10. Musibah

89 11 0
                                    

1.
Matanya terbuka pelan menatap langit-langit kepalanya mendadak terasa pusing. Beberapa orang tersenyum kepadanya bahkan sekarang ada yang berlari keluar berteriak, "Dokter Nazar sudah sadar.. dokter!"

Dokter berkacamata itu memeriksanya seraya tersenyum, ia kebingungan dengan orang-orang yang di sekitarnya.

"Nazar,"

Dia Clara wanita yang pertama kali memberanikan diri bersuara nadanya sedikit serak terlihat dirinya seperti habis menangis.

"Kalian siapa?"

Clara terkejut bukan-bukan hanya  Clara yang terkejut tapi ibu Tiara, Gunawan dan Salma juga tak kalah terkejutnya.

"Nazar ini aku Clara dan ini ibu Tiara ibu panti kamu, ini Papa dan ini Mama aku," Clara memperkenalkan satu persatu dengan rintikan air matanya.

Kepala Nazar semakin terasa sakit, bayangan tidak jelas melintas di kepalanya, "Aku tidak kenal kalian," katanya seraya memegangi kepalanya,"Ah sakit, aku tidak kenal dengan kalian dan siapa Nazar?" ujarnya dengan memejamkan matanya.

"Dokter tolong jelaskan ada apa dengan keadaan Nazar," tanya Gunawan penasaran.
"Pak Gunawan sepertinya akibat benturan yang terlalu keras di kepala Pak Nazar membuat Pak Nazar kehilangan ingatannya atau biasa di bilang beliau mengalami amnesia," ujar dokter berkaca mata itu.
"Amnesia?" ucap Clara tidak percaya.
"Nazar..,"
"Sebaiknya pasien jangan terlalu di paksakan untuk mengingat terlebih dahulu biarkan ingatan kembali dengan perlahan," saran dari dokter.

Semua yang ada di ruangan tidak percaya Nazar mengalami amnesia bahkan sekarang Clara tengah menangis menyesali tindakannya andai saja dirinya tidak so baik kepada Nazar dengan cara menyuruhnya untuk menyelesaikan masalahnya semuanya tidak akan terjadi seperti ini.

2.
Malam itu Nazar di bawah rumah sakit oleh beberapa warga yang menemukan Nazar di dalam mobil yang mungkin dalam hitungan menit akan meledak terbakar beruntung warga langsung mengeluarkan Nazar dari dalam mobil dan segera membawanya ke rumah sakit.

Beruntung warga menemukan dompet di saku Nazar yang di dalamnya ada berikan satu kartu nama milik Gunawan, ia memberikan ke pihak rumah sakit yang segera mungkin menghubungi nomer yang tertera.

Setelah mendapat kabar tersebut Gunawan langsung menghubungi Clara takut terjadi apa-apa dengan putrinya dan ternyata Clara baru tahu kabar itu dari sang ayah. Clara langsung ke rumah sakit tapi sebelum ke rumah sakit ia menghubungi ibu Tiara terlebih dahulu karena mengenai hal ini bagaimana pun juga keluarga Nazar hanya ibu Tiara saja.

Dan saat itu Clara melihat dengan jelas tubuh Nazar terbaring di ranjang kepalanya berdarah, ia menangis beruntung kedua orang tuanya sudah datang dan dengan sigap Clara di tenangkan mamanya tapi percuma saja wanita itu masih saja terus menangis dan sampai akhirnya keesokan harinya Nazar sadar dalam keadaan tidak mengingat siapapun.

3.
"Apa sebelumnya aku kenal sama kamu?"
"Sudah jangan di pikirkan, sekarang kamu makan dulu ya," Nazar mengangguk, wanita itu menyuapinya dengan telaten sedih rasanya karena Nazar belum juga mengingatnya.

"Ini minumnya Zar,"
"Namaku?"
"Nazar,"
"Nazar?"
"Iya Nama kamu Nazar,"
"Oh, jadi Nama ku Nazar kalau  kamu namanya siapa?"
"Aku Clara"
"Clara,"
"Iya Nazarrudin."
"Nazarrudin itu siapa?"
"Itu nama panjang kamu, lagi amnesia juga masih aja nyebelin ya," celetuk Clara
"Siapa yang nyebelin?"
"Kamu,"
"Aku?"
"Iya udah jangan banyak ngomong makan dulu di habisin buburnya."

Clara pikirannya mencoba mencerna terbesit bayangan tidak jelas menampakkan danau, tapi tidak terlalu jelas berhasil membuat kepala Nazar sakit kembali.

"Ah," keluhnya seraya memegangi kepalanya.
"Kamu kenapa?"
"Kepala ku sakit,"
"Biar aku panggil kan dokter," Clara berdiri namun berhenti karena pergelangannya di cekal tangan Nazar.

"Jangan, aku hanya butuh istirahat,"
"Serius?"
"Iya."

Clara membantu Nazar membaringkan tubuhnya, kasihan melihat keadaan Nazar yang sekarang ia berjanji akan membantu Nazar sembuh dan mengingat kembali ingatannya dengan bagaimanapun caranya.

4.
Kirana masih mengurung dirinya di dalam kamar, tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa walaupun berkali-kali Ayahnya mengetuk pintu tapi tidak di gubris sama sekali.

"Kirana kamu harus makan buka pintu mu. Sudah jelas-jelas pria itu tidak mencintai mu dia sudah mempunyai kekasih lain," ujar Anton.

"Enggak yah, Nazar bukan pria yang seperti ayah pikirkan," teriaknya dari dalam.

"Jangan membelanya karena percuma! Kamu dan dia tidak akan pernah bersatu sekarang lebih baik kamu buka pintu kamar kamu dan seger makan!" ujarnya.

"Kirana enggak mau makan yah,"
"Ya sudah terserah kamu, mau makan atau tidak terserah kamu biar sekalian mati." sarkasnya semakin emosi.

Anton pergi turun kebawah kesal kepada putrinya sangat susah di atur padahal Anton hanya ingin putrinya bahagia dengan pria yang menurutnya bisa membahagiakan Kirana.

5.
Gunawan menyarankan Nazar pindah ke rumah sakit yang ada di Jakarta agar mendapatkan perawatan yang intens karena alat-alat di rumah sakit yang di bandung kurang memadai dan ibu Tiara menyetujui saran itu selagi Nazar di jaga dengan baik.

"Saya dan keluarga saya sudah menganggap Nazar seperti anggota keluarga saya sendiri jadi ibu Tiara jangan khawatir kami akan menjaganya dengan baik," tutur Salma.

"Saya percaya pada Pak Gunawan dan Bu Salma kalau demi kebaikan Nazar tidak apa-apa. Saya harap Nazar bisa lekas sembuh secepatnya," ucap ibu Tiara.
"Semoga ya Bu."

Gunawan menyiapkan semuanya dari surat-surat persetujuan pemindahan sampai barang-barang yang harus di bawa ke Jakarta. Nazar hanya bingung mengapa dirinya harus di pindahkan setelah Clara memberinya penjelas Nazar mengerti.

Nazar kali ini sudah semakin dekat dengan Clara, itulah sebabnya kenapa Nazar hanya mau mendengarkan penjelasan dari Clara tidak dengan yang lainnya.

Bagi Nazar dekat dengan Clara mempunyai rasa kenyaman tersendiri di tambah dengan perhatian yang Clara berikan kepadanya.

••••
Thanks For Reading
JanLup Voment
❤❤❤

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang