16. Honeymoon

115 10 0
                                    

1.
Satu minggu kemudian, mereka berdua sedang berada di London untuk bulan madu sekalian mengunjungi kakek dan nenek Clara. Mereka sudah satu hari di London dan banyak hal yang Nazar ketahui tentang Clara waktu kecil.

Nazar sedang mengobrol di ruang keluarga bersama nenek Samian sedangkan dan kakek Arsyad sedang istirahat di kamarnya, Clara sedang membuat teh dan kopi di dapur.

"Nah ini foto Clara waktu masih kecil, dia lahir disini saat dia sudah menginjak usia balita dia pindah ke Indonesia," ucap Nek Samian
"Oma dan Opa asli orang sini?"
"Opa yang asli orang sini, nenek asli orang indonesia, Oma lahir di bandung,"
"Bandung? Nazar juga asli orang bandung Oma,"
"Oh iya berarti kita masih satu darah, enggak nyangka ya Clara bisa menikah sama orang Bandung." ujar Nek Samian.

Nazar bahagia rasanya ini pertama kalinya ia merasakan dirinya mempunya seseorang nenek dan kakek.

"Kamu tahu dulu Clara pernah bilang dia enggak mau nikah sama orang indonesia dia pengennya nikah sama orang sini," tutur Samian.
"Oh iya?"
"Iya tapi ujung-ujungnya yang namanya darah sunda pasti dapetnya sunda lagi," Nazar tertawa renyah.

Clara menghampiri keduanya membawa nampan berisikan kopi dan teh hangat, "Ngobrolin apaan sih, seru banget kelihatannya?"
"Ngobrolin kamu,"
"Aku?"
"Pasti Oma yang mulai ya," duduk di samping suaminya.
"Kata Oma dulu kamu enggak mau nikah sama orang indonesia,"
"Oma!" Nek Samian tertawa.
"Benar itu?"
"Dulu sayang," ucap Clara seraya memeluk lengan suaminya.
"Oma senang Clara kamu menikah dengan Nazar dia suami yang baik seperti Opa kamu itu,"
"Ah Oma bisa aja,"
"Siapa yang seperti aku Samian sayang," kakek Arsyad menuruni anak tangga menghampiri istri dan cucunya.
"Ini lho sayang suaminya Clara,"
"Nazar? Hmm.. pasangan muda," ucapnya seraya duduk di samping istrinya.
"Iya dong kalau Opa sama Oma kan pasangan..,"
"Pasangan apa Clara tua maksud kamu?" seketika mereka tertawa mendengar ucapan kakek Arsyad.

Ruangan itu terasa hangat dengan obrolan-obrolan hangat, membicarakan banyak hal yang sangat menyenangkan.

Nazar berharap kelak suatu saat nanti hubungan pernikahannya bisa seperti kakek dan neneknya yang bisa saling melengkapi satu sama lain. Sampai rambut hitam mereka menjadi putih, cinta mereka akan tetap menyatu tanpa halangan.

Seperti matahari yang selalu setia menemani bumi begitu juga seperti cinta Nazar kepada Clara yang akan selalu setia menjaga kepercayaan yang istrinya berikan.

2.
Ingatkah hari pertama mereka menikah, mereka pernah bertengkar hanya karena masa lalu dan hari itu juga Nazar berjanji tidak akan mengingat masa lalunya lagi. Nazar tidak ingin membuat Clara bersedih hanya karena masa lalunya.

Clara adalah istrinya dan tugasnya sebagai suami adalah menjaga dan melindungi bukan menyakiti apalagi sampai membuat sang istri menangis.

Mereka saat ini sedang menikmati sunset di pantai.

Clara merasa nyaman setiap hari dekat dengan suaminya hubungannya bukan lagi sebagai teman melainkan Nazar sekarang sebagai suaminya, ia berhak apa saja memeluk erat pinggang Nazar.

"I love you,"
"I love you too," ia mencium puncak kepala Clara dalam, ia juga membalas mencium pipi Nazar.
"Aku mencintai kamu,"
"Aku juga mencintai kamu sayang." ujarnya.

Clara tertawa malu, terlalu begitu mencintai Nazar sangat mencintai suaminya, ia tidak akan pernah melepaskannya.

"Awal kita bertemu bagaimana?"
"Bagaimana gimana?"
"Bertemu dimana?"
"Di parkiran,"
"Benarkah?"
"Iya,"
"Maaf aku memberikanmu uang waktu itu," Nazar tertawa. "Benarkah?"
"Iya saat itu aku kira kamu..,"
"Tukang parkir?" Clara mengangguk.
"Maaf ya sayang,"
"Itu pertemuan yang akan selalu aku kenang sayang." ucapnya seraya mencium puncak kepala istrinya.

Matahari benar-benar akan kembali ke ufuknya, sebelum terlambat Nazar menatap wajah Clara lebih dalam, ia mencium bibir istrinya, melumatnya saling menikmati satu sama lain ia tidak perduli beberapa orang melihat apa yang mereka lakukan, lagi pula ini di luar negeri bukan, sudah biasa sampai akhirnya sunset telah tiada berganti dengan awan hitam.

3.
Malam penuh gairah di dalam kamar penuh peluh dan keringat basah, sudah dua jam lebih mereka di dalam kamar satu jam yang lalu setelah mereka pulang dari pantai mereka meneruskan dengan aktivitas di kamar. Terdengar desahan keras menandakan puncak akhir dari aktivitas mereka, di akhiri dengan ciuman lebih dalam.

"Terimakasih sayang," ia merengkuh tubuh istrinya, saling berpelukan. Nafas keduanya masih terengah-engah. Nazar tersenyum menyatukan dahi mereka, keduanya berciuman kembali di iringi tawa kecil.

Masih tertutup dengan selimut tebal, hawa dingin di luar terkalahkan dengan hawa panas di dalam kamar sepasang yang baru saja selesai melakukan aktivitas panasnya.

4.
Lelah mungkin, mereka berdua masih tidur berpelukan yang berselimutkan tebal menutupi tubuh yang sudah terlanjur naked semalam Clara masih harus meladeni hasrat suaminya.

"Eumm," Clara melenguh, retinanya menangkap tepat suaminya yang masih terlelap tidur di sampingnya.

"Udah pagi, ya ampun ini jam berapa?" Clara langsung bangun menarik tubuhnya setengah badan, mumpung suaminya sedang tidur ia langsung icikiwir ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.

Menatap Nazar yang masih tertidur pulas, ia mengusap wajah suaminya, "Sayang," suaminya menangkap tangannya, "Eh, kamu udah bangun?" Nazar nyengir kuda.

"Kenapa senyum-senyum," Nazar menarik Clara ke dalam pelukannya "Mau lagi," Clara melepaskan pelukannya, "Ih! Aku udah mandi, udah sana mendingan kamu mandi enggak ada lagi-lagian capek, cepet bangun." tuturnya.

Nazar menyingkap selimutnya, Clara berteriak menutupi wajahnya.

"Kenapa?"
"Tutup itu,"
"Ini kan punya kamu juga udah halal tahu,"
"Sana cepet mandi, pakai celana dulu!"
"Iya-iya," Nazar segera memakai celana kolornya.

Nazar langsung bergegas membersihkan tubuhnya, Clara geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya. Ada kalimat lucu yang saat itu Nazar bilang, "Ini punya kamu juga, udah halal tahu."

•••

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang