4. Pesta

115 13 0
                                    

1.
Pesta yang diadakan keluarga Gunawan sangat mewah dan megah beberapa kolega besarnya berdatangan bahkan seluruh karyawan kantornya Gunawan undang.

Pesta menyambut kedatangan putrinya Clara dan juga memperkenalkan putrinya kepada seluruh para koleganya dan para karyawannya.

Clara berjalan bersama kedua orang tuanya menyambut para tamu, memakai gaun berwarna merah yang sangat terlihat anggun dan cantik, bahkan para anak dari kolega ayahnya yang ikut datang bersama kedua orang tuanya menatap intens kecantikan Clara.

"Gue harus bisa dapatin hatinya." katanya seraya meminum jus anggur yang ia pegang.

Nazar datang bersama Gani, memakai kemeja dan jas berwarna hitam yang beberapa hari yang lalu di belikan Clara untuknya.

"Wah Zar, ini pesta acaranya mewah banget ya pasti banyak makanan,"
"Iya,"
"Acara apaan sih?"
"Penyambutan kedatangan anaknya Pak Gunawan yang baru aja pulang dari luar negeri,"
"Keren lo Zar bisa jadi salah satu karyawannya," tutur Gani.

Dari sudut kanan wanita bergaun merah itu Clara tersenyum melambaikan tangannya ke arah Nazar yang di balas senyuman manis dari lawannya.

"Siapa Zar?" tanya Gani penasaran.
"Anaknya Pak Gunawan," ucapnya.
"Cantik banget ya." Gani terpesona.

Masih saling tersenyum, Clara mulai celingukan pria paruh baya itu menghampiri dirinya dan kedua orang tuanya bukan hanya sendiri bersama pria yang sepertinya anak dari bapak tersebut.

"Apa kabar Pak Gunawan,"
"Baik Pak Andre,"
"Perkenalkan ini anak saya Harry,"
"Halo Om," sapanya dengan tersenyum seraya melirik Clara.
"Ah, Pak Gunawan apakah ini putri anda?
"Iya dia putri saya, Clara ini Harry anak dari Pak Andre teman sekaligus kolega di kantor Papa," ujar Gunawan memperkenalkan keduanya.

Clara tersenyum ramah seraya berjabat tangan Harry sengaja mempererat pegangannya terpaksa Clara melepaskannya dengan susah paya.

"Clara,"
"Harry, senang berkenalan denganmu." ucapnya seraya mengedipkan matanya.

2.
Gunawan memberikan sedikit sambutan setelah itu acara di mulai dengan ramai.

Clara sedikit risih dengan Harry pria yang baru saja dirinya kenali, dia terus saja berusaha mengajaknya mengobrol. Malas berdiri terus menerus dengan Harry, ia harus mencari alasan pergi demi menghindari Harry.

Disini Clara temukan Nazar yang tengah menikmati makanan dan minuman yang di sajikan, sengaja Clara mengamati Nazar dari belakang seraya tersenyum. Nazar yang sadar di perhatikan ia menengok kebelakang, terkejut mendapati Clara.

"Clara,"
"Hay Zar,"
"Sejak kapan kamu?"
"Berdiri disini?"
"Iya,"
"Dari tadi,"
"Ngapain?"
"Merhatiin kamu makan," katanya dengan polos.

Nazar tersenyum mengambilkan minuman untuk Clara.

"Manis rasanya," kata Clara.
"Kayak kamu," celetuk Nazar.

Katakan saat ini Clara tengah menyembunyikan rona merah di raut wajahnya andai rembulan menyinarinya tepat di wajahnya mungkin saat ini Nazar dapat melihat langsung rona merah itu.

Nazar tersenyum, melihat ekpresi Clara padahal dirinya hanya berbicara asal tidak ada maksud apapun, tapi Nazar mengerti wanita mana yang tidak senang di puji.

Gunawan masih menatap putrinya dari kejauhan tawa sumringah dari bibir sang putri menunjukan kebahagiaan, tidak salah dirinya mempercayai Nazar.

"Pak Gunawan,"
"Iya Pak Andre, kenapa,"
"Apakah pria yang bersama putri anda adalah kekasihnya?"
"Ah itu, bukan dia karyawan kepercayaan saya namanya Nazar,"
"Kepercayaan?"
"Iya,"
"Hati-hati Pak dengan karyawan zaman sekarang, mereka banyak bermain api di belakang kita," tutur Andre seperti mencibir.
"Saya rasa Nazar bukanlah karyawan yang suka bermain api,"
"Iya semoga aja." lirikan mata tajam Andre perlihatkan menatap lurus pria bernama Nazar itu.

"Pak Gunawan," ucapnya lagi.
"Iya,"
"Anak saya Harry itu dia sedang menyelesaikan pendidikannya di universitas ternama di Jakarta, Harry juga akan menjadi pewaris tunggal semua aset saya," ujarnya dengan bangga.
"Oh iya semoga saja putra anda bisa menjadi penerus yang baik,"
"Oh jelas tentu putra saya sangat baik, apakah Pak Gunawan tidak berniat ingin menjodohkan putri bapak dengan putra saya? Saya yakin Harry pasti bisa membahagiakan putri anda," tuturnya kembali.

"Ah Pak Andre saya bukan tipe orang tua yang ingin ikut campur urusan percintaan anak saya,"

"Biarkan anak saya yang menentukannya siapa yang dia inginkan, lagi pula putri saya masih sangat muda, dia masih harus banyak menikmati masa mudanya," sambung Gunawan dengan baik.

"Oh begitu ya,"
"Iya Pak, maaf saya harus ke depan sebentar menemui istri saya,"
"Iya silahkan Pak."

Punggung Gunawan mulai menjauh, sengit rasanya saat Andre berbicara dengan seorang penjabat yang terlihat begitu arogan seperti Gunawan.

"Sombong sekali, lihat saja nanti." ucap Andre dalam benaknya.

3.
"Makasih ya udah mau datang ke pesta aku,"
"Enggak usah bilang makasih, ini kan permintaan Pak Gunawan kepada seluruh karyawannya,"
"Jadi kamu kesini terpaksa karena permintaan Papa begitu?"
"Bukan begitu, maksud ku,"
"Ah, tidak apa-apa aku mengerti, aku rasa, aku harus menjumpai teman-teman ku yang lainnya." ujarnya dengan nada sedikit kecewa.

Clara pergi, Nazar merasa bersalah, ia rasa apa yang dia ucapkan tidak salah tapi mengapa sepertinya Clara seperti marah padanya, jika memang benar salah sepertinya dirinya harus minta maaf.

Sekarang Clara bersama sahabatnya yang datang ke acara pesta Rizal, Vinka dan Ogun. sahabat masa kecilnya. Clara masih kesal menatap Nazar dari kejauhan, ia baru mengetahui ternyata Nazar datang ke acara pesta ini hanya karena undangan ayahnya bukan karena dirinya.

Ada apa ini mengapa Clara menjadi sensitif seperti ini bukankah Nazar bukan siapa-siapanya.

"Clara kamu kenapa?"
"Eh, Vin. Aku enggak kenapa-napa kok,"
"Beneran?"
"Iya,"
"Clara, gimana rasanya pindah ke Indonesia?" timpal Rizal.
"Senang, senang banget,"
"Syukurlah,"
"Ogun," ia menatap Vinka.
"Apa?"
"Dari tadi lo makan mulu, disini ada Clara tanyain ke gimana kabarnya atau apa gitu,"
"Udah Vin enggak apa-apa, Gun lanjutin aja,"
"Clara baik-baik aja, tuh buktinya dia aja lagi berdiri sama kita yang enggak baik itu lo marah-marah mulu," celetuknya.
"Hih! Dasar toge!" umpat Vinka kesal.

Clara senang bisa berjumpa kembali dengan sahabat-sahabatnya sangat senang, dari kejauhan ia bisa melihat seorang pria menghampirinya, malas rasanya melihat pria itu kembali. Kalau boleh Clara ingin mengusirnya dari acara pesta ini.

••••
Thank For Reading
Jangan Lupa Voment
❤❤

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang