11. Datting

87 13 0
                                    

1.
10 Bulan kemudian.
Nazar masih dalam masa amnesianya namun dirinya tidak memperdulikan hal itu yang Nazar tahu dirinya saat ini nyaman bersama Clara semua perhatian yang wanita itu berikan sangat berarti baginya.

Dari saat dirinya satu atap dengan Clara, wanita itu benar-benar menepati janji merawat Nazar dengan baik, mencoba membantu Nazar untuk mengingat semuanya bahkan satu bulan yang lalu mereka berdua pernah pergi ke bandung hanya untuk mencoba memulihkan ingatan Nazar namun hasil nya nihil.

On Flashback.

"Ini rumah siapa?"
"Ini rumah panti, tempat tinggal kamu sebelum kamu merantau ke Jakarta?'
"Panti? Memangnya apa aku tidak mempunyai orang tua?"
"Jika di ceritakan itu panjang sebaiknya kamu jangan mengingat itu dulu, ingat hal-hal kecil terlebih dahulu saja ya,"
"Kenapa?"
"Aku enggak mau lihat kamu kesakitan lagi,"
"Aku enggak akan kesakitan lagi, karena perawat cantik ini selalu jagain aku." katanya menatap Clara.
"Jangan gombal dulu deh," ia mencubit pinggang Nazar.

Menjauh dari Nazar lebih memilih duduk di kursi panjang tempat anak-anak panti bermain. Nazar ikut duduk di samping, menatap lebih dalam.

"Jangan tatap aku!"
"GR,"
"Nazar," Clara memukul lengan Nazar.
"Ah," Nazar memegangi kepalanya.
"Zar, kamu kenapa?"
"Sakit,"
"Mana yang sakit?" ia menyentuh dahi Nazar.
"Disini yang sakit," Nazar menunjukkan pipinya, disentuhnya oleh Clara, Nazar tersenyum.
"Disini?" Nazar mengangguk.
"Ah disini juga," ia menunjuk tepat di jantungnya.
"Disini?" Nazar mengangguk seraya tersenyum, Clara sadar Nazar sedang berpura-pura, ia mencubit gemas pipi Nazar.
"Ah sakit,"
"Rasain,"

Clara menjauh namun terhenti karena langsung di peluk Nazar, ia tersentak. Kedua pipi itu saling bersentuhan Nazar memejamkan matanya degup jantung Clara berdegup cepat.

Off Flashback.

Nazar masih memeluk erat pinggang Clara dari belakang, Clara terdiam.

"Nazar kapan kamu akan melepaskan pelukan ini? Papa udah nungguin kamu di bawah,"
"Sebentar saja,"
"Lepas enggak, kamu belum mandi! Tugasku hanya membangunkan kamu, cepet sana mandi jangan membuat Papa menunggu dan membuat aku kesiangan datang ke kampus!" tutur Clara.
"Baiklah tunggu aku di bawah," ia melepaskan pelukannya dan berlari ke arah kamar mandi tapi langsung berlari kembali ke arah Clara, ia mencium pipi Clara singkat membuat sang empu terkejut.
"Nazar!"

Nazar tertawa dari dalam kamar mandi.

Nazar memang sudah tinggal bersama dengan keluarga Gunawan karena Gunawan sendiri sudah menganggap Nazar seperti anak laki-lakinya bahkan Gunawan tidak memungkiri kedekatan Nazar dengan putrinya sekarang

Tentang ingatan Nazar dia masih dalam keadaan amnesia, tapi Nazar tidak ingin mempermasalahkan amnesianya itu, dia sudah lelah mencoba mengingat tapi sangat susah untuk mengingat biarlah ingatannya pulih sendiri.

Lagi pula orang-orang yang menyayanginya selalu bersamanya, dan ibu Tiara juga tidak ingin memaksakan Nazar untuk mengingat Kirana bukan karena sengaja ingin menjauhkan Nazar dari Kirana karena Nazar sendiri yang menolak untuk mengingat semuanya.

2.
Nazar mengoleskan cokelat begitu banyak ke roti tawar dengan penuh semangat sedangkan Clara hanya diam melongo melihat cokelat pekat yang di oleskan ke dalam roti tawar itu, ia menelan ludah.

"Zar, aku bisa sakit gigi itu cokelatnya terlalu banyak,"
"Biar enak, jangan cuman cantik percuma kalau enggak manis,"
"Nazar.. nazar," Salma geleng-geleng kepala melihat wajah Clara yang merajuk.
"Ini spesial ku buatkan untuk kamu, harus dan harus di makan," Clara manyun melihat roti yang berisikan cokelat begitu banyak di dalamnya.
"Sini aku suapi ayo buka mulutnya," Clara menerima suapan mengunyahnya dengan pelan.
"Sudah ayo cepat habiskan makanan kalian,"
"Papa dan Nazar ada meeting penting hari ini." kata Gunawan.

Setelah selesai sarapan Nazar mengantarkan Clara ke kampusnya terlebih dahulu, banyak mahasiswa yang menatap keduanya di parkiran Nazar selalu menjadi pusat perhatian karena visualnya yang semakin tampan.

"Semangat belajarnya,"
"Semangat kerjanya."

Nazar melambaikan tangan di sertai senyum termanisnya begitupun juga dengan sebaliknya, kiss fly Nazar berikan untuk Clara yang di balas dengan senyuman.

Clara rasa Nazar memang sudah benar-benar berbeda tidak saat mereka masih berteman, tidak bukankah mereka masih berteman hanya saja sikap Nazar yang akhir-akhir ini berbeda terlalu posesif pada Clara dan ia mau menerima sikap itu.

Nazar ingat saat dirinya sudah di perbolehkan bekerja di perusahaan Gunawan dirinya di sambut meriah oleh para karyawan lainnya padahal jabatannya saat itu masih biasa saja dan sekarang dirinya naik jabatan kembali karena progres kerja Nazar sangat baik dirinya menjadi Manager utama di perusahaan itu hal yang sangat membagakan dan tentang temannya Gani saat itu Nazar masih tidak mengingat tentang Gani tapi perlahan ia menerimanya dan masih berkawan baik.

"Nazar bagaimana dengan proposalnya? Apa kamu sudah membuatnya?"
"Sudah Pak,"
"Ok, kalau begitu ayo kita masuk ke ruang meeting."

Meeting kali ini sangat serius penentuan apakah G.S.C group harus dapat memenangkan tender ini dan hasilnya mereka berhasil memenangkannya berkat presentasi yang Nazar bawakan menyakinkan perusahaan Anthereas group mempercayakan sahamnya di G.S.C group.

Gunawan bangga dengan hasil kerja Nazar sangat baik, ia tidak salah dengan kepercayaan yang dirinya berikan.

Ting!
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" Nazar tersenyum membaca pesan dari Clara.

"Berhasil."

Ini yang Nazar suka, mengobrol bersama Clara apalagi saat berdekatan dengannya.

"Benarkah? Wah selamat bapak Nazaruddin ku tunggu traktiran mu,"

"Baiklah nona Clara akan ku berikan hal yang spesial untuk mu, lihat saja nanti."

3.
Malam itu Nazar menyiapkan semuanya dirinya sudah mempersiapkan kencan terbaik untuk dirinya dan Clara bahkan tempat makan ini sudah di sewanya. Lengkap semuanya, Clara datang bersamanya cukup takjub melihat dekorasi yang sangat indah bukan hanya indah ini sangat lebih ke romantis.

Banyak bunga yang bertebaran di lantai, lilin yang menjuntai di samping karpet merah menambah kesan manis.

Nazar mempersilahkan Clara untuk duduk, "Nazar kamu nyiapin semua ini?" Nazar mengangguk.

Makan malam romantis mereka lakukan dengan saling pandang, bahkan Nazar tidak segan-segan memberikan gombalan-gombalan yang menurut Clara pernah ia baca di internet tapi jika Nazar yang berbicara langsung berhasil membuatnya malu seperti kepiting rebus.

"Kamu cantik lebih cantik dari pada bidadari di angkasa,"

"Jangan suruh aku untuk menghitung rumus matematika karena itu sulit lebih sulit lagi mendapatkan hati kamu,"

"Tolong beritahu ayahmu terimakasih telah membantu ibu mu membuatmu mu dengan baik."

"Bilang nazar itu tampan makannya kamu nyaman,"

"Ayo berdansa dengan ku," katanya seraya mengulurkan tangannya.

Mereka berdansa berdua mengikuti alunan lagu yang di putar ini benar-benar di luar ekspektasi Clara, ada apa dengan jantungnya yang selalu berdegup kencang tidak seperti biasanya begitu juga dengan Nazar.

Pria itu sangat tampan malam ini bahkan saat berdansa dengannya pun, ia  tidak pernah lepas menatap wajah tampan milik Nazar berhasil membuatnya membisu. Izinkan Clara menghentikan waktu saat ini karena malam ini dirinya benar-benar ingin bersama Nazar.

••••
Thanks
Happy Reading
JanLup Voment
❤❤

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang