3. Gadis Manja

162 15 0
                                    

1.
"Clara," teriakan menggema di depan pintu kamarnya, wanita itu masih saja dengan aktivitasnya di kamar mandi masih mengkramas rambut panjangnya seraya berdendang ria. Bagi Clara membersihkan tubuh adalah salah satu aktivitas yang sangat wajib baginya.

Salma telah menyiapkan sarapan sedangkan Gunawan masih setia duduk di meja makan menunggu putri kesayangannya.

"Ma, Clara kok lama sekali ya?"
"Papa kayak enggak tahu Clara aja kalau udah di kamar mandi paling lama," ujarnya seraya memberikan piring pada suaminya.
"Siapa yang paling lama Ma?" tanya Clara seraya menuruni anak tangga.
"Kamu paling lama,"
"Ih Mama enggak lama kok," ia mengambil duduk di samping Gunawan.
"Udah ayo kita sarapan."

Menatap semua makanan yang ada di meja makan berhasil membuat cacing di perutnya berdemo. Clara langsung menyantap makanan buatan mamanya itu, rasanya benar-benar enak sangat enak.

Kedua orang tuanya tersenyum melihat Clara makan dengan lahapnya.

2.
Seperti biasa Nazar masih bergelut dengan pekerjaan amanahnya, beberapa karyawan menatapnya salut dengan kerajinan Nazar yang datang lebih pagi di kantor bahkan Nazar juga tidak segan ikut membantu satpam membukakan gerbang.

Wanita itu menghampiri Nazar seraya meletakan secangkir kopi panas di meja, ia tersenyum mendapat balasan senyuman dari Nazar.

"Terimakasih, perasaan aku minta OB yang buatin kenapa Mba yang nganterin?"
"Panggil aku Nadine dan jangan pakai Mba,"
"Oh iya Nadine."
"Selamat bekerja Nazar." katanya seraya mengedipkan sebelah mata kirinya.

Nazar tersenyum tanda tanya aneh melihat gelagat dari mba karyawan yang baru saja memberitahu namanya Nadine itu.

Nadine salah satu karyawan pegawai resepsionis di kantor, tingkahnya sedikit kurang baik terkenal sebagai wanita suka gonta-ganti pria, bahkan Nadine juga tidak segan mendekati para karyawan baru yang menurutnya terlihat  keren dan tampan seperti Nazar.

3.
Bandung, Now.
Sesekali wanita itu menatap layar ponselnya menampilkan gambar dirinya dan kekasihnya. Rindu, andai saja Nazar bisa di hubungi tapi tidak bisa nomornya sudah tidak aktif entah apa yang membuat nomornya sudah tidak aktif. Tapi dia percaya bahwa Nazar tidak akan pernah berpaling darinya, Nazar bukan tipe pria seperti itu dia pria yang baik, Kirana tahu itu, Kirana akan tetap percaya pada Nazar.

4.
"Pa, Clara ingin jalan-jalan, keliling kota Jakarta cuman sebentar saja,"
"Kamu ini kan baru aja beberapa hari di Jakarta, nanti kalau kamu tersesat gimana?"
"Clara udah pernah sendirian pergi Pa, tapi enggak tersesat kok,"
"Oke gini aja Papa akan suruh anak buah Papa untuk nemenin kamu,"
"Enggak mau, aku enggak mau,"
"Enggak ada kata penolakan kamu tunggu saja di rumah nanti ada yang jemput kamu."  sambungan terputus.

Clara menyesal kalau saja dirinya tidak menuruti ide ibunya untuk meminta izin terlebih dahulu pada ayahnya mungkin dirinya sudah keluar rumah dengan bebas, kini ia tengah menatap sebal ibunya.

"Sudah nurut aja sama Papa,"
"Mama." rengekannya.

5.
Ah sial.
Anak buah Gunawan tidak ada yang bisa di andalkan terpaksa Gunawan harus menyuruh orang lain tapi siapa.

Ketukan pintu terdengar setelah mengizinkan pria itu masuk seraya membawa beberapa map meletakan di meja Gunawan, ia menatap intens pria yang ada di hadapannya sedangkan yang di tatap kebingungan.
"Nazar,"
"Iya Pak,"
"Duduklah terlebih dahulu," Nazar duduk sedikit gugup berhadapan langsung dengan atasannya.
"Saya ada tugas untuk kamu, saya harap kamu tidak menolaknya,"
"Saya tidak akan menolaknya Pak, tugas apapun yang Pak Gunawan berikan adalah kewajiban untuk saya," ujarnya dengan patuh.
"Bagus."

Gunawan mengutarakan tugas yang harus di laksanakan Nazar, Nazar cukup tertegun mendengarnya, ia kira tugas yang di berikan tugas berkaitan dengan pekerjaan kantor. Nazar malah di tugaskan menjaga putrinya tapi ia tidak dapat menolaknya.

"Ini kunci mobil kantor, kamu boleh membawanya, jaga putri saya baik-baik saya percayakan tugas ini sama kamu," ujar Gunawan serius.
"Baik Pak, saya permisi."

Nazar bergegas menuju alamat yang tertulis di kertas secarik warna putih itu, Oh iya, Nazar bisa mengemudi mobil karena sewaktu di Bandung ia sering menjemput antar para anak panti menggunakan mobil dinas panti. Jadi, Nazar sudah terbiasa mengendarai mobil.

Sampai di tujuan Clara menatap intens Nazar, Papanya itu benar-benar menyebalkan katanya anak buah ini malah karyawan kantornya. Clara menatap ponsel mendapat pesan dari Papanya.

Nazar Tersenyum, "Ayo berangkat Non," katanya.

"Kita mau kemana?" kata Nazar.
"Udah berangkat aja dulu, oh iya jangan panggil aku, Non ya, kamu kan karyawan di kantor Papa bukan Pak sopir." kata Clara dengan baik.

Nazar salut anak dari atasannya itu ternyata ramah tidak seperti di sinetron yang ada di TV. Bahkan sekarang Clara mengambil duduk di jok depan bukan di jok belakang layaknya seorang tuan, Nazar menatapnya bingung.

"Kenapa? Ayo jalan,"
"Iya,"
"Enggak usah bingung kayak gitu udah santai aja, anggap aja kita ini teman oke?"
"Iya."

Sesekali Clara memberikan pertanyaan kepada Nazar dan sekarang keduanya semakin terbiasa dan satu yang Clara tahu Nazar pria yang sangat murah senyum.

"Jadi kamu dari Bandung?"
"Iya,"
"Ah, kapan-kapan kamu ajakin aku ke Bandung ya, udara di Bandung pasti sejuk,"
"Iya bila ada waktu," tanpa mengalihkan pandangannya. "Sudah sampai." ucapnya.

Mall tempat tujuan Clara karena memang dirinya perlu berbelanja, padahal pakaian di lemarinya sudah sangat penuh tapi masih saja kurang biasa anak sultan.

6.
Nazar masih menemaninya, membuntuti dari belakang sesekali Clara menanyakan baju yang ia pilih apakah cocok atau tidak dan Nazar hanya menjawab 'cocok dan bagus,' tidak ada kata yang lain.

Clara membawa Nazar ke toko tempat khusus pakaian pria, Nazar bingung dengan maksud Clara. Nazar pikir mungkin Clara ingin memberikan kado pakaian untuk kekasihnya.

"Bagus enggak Zar?"
"Bagus,"
"Cobain deh,"
"Maksudnya?"
"Iya kamu cobain kemejanya,"
"Iya-iya,"

Nazar menurutinya memakai kemeja berlengan panjang berwarna tosca, sangat pas di badannya dan saat melihat harga yang tertera berhasil membuat Nazar menelan ludahnya.

"Wah keren pas di badan kamu, kamu suka enggak,"
"Iya bagus."

Sedetik itu juga Clara bukan hanya memilih satu kemeja saja beberapa baju dan pakaian pria Clara ambil dan langsung di berikan ke kasir.

"Banyak sekali belinya, untuk kado pacar kamu kah?" Clara mengerutkan keningnya.
"Ini semua buat kamu Nazar," Nazar kaget.
"Apa? Enggak usah, enggak perlu,"
"Enggak apa-apa, aku yang bayar,"
"Tapi,"
"Anggap saja ini bonus buat kamu karena udah menemani ku jalan-jalan,"
"Tapi,"
"Enggak ada kata tapi-tapian."

Nazar hanya bisa menghela nafasnya menerima semua pembelian Clara.

Setelah berbelanja Nazar dan Clara mampir ke tempat wahana, banyak permainan yang mereka coba dan Clara rasa baru kali ini mempunyai teman pria di indonesia seperti Nazarudin.

Setelah puas bermain mereka makan di resto ternama awalnya Nazar menolak permintaan makan bersama cukup menemani Clara saja yang makan, dirinya tidak perlu tapi Clara memaksa dan Nazar lagi-lagi hanya bisa menuruti saja.

***

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang