatikan wajah pucat putrinya, kasihan entah apa yang harus ia katakan mengenai tentang keadaan Clara.
"Ma, Papa mana?"
"Papa lagi di ruangan dokter,"
"Oh,"Clara hanya termenung menatap langit-langit pikirannya kembali mengingat Nazar yang mungkin membencinya sekarang, tidak ada kesempatan lagi untuk dirinya bisa bersama Nazar. Katakanlah bahwa dirinya munafik karena masih berharap bisa bersama Nazar kembali.
Pintu terbuka menampakan Gunawan yang tengah menatap Salma dan Clara dengan wajah kusutnya. Entah apa yang harus ia rasakan sekarang senang atau kesal karena putrinya Clara harus menanggung beban.
"Apa kata dokter Pa? Apa dokter sudah memastikannya dengan benar?"
"Benar Ma,"
"Benar apanya Ma, Pa?" Salma dan Gunawan saling menatap satu sama lain, ia menghembuskan nafas beratnya."Kamu sedang hamil,"
"Apa aku hamil Pa?" Gunawan mengangguk.
"Aku hamil," katanya seraya memegangi perutnya yang masih rata.
"Iya kata dokter usia kehamilan kamu sudah berjalan 6 minggu." tutur Gunawan kembali.Clara terhenyak entah apa yang harus ia rasakan sekarang, ia harus menanggung semuanya sendiri.
Clara tidak ingin bersedih, Tuhan telah menitipkan kepercayaan kepadanya sebagai seorang ibu, yang membuatnya bersedih sekarang ialah tidak ada kehadiran Ayah untuk anaknya nanti.
"Aku bahagia Ma, Pa mendengar kabar itu dari dulu Clara selalu berharap bisa hamil dan sekarang Tuhan mengabulkannya,"
Gunawan tersentuh hatinya akan ketegaran sikap putri semata wayangnya itu, ia pikir Clara akan menolak kenyataan ini tapi sebaliknya.
"Papa dan Mama bangga sama kamu Clara, Jangan khawatir kita akan selalu bersama kamu. Kita bersama akan membesarkannya agar dia bisa tumbuh hebat seperti kamu," ujar Gunawan.
Inilah fungsi kedua orang tua mendukung apapun yang terjadi, selalu memberi ketegaran kepada anaknya.
3.
"Zar, lo udah tahu belum tentang?"
"Clara?"
"Lo udah tahu,"
"Gue udah enggak mau tahu tentang dia jadi gue mohon sama lo gan, jangan bahas tentang dia lagi," Nazar beranjak dari sofa pergi ke kamarnya.Gani masih diam di tempat, apa Nazar sudah mengetahui tentang Clara yang sedang hamil tapi dari mana Nazar tahu ia saja mengetahui tentang itu dari desas-desus di kantor hanya saja Pak Gunawan selalu bungkam, dia bukan seorang pemimpin yang bertindak gegabah, dia Pemimpin yang sangat baik di kantor.
Di Kamar.
Nazar hanya diam menatap ke pojok tembok hening sebenarnya dia panasaran dengan obrolan tadi mengenai tentang Clara hanya saja ia terlalu naif untuk hal itu. Sudah cukup tahu tentang Clara dan ia akan berusaha melupakannya.Mungkin secepatnya Nazar akan menggugat cerainya. Tapi, sebelum itu ia ingin membicarakan semuanya dengan ibu Tiara bagaimana pun dia sudah Nazar anggap seperti ibu kandungan sendiri.
4.
Clara sedang berada di kantor Papanya menemui Papanya barusan saat di koridor ia tanpa sengaja berpapasan dengan seseorang yang kini tengah menatapnya balik bahkan menghampirinya."Hay senang bisa bertemu denganmu langsung jadi kamu yang namanya Clara,"
"Iya ada apa?"
"Kenal kan aku,"
"Aku sudah tahu kamu Kirana,"
"Sudah ku tebak kamu sudah tahu nama kamu, Hmm.. aku lupa maaf tidak bisa terlalu banyak mengobrol pacar ku pasti sudah menunggu lama karena hari ini kami akan bertemu. Kamu tahukan pacarku siapa?" tanyanya."Nazar," ucapnya setelah itu pergi berlalu begitu saja.
Dahi Clara bergelombang mendengar perkataan Kirana tidak ada yang bertanya dan ia sendiri yang menjawabnya dasar wanita aneh.
Clara santai tidak ingin berlebihan lagi pula bukan sifat Clara yang terlalu berlebihan ini bukan sinetron yang bertemu dengan pelakor lalu saling berjambak, berkelahi, mengumpat atau menghina.
Berbicara buruk tidaklah baik untuk kehamilannya.
•••
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Amnesia (END)
FantasyTidak mudah bagi Nazar untuk mendapatkan semuanya, Nazar hanya ingin menjadi orang yang di hargai dalam hidupnya. Hidup sebatang kara, yatim piatu dan hidup penuh hinaan dan cacian. Nazar mencintai kirana seorang perempuan berkarir, hidup yang ber...