30. Bangkit

151 9 0
                                    

1.
Sudah berkali-kali Nazar bertemu dengan Gunawan hanya ada penolakan bahkan sekarang Gunawan menyuruhnya untuk berhenti mencari keberadaan Clara karena itu percuma tapi Nazar ia terus berusaha.

Gani ia tidak mengetahui kejadian ini karena ia tengah bertugas di luar kota Nazar tidak ingin menganggu aktivitas Gani tunggu sampai temannya itu pulang.

"Aku mau minta maaf Pak, Bu. Saya mohon maafkan saya," Gunawan menghela nafasnya.

"Saya dan istri saya sudah memaafkankan mu dan sebaiknya kamu pulang saya tidak bisa memberitahu keberadaan Clara terhadap kamu berikan waktu untuk Clara,"
"Tapi... "
"Aku mohon pengertian kamu zar, kamu lupa? dulu bukan kah kamu pernah meminta kepada Clara waktu untuk berpikir? Jadi, sekarang berikan waktu juga untuk Clara,"
"Baik, Pak saya mengerti maaf telah mengganggu waktunya,"

Nazar Kembali kerumahnya. Mungkin ini memang sudah akhir dari semuanya tidak ada kesempatan baginya untuk memperbaiki kembali kehidupannya.

Kedua orang tua Clara mungkin sudah sangat membencinya mereka juga tidak akan mungkin menerima Nazar kembali, bagaimana dengan Clara apa ia juga sangat membenci dirinya.

2.
London, Now.
Clara tidak membenci Nazar sama sekali justru ia masih mencintai suaminya itu hanya saja keadaan saat ini tidak memungkinkan. Bahkan sekarang Clara berpikir mungkin Nazar sudah bahagia disana dengan Kirana, kepergiannya ini memang benar-benar membawa kebaikan bagi semuanya.

"Clara... Clara... "

Teriakan dari bawah menggema berhasil membuat lamunan Clara terpecah, ia segara menghampiri sumber suara ternyata Omanya.

"Oma?"
"Kamu sudah minum susu?" Clara menggeleng cepat, "Kamu ini bagaimana apa kamu tidak kasihan dengan calon anak mu itu hah?" Clara menggeleng cepat meraih susu buatan Omanya, menegaknya hingga habis.

"Kamu ini jangan terlalu banyak murung tidak baik untuk ibu hamil,"
"Iya Oma,"
"Kamu merindukan suami mu itu yah?"
"Tidak Oma,"
"Hey, jangan bohong Oma tahu kamu sedang merindukannya,"
"Jangan bahas dia Oma, Clara mau ke kamar mau istirahat,"
"Clara... "

Clara memang keras kepala, Oma dan Opanya sudah tahu mengenai kehamilan Clara mereka juga sudah tahu permasalahan rumah tangga cucunya. Sangat di sayangkan cucunya itu tidak bisa mengontrol emosinya, pergi jauh bukanlah jalan keluar dari semua permasalahan justru memperkeruh masalah. 

3.
Gani beberapa kali melirik Nazar sedari tadi mengajaknya berbicara tidak di respon sama sekali, bahkan saat ini Nazar sangat mirip dengan patung yang hanya diam.

Bukannya temannya pulang di sambut dengan senang malah di sambut dengan kemurungan.

"Zar lo kenapa sih diem mulu dari tadi gue ngajak lo ngobrol," Nazar masih bungkam.
"Zar masalah Kirana atau Clara?" tatapan Nazar kosong, berhasil membuat Gani frustasi.

Temannya satu ini benar-benar sudah mirip patung gila rambut yang tak disisir rapi, baju yang sepertinya tidak ganti-ganti.

"Zar kau ini aneh, dulu saat Clara ada di Indonesia kau campakkan sekarang dia pergi jauh ke London kau jadi gila seperti ini," ujarnya kesal

Nazar menatap Gani, dimana ada kata yang berhasil membuat Nazar terkejut mendengarnya.

"London," Gani Mengangguk kaget.
"Lo udah sadar zar?"
"Dari mana lo tahu kalau Clara pergi ke London?"
"Gue enggak sengaja nguping pembicaraan Pak Gunawan sama istrinya saat di kantor," jawabnya.

Nazar bergegas menaiki tangga yang berhasil membuat Gani melongo seketika. Gani mengikuti Nazar sampai di kamarnya Nazar memasukan beberapa bajunya ke koper.

"Zar lo mau kemana?"
"London,"
"Hah ngapain?"
"Nyusul Clara!"
"Lo udah sadar,"
"Gue udah sadar dari awal,"
"Bagus deh sono lo cepet perjuangan cinta lo, bentar lagi kan lo bakalan jadi seorang Ayah." Nazar yang tadinya akan menutup kopernya terhenti mendengar kata 'seorang ayah,' yang di ucapkan Gani barusan.

"Seorang Ayah?"
"Iya, Clara lagi hamil,"
"Lo bisa tahu dari mana?"
"Pak Gunawan tapi lo jangan bilang-bilang ya tahu dari gue,"
"Sejak kapan lo tahu tentang itu?"
"Sejak dulu, sejak lo enggak mau tahu tentang Clara lagi jadi ya gue diam aja percuma juga kan gue cerita? Lo kan udah enggak mau tahu tentang Clara," tuturnya mengingatkan pada Nazar yang bersikap egois kemarin hari.

Nazar terhenyak di kasur lemas tubuhnya begitu banyak yang ia tidak ketahui bahkan mengenai kehamilan Clara. Jika ia tahu dari awal mungkin ia akan menerima Clara meskipun dirinya saat itu masih tidak percaya akan pernikahannya.

Terlalu banyak meminta waktu untuk berpikir membuat semuanya tersingkir.

4.
Pesawat.. keesokan harinya Nazar langsung pesan tiket untuk keberangkatannya ke London dan sekarang ia sudah berada di pesawat berharap secepat mungkin pesawat tiba di London tidak terasa kantuk menyerangnya.

Menghabiskan waktu berjam-jam sampai di bandara internasional London, ia kebingungan tempat dimana Clara berada mengapa ia bisa sebodoh ini. Menanyakan kepada Gani ia hanya menjawab bahwa Nazar dan Clara pernah berbulan madu tapi Gani tidak tahu dimana.

"Ah.. "

Nazar frustasi kemana sekarang ia harus pergi terpaksa Nazar memilih penginapan di salah satu daerah masih dekat dengan Bandara.

"Clara.. kamu dimana beri aku petunjuk. Ah! Kenapa aku sulit untuk mengingat."

Nazar menggertuki dirinya sendiri sepanjang di penginapan Nazar tidak bisa tidur, ia terus berusaha mengingat namun hasilnya Nihil. Kali ini kepala Nazar sudah tidak mengalami kesakitin lagi apabila ia mencoba mengingat.

Nazar ingat.

"Bukankah Clara dulu pernah tinggal dan sekolah di London dia tinggal bersama kakek dan neneknya tapi.. tapi aku tidak tahu alamat rumah mereka ya Tuhan." ujarnya sendirian.

Dasar bodoh! Nazar mengumpati dirinya sendiri percuma punya otak jika sulit untuk mengingat.

5.
Nazar keluar berencana mencari makanan di salah satu restoran yang dekat dengan hotel tempat ia menginap sampai di sana ada seseorang yang menyapanya tapi Nazar tidak mengenalinya.

"Hay Nazar,"

••••

Tbc

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang