13. Dilema

90 15 0
                                    

1.
Nazar masih mencoba jas hitamnya sesekali ia menatap wajahnya di cermin kali ini Nazar mengakui wajahnya memanglah tampan. Dan kali ini Clara tenga mencoba gaunnya yang menurutnya sangatlah indah dan terasa pas di tubuhnya. Saat ia menatap diri di cermin dari belakang Nazar tengah tersenyum kearahnya.

"Nazar," menatapnya balik.
"Kamu ngapain di ruangan ini? Ini tempat ganti perempuan," Nazar hanya tersenyum.
"Emang enggak boleh apa?"
"Jelas di larang, udah sana keluar," bukannya keluar Nazar memilih memeluk Clara dari belakang.

"Nazar,"
"Sebentar saja," menatap balik wajah Nazar lebih dekat, hidung keduanya bersentuhan, sedikit lagi.

"Ehem," Nazar tersenyum kecut, deheman itu berhasil keduanya membuka mata dan terkejut melihat siapa yang berdehem mba si pemilik toko.

"Maaf mba Clara harus mencoba gaun keduanya," Nazar mengangguk, Clara tertawa jahil.

Mengelus pipi Nazar mengatakan sesuatu, "Sabar ya sayang." Nazar tersenyum.

Nazar rasa ini memang bukan waktunya, waktunya adalah ketika Clara sudah benar-benar menjadi miliknya dan itu tinggal menghitung hari. Nazar sibuk dengan ponselnya membalas satu persatu pesan dari teman kantornya yang mengomentari postingan Nazar di whatsappnya ber-selfie mengenakan jas hitam, termasuk Nadine yang ikut berkomentar juga.

Nadine pernah mengatakan perasaan pada Nazar namun sayangnya Nazar menolaknya tepat saat itu dirinya sedang bersama Clara. Mendapat penolakan yang menyakitkan dari Nazar, Nadine mulai membencinya bukan Nazar yang Nadine benci melainkan Clara beruntung Clara adalah seorang anak dari atasannya jika tidak mungkin Nadine sudah melakukan sesuatu.

2.
Mereka berdua kini sedang berada di taman menikmati sore hari dengan berjalan-jalan.

Mereka tidak pernah berpacaran, Nazar rasa cinta yang hakiki adalah ketika seorang laki-laki berani mengajaknya ke dalam ikatan yang suci seperti pernikahan.

Mungkin memang tulang rusuk Nazar ada pada diri Clara, bukankah tulang rusuk laki-laki hilang satu dan tulang rusuk satu itu pada diri wanita yang di takdirkan untuk bersamanya.

"Kenapa?" Clara bertanya karena sedari Nazar bertingkah aneh tersenyum sendiri.
"Enggak, enggak kenapa-napa,"
"Aneh,"
"Tapi mau,"
"Mau apa?"
"Menikah denganku." Clara geleng-geleng kepala.

Seseorang datang menghampiri mereka berdua, tidak dia tidak ingin menghampiri Nazar dia hanya ingin menghampiri Clara.

"Harry," dia Harry ingat dengan pria yang ada di pesta penyambutan kedatangan Clara.
"Ngapain kamu ada disini?"
"Clara ini taman semua orang berhak untuk kesini bukan,"
"Udah deh mendingan lo to the point ngapain lo kesini, kalau bukan ada niat sesuatu kan?" Nazar mulai emosi.
"Sabar Pak Nazar enggak usah ngegas dong,"
"Harry kamu ada perlu apa?"

Harry tampak sedang berpikir keras seraya tersenyum melirik Clara.

"Aku dengar kalian akan menikah?"
"Kamu tahu dari mana?"
"Clara siapa sih yang enggak kenal sama seorang Pak Gunawan yang terkenal dengan seorang pengusaha sukses? Semua orang tahu itu dan termasuk kamu anak semata wayangnya," ujarnya
"Iya Clara akan menikah dengan gue lalu kenapa?"

Harry tertawa membuat Clara kebingungan bukan hanya Clara termasuk Nazar juga bingung dengan tawa Harry.

"Kamu yakin mau nikah sama pria amnesia ini?" Clara diam.
"Clara pria ini amnesia sewaktu-waktu bisa saja dia ingat semuanya, dan boom! Kamu pasti tahu kan apa yang terjadi," Clara masih diam mencerna semua kalimat Harry.

Nazar semakin geram ia mendorong Harry untuk menjauh.

"Mendingan lo pergi dari pada lo disini cuman membuat suasana jadi berantakan," Harry tersenyum menatap Clara dari jauh yang masih diam menatap mereka berdua.

"Clara kamu harus ingat, dia pria amnesia." berteriak menekan setiap kata seakan memberi gertakan pada Clara, setelah itu Harry pergi.

Nazar menghampiri Clara yang masih di tempat berdiam diri, Nazar yakin Clara pasti sedang memikirkan perkataan Harry barusan, ia memberikan pelukannya untuk Clara.

"Aku tahu kamu pasti sedang memikirkan ucapan Harry barusa nkan," Clara hanya diam di dalam pelukan Nazar.

"Kamu harus percaya, aku enggak akan pernah berubah sekalipun ingatan ku kembali nanti, aku janji itu tidak akan terjadi," Clara menatap Nazar dalam.

"Zar sesuatu bisa terjadi nanti," katanya.
"Dengarkan aku?" ia menatap Clara, "Hilangkan pikiran buruk itu, aku mencintaimu dan sampai kapan pun aku akan tetap mencintaimu," ujarnya seraya memeluk lebih erat Clara seakan memberitahu bahwa dirinya tidak ingin wanita itu pergi.
"Ku mohon jangan pernah merubah jawabanmu, ku Mohon hilangkan pikiran buruk itu,"
"Tunggu," Clara melepaskan pelukan erat Nazar.
"Kenapa?"
"Dulu kamu pernah menangis hanya karena suatu masalah? Aku enggak tahu masalah apa itu, tapi saat itu aku melihat kamu menangis sangat terpuruk, apa kamu ingat itu, kamu menangis dalam keadaan hujan-hujanan, kamu ingat?" Nazar kebingungan.
"Aku tidak ingat, sudah lupakan masalah itu, itu dulu dan itu masa lalu, itu tidak penting!" katanya menyangkal.
"Tapi Zar,"
"Clara ku mohon, jangan berpikiran buruk, kita akan segera menikah, jadi ku mohon jangan berpikiran buruk dan jangan mencoba mengingatkan aku tentang masa lalu yang sulit untuk ku ingat," Clara mengangguk.
"Sebaiknya kita pulang."

Nazar benar sebentar lagi dia dan Nazar akan menikah tidak mungkin Clara mengingatkan Nazar pada masa lalunya buktinya sampai sekarang Nazar sulit untuk mengingatkan masa lalunya.

Di dalam mobil mereka hanya diam bahkan sepertinya pohon jauh lebih tampan dari pada Nazar, saat ini Clara lebih suka menatap pepohonan itu di bandingkan dengan Nazar yang sedari tadi meliriknya. Bahkan saat ini Nazar yakin Clara dalam keadaan ke dilema memikirkan perkataan Harry barusan.

Nazar meraih tangan Clara yang sedari tadi meremas dress miliknya, ia menatap hanya dua detik selepas itu fokus pada pepohonan kembali

Sampai di rumah Clara langsung masuk tanpa mengajak Nazar untuk bermain hanya mengatakan "Terimakasih," itu saja.

Mereka sudah tidak tinggal satu rumah ia hanya berharap Clara tidak merubah jawabannya.

3.
Malam ini terasa sunyi, Clara tenga berdiri di balkon kamarnya menatap langit-langit yang memperlihatkan rembulannya.

Seharusnya sore itu saat pulang dirinya tidak mendiami Nazar, ia sangat yakin Nazar pasti berpikir yang tidak-tidak. Tapi perkataan Harry berhasil meracuni pikirannya bagaimana jika suatu saat nanti Nazar mengingat semuanya tapi bagaimana pun juga dirinya juga menginginkan Nazar sembuh.

Sudahlah Clara tidak ingin membahas sesuatu yang tidak mungkin terjadi, ia percaya apapun yang terjadi di dunia ini sudah jadi rencana Tuhan. Clara harus menghubungi Nazar.

"Halo,"
"Nazar,"
"Iya, kamu kenapa?"
"Maaf seharusnya aku tidak mendengar kan perkataan Harry,"
"Tidak apa-apa yang terpenting sekarang kita berdua fokus sama pernikahan kita nanti aku enggak mau kalau sampai calon istri ku bermata panda hanya karena memikirkan hal yang enggak akan mungkin terjadi," tuturnya.

Clara tertawa, "Nah gitu dong, ketawa jangan diam aja,"
"Iya tenang saja, aku enggak akan bermata panda,"
"Aku kesel,"
"Kenapa?"
"Waktu di mobil kamu diemin aku, masa calon istri diemin calon suaminya,"
"Iya-iya maaf deh,"
"Enggak mau,"
"Kok gitu sih?"
"Harus ganti rugi, karena udah berani-beraninya diemin calon suami,"
"Ganti ruginya gimana sih calon suamiku?"
"Cium,"
"Hah cium?"
"Iya cium enggak boleh?"
"Boleh, tapi kan,"
"Nanti kalau udah sah," Nazar terkekeh.
"Nazar,"
"Apasih sayang?"

Obrolan itu berlanjut sampai larut malam, Clara berjanji tidak akan lagi berpikiran buruk tentang suatu saat nanti, dan Nazar berjanji tidak akan pernah berubah rasa cintanya, sekali mencintai dia selamanya akan mencintai.

••••
Thanks
Happy Reading
Jangan lupa Voment
❤❤❤

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang