26. Ingat

169 16 2
                                    

Jika yang pertama dia maka jadikanlah aku yang pertama juga, hapus tentang dia dan ingat aku.

***

1.

Clara sudah mengetahui tentang kepergiannya saat di Bandung bukanlah untuk bekerja melainkan untuk hal yang lain dan saat ini dirinya harus di hadapkan langsung dengan Clara. Mata sendu itu bisa Nazar lihat lebih dalam, genangan air mata ia tahan berusaha tersenyum kuat mungkin.

"Maaf harusnya aku enggak berbohong sama kamu," Clara tersenyum picik, ia mengalihkan pandangannya ke penjuru kamarnya.

"Kamu enggak perlu minta maaf, Kamu enggak salah.. aku yang salah," Nazar menggelengkan kepalanya.
"Enggak Clara ini semua murni aku yang salah,"
"Sekarang kamu udah ingat semuanya?" Nazar menggelengkan kepalanya.
"Belum sepenuhnya," ia tersenyum mengatur nafasnya perlahan.

"Aku berharap semoga ingatan kamu secepatnya pulih kembali, jangan menyerah yah." Clara lagi-lagi mengalihkan pandangannya menyembunyikan kesedihan di matanya.

Hari itu juga Nazar semakin penasaran tentang masa lalunya, di tambah dengan Clara yang telah mengizinkannya untuk mengingat kembali lebih dalam tentang masa lalunya.

Satu persatu mulai Nazar coba mengingat menghabiskan waktu bersama Kirana tanpa ia sadari caranya ini menyakiti seseorang yang sedari tadi menahan diri berusaha tegar.

"Nazar berhak untuk mengingat,"
"Iya gue tahu tapi hati lo yang tersakiti,"
"Gue enggak kenapa-kenapa kok,"
"Gue bingung sama hati lo itu terbuat dari apa sih sampai sekuat itu mengizinkan suami lo sendiri buat menghabiskan waktunya bersama wanita lain," Clara tersenyum mendengarnya.

Menatap Vinka seraya tersenyum sahabatnya satu ini sudah terlalu banyak bicara tentang hal ini, padahal ia hanya butuh di dengarkan saja.

"Vin, aku hanya manusia biasa Tuhan yang sudah membuat rencana, kita hanya bisa bersabar jalani semuanya," katanya sambil mengambil totebagnya, "Gue pulang duluan ya." ujarnya lagi.

Jika boleh di izinkan untuk bercerita mungkin semuanya benar hatinya yang tersakiti dengan semua ini tapi keputusan yang dulu ia ambil resikonya sudah di depan mata, biarlah Tuhan yang menyusun semua skenario hidupnya.

Tidak ada gunanya banyak bicara ataupun berkeluh kesah, nikmati saja apa yang semuanya telah terjadi.

Sampai di rumah seperti biasa keadaan hening, di selimuti sepi, hanya ada senyum dari seorang wanita paruh baya yaitu Bi Rum pembantu di rumahnya sekaligus temannya berbagi keluh kesahnya.

"Sudah pulang non?" Clara mengangguk.
"Bi Rum, aku keatas dulu ya,"
"Enggak makan dulu non?"
"Nanti aja bi."

Bi Rum tahu bagaimana keadaan rumah tangga pasangan muda itu, dulunya diiringi keharmonisan namun semuanya sirna.

2.
"Sekarang aku ingat semuanya,"
"Kamu benar-benar mengingatnya?"
"Iya, aku ingat Kirana."

Pelukan hangat yang di nanti akhirnya tersalurkan kepada sang empu.

Beberapa minggu ini Nazar mencoba mengingat semuanya melalui Kirana, menghabiskan waktu bersama bahkan mereka sering bolak-balik ke Bandung hanya demi mengingat semuanya dan hasilnya terbayarkan.

"Aku senang kamu mengingat aku kembali Zar, berjanjilah kalau kamu enggak akan ninggalin aku lagi,"
"Iya itu pasti aku janji." katanya.

Setelah itu Nazar bergegas menuju rumahnya dulu yang di huni Gani sekarang. Sampai disana Gani tengah duduk di ruang tengah menatap senang Nazar, ia tahu tentang Nazar yang ingin mengingat masa lalunya kembali.

"Gan, gue ingat semuanya,"
"Alhamdulillah," ucapnya.

Pelukan hangat Gani berikan rasa haru dan senang bercampur mengingat bagaimana perjuangan sahabatnya untuk mengingat kembali.

"Gue bahagia karena gue udah ingat sama Kirana, gue ingat semuanya," Gani terdiam, mencoba merangkai kata dengan baik.

"Bagaimana dengan Clara Zar?" giliran Nazar yang terdiam, bingung harus menjawab apa rasanya sudah berubah entah mengapa.

"Gue enggak tahu gan,"
"Dia istri lo Zar,"
"Tapi semuanya berbeda gan,"
"Enggak ada yang beda zar yang beda cuman sekarang lo udah ingat semuanya tapi bukan berarti perasaan lo udah berbeda juga, cukup ingatan lo aja yang lupa tapi perasaan jangan di sangkut pautkan," tuturnya mengingatkan.

"Gue butuh waktu,"
"Lo harus selesain masalah lo Zar, jangan menundanya." Nazar mengangguk.

Malamnya seperti biasa hanya ada sepi di rumah besar ini Clara hanya diam tak ada yang ia kerjakan sampai skripsinya ia lupakan begitu saja, ia menatap jam Diding menunjukkan pukul 20:25 WIB tapi suaminya belum pulang jua. Clara tersenyum sendiri menggerutuki otaknya yang mulai bodoh bukankah Nazar sudah tidak pulang dari 3 minggu yang lalu dan sekarang dirinya menunggunya lagi.

"Dasar bodoh." katanya mengupat sendiri.

3.
Tidak kuasa menahan air matanya tangisnya pecah di pelukan sang Ayah begitupun juga dengan sebaliknya, kenyataan yang Clara harus tahu tentang Nazar yang sudah mengingat semuanya tapi tidak dengan dirinya dan perasaannya dulu.

Wajah tua itu terbasahi air mata, menatap sendu putri semata wayangnya.

"Pulang lah Nak, jika sudah tidak ada yang bisa membuat bahagia izinkan Papa membahagiakan kamu seperti dulu lagi," Clara memeluk Ayahnya lebih dalam.

"Jangan menangis nak, itu akan semakin membuat hati papa sakit,"
"Papa..,"
"Pulanglah, pintu rumah selalu terbuka untukmu." Clara mengangguk.

Saat itu juga semuanya berubah Clara memutuskan untuk kembali bersama kedua orang tuanya sudah cukup waktu untuk menunggu pulang Nazar.

Jika memang dirinya dan Nazar di takdirkan untuk bersama, Tuhan akan menuntun Nazar pulang kepadanya. Tapi, Jika tidak Tuhan sudah menyiapkan rencana yang lebih baik untuk kehidupannya yang lebih baik lagi.

4.
"Zar,"
"Hem?"
"Kamu kenapa si? Makanannya enggak enak ya?"
"Enak kok,"
"Dari tadi kamu ngelamun terus, kenapa?"
"Enggak kenapa-kenapa,"
"Mikirin kerjaan, kalau kamu mau aku bisa minta Arthur masukin kamu ke perusahaan aku kerja biar kita bisa bersama terus,"
"Enggak usah biar itu jadi urusan aku,"
"Ya udah senyum dong." Nazar tersenyum paksa.

Ada yang gundah dalam diri Nazar semenjak semuanya pulih semuanya terasa beda, seperti ada rasa kehilangan entah itu apa.

Pengecut! dirinya pantas di katakan itu semenjak mengingat Nazar belum bertemu sama sekali dengan Clara, bahkan dirinya sudah tidak masuk kerja tanpa kabar kepada Gunawan yang sangat berjasa kepada dirinya.

Satu hal yang membuat Nazar tidak ingin bertemu Clara, wanita itu membohonginya, di balik semuanya, di ingat percakapannya dengan Gani waktu itu.

"Apa Clara tahu bahwa Kirana pacar gue dulu Gan?"
"Iya, Clara tahu,"
"Lalu kenapa dia mau menikah dengan seseorang yang amnesia dan sudah mempunyai kekasih, kenapa Clara tidak mengingatkan ku waktu itu,"
"Bagaimana mau mengingatkan zar, lo aja enggak pernah mau mendengarkan." Nazar masih tidak percaya.

"Zar jangan salah paham, gue yakin Clara punya alasan sendiri kenapa dia menyembunyikan tentang Kirana,"

"Karena dia ingin memiliki Nazar seutuhnya dan karena dia ingin aku dan Nazar terpisah hanya dengan ikatan pernikahan dia ingin mengikat Nazar bersamanya."

Saat itu juga Kirana datang ke rumah membuat keduanya tercengang dan Nazar percaya akan opini Kirana barusan.

Nazar tidak habis dengan jalan pikiran Clara pada saat itu, hanya karena cinta dan rasa ingin memiliki dirinya dia tega menyembunyikan tentang Kirana padanya saat ia mengalami amnesia.

•••

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang