1.
"Kamu ingat?"Nazar menggelengkan kepalanya, menandakan ketidak ingatannya ia tidak ingat sama sekali. Kirana menghembuskan nafas beratnya, berbalik memunggungi ia memejamkan matanya berharap Tuhan memberikannya keajaiban.
Mereka berdua sedang berada di tempat biasa mereka berdua berpacaran yaitu di taman.
"Sebaiknya kita pulang ke penginapan, hari sudah mulai sore." ujar Nazar.
Kirana berjalan lebih dulu tanpa menatap pria itu sama sekali, katakanlah hati Kirana saat ini tengah melemah tapi Kirana berusaha menyembunyikannya.
Sampai di penginapan kamar mereka bersebelahan, Kirana langsung menutup pintu dan berlalu begitu saja, Nazar hanya diam.
"Kamu ingat?"
Nazar masih mengingat kalimat yang di ucapkan Kirana, wanita itu sangat terlihat berharap Nazar mengingat sesuatu dan katakan sebenarnya kepala Nazar terasa sangat sakit ketika mencoba mengingat dan saat itu hanya ada bayangan hitam di kepalanya seperti dua pasangan yang tengah saling bercanda tawa.
Nazar merebahkan tubuhnya, letih rasanya baru saja selesai dalam perjalanan di kereta. Kirana langsung mengajaknya ke tempat yang dinamakan taman itu, ia menatap langit-langit kepalanya mulai terasa berat, semuanya menjadi hitam dan gelap.
2.
"Nazar..,"Gedoran pintu menggema membuat sang tuan yang tengah tertidur pulas terbangun dari tidurnya, menatap sekeliling ternyata hari sudah pagi dan sore itu dirinya tertidur begitu saja, selelah itukah dirinya kemarin.
Nazar menarik handle pintu sudah mendapati Kirana di depannya, mtanya menyipit.
"Ada apa?"
"Kamu ini sedang apa di dalam tidur apa mati?"
"Tidur,"
"Selama itu," Nazar menggeleng cepat.
"Ini ku bawakan makanan, makanlah dari kemarin sore kamu belum makan setelah makan kita akan mengunjungi tempat lagi," katanya
"Iya oke thanks untuk makanannya." ia menerima makanannya selepas itu menutup pintu kembali, Kirana rasa sikap Nazar benar-benar sangat dingin.Beberapa menit kemudian mereka sudah berada di depan parkiran.
"Kita mau kemana?"
"Sudah ayo, ikut saja."Mereka memasuki taksi, di dalam mobil seperti biasa hanya ada keheningan tidak ada pembicaraan beberapa menit kemudian sampai di tempat yaitu danau, cukup banyak orang yang berlalu lalang.
"Tempat apa ini?"
"Tempat biasa kita menghabiskan waktu di hari minggu,"
"Benarkah?"
"Iya,"
"Ikuti aku, akan ku tunjukan sesuatu."Nazar menurut mereka berjalan menuju ke sebuah ayunan. Kirana duduk di ayunan sedangkan Nazar hanya menatap heran.
"Biasanya kamu yang mengayuni aku,"
"Maksudnya,"
"Kamu yang dorong."Nazar mendorong ayunan yang di duduki Kirana dan saat itu Kirana tampak bahagia walaupun Nazar yang sekarang tidak terlalu banyak bicara.
Tunggu! Nazar melihat senyuman itu, kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Pikirannya mencoba mengingat sesuatu ia melihat ada Kirana di sana dan senyuman itu sangat terlihat bahagia.
"Argghh... "
"Nazar, kamu kenapa?" yang di tanya hanya diam seraya memegangi kepalanya.
"Jangan di paksakan untuk mengingat, jangan Zar." kepalanya berdenyut hebat, semuanya membuyar dan gelap seketika.Nazar pingsan.
3.
Kirana masih memberikan minyak angin di hidung Nazar dari satu jam yang lalu pria itu masih belum sadar juga membuatnya semakin khawatir kalau Kirana tahu seperti ini dirinya tidak akan memaksa Nazar lagi untuk mengingat."Kirana... Kirana..,"
"Nazar bangun, Nazar ini aku,"
"Kirana.. kepala ku terasa sakit,"Nazar bangun dari pangkuan Kirana menatap sekelilingnya.
"Kamu enggak kenapa-kenapa kan? Apa kepalanya masih sakit?"
"Tidak,"
"Apa yang kamu ingat?"
"Kamu, senyuman kamu," Kirana tersenyum haru, "Tapi tidak sepenuhnya,"
"Tidak apa-apa kita bisa mencobanya lagi nanti."Mendengar Nazar mengingat dirinya walaupun hanya senyuman membuatnya bahagia, Kirana selalu berharap semoga Nazar cepat mengingatnya dengan sempurna.
3 Jam mereka lalui dengan beberapa tempat yang Kirana tunjukan dan itu berhasil membuat kepalanya terasa berat sampai di titik dimana Kirana mengucapkan kalimat.
"Ayah ku tidak menyetujui hubungan kita tapi kamu selalu berusaha menyakinkan Ayah tentang kesungguhan kamu terhadap hubungan kita dan kamu pernah berjanji akan kembali jika waktunya telah tepat."
Seketika Nazar mengingat sesuatu mengingat dimana seorang pria paruh baya menghina dirinya. Hinaan itu memenuhi kepalanya terasa sakit tapi ia mencoba memaksakan untuk mengingat, semakin di paksa untuk mengingat semakin kepalanya terasa sakit.
4.
Sudah berapa kali Clara bolak-balik kamar mandi mungkin ini kesekian dan kian kalinya terasa ingin muntah tapi saat di muntahkan tidak ada yang keluar sama sekali. Badannya mulai terasa tidak enakan, rumah besar itu terasa sepi hanya ada pembantu dan dirinya.Bahkan sekarang Nazar tidak menghubunginya sama sekali tidak hari ini. Terakhir kali mereka komunikasi hanya saat Nazar di dalam kereta.
Salma sudah sampai di rumah menantunya, ia memasukinya begitu saja mendapati Clara yang sedang duduk bersandar di sofa.
"Sayang,"
"Mama, kok kesini enggak bilang-bilang?"
"Bi rum bilang kamu lagi enggak enak badan katanya,"
"Enggak kok mah cuman mual aja,"
"Kita ke dokter ya?"
"Enggak ma, aku cuman butuh istirahat aja,"
"Jangan di sepelekan sayang,"
"Aku cuman butuh istirahat aja kok ma,"
"Ya sudah kalau gitu, kamu istirahat ya."Clara tidak pernah berubah selalu bersikap keras kepala dan Salma bisa apa dia hanya bisa mengalah percuma saja berdebat dengan putrinya itu tidak berhasil kecuali dalam keadaan yang sudah benar-benar mendesak.
5.
"Aku mengingat semuanya,"Dua jam yang lalu Nazar mengatakan hal itu berhasil membuat Kirana senang dan bahagia. Nazar sempat pingsan kembali, terpaksa karena khawatir Kirana membawanya ke rumah sakit saat sadar Nazar mengatakan kalimat itu.
Note! Saat itu, saat dimana ingatannya mulai ingat semua dan satu hal yang membuatnya kebingungan mengapa Kirana mengatakan dirinya sudah menikah dengan seorang wanita yang sudah dirinya anggap sebagai sahabat sendiri.
Bagaimana bisa pernikahan itu terjadi dan apa yang sudah terjadi sebenarnya.
•••
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Amnesia (END)
FantasyTidak mudah bagi Nazar untuk mendapatkan semuanya, Nazar hanya ingin menjadi orang yang di hargai dalam hidupnya. Hidup sebatang kara, yatim piatu dan hidup penuh hinaan dan cacian. Nazar mencintai kirana seorang perempuan berkarir, hidup yang ber...