9. Bandung In Moment

89 12 0
                                    

1.
Setelah kejadian hari itu Nazar memutuskan untuk melupakan semuanya dan hari ini mereka kembali ke hotel di mana awal mereka menginap. Nazar tidak enak hati dengan Clara yang niatnya liburan tapi sampai sekarang belum merasakan liburannya di bandung hanya ada waktu satu hari untuk mereka berlibur dan hari ini Nazar akan menemani Clara mengunjungi beberapa tempat wisata di bandung.

"Kamu sudah siap?"
"Sudah."

Tempat pertama yang akan mereka kunjungi adalah Situ Patenggang untuk menengok batu cinta.

Perjalan yang cukup jauh di tambah jalanan yang harus melewati naik turun sedikit sempit bahkan banyak mobil dan bus para wisawatan

"Masih jauh?"
"Lumayan,"
"Lu Manyun," Nazar tertawa mendengarnya.

Sampai di tempat Clara di buat takjub akan ke indahan pemandangan di tambah dengan dinginnya asri pedesaan.

"Zar cepetan,"
"Iya bentar."

Seperti yang Nazar bilang akan mengajak Clara ke batu cinta sebelum menuju batu cinta mereka harus menaiki perahu terlebih dahulu karena batu cinta yang terletak di tengah danau.

Clara senang ini pertama kalinya dirinya menaiki perahu kayu berukuran mini biasanya dirinya menaiki perahu layar besar untuk berlibur di pantai bersama kedua orang tuanya dan Nazar dapat melihat jelas kegembiraan dari wajah Clara, ia akui wanita yang ada di sampingnya memanglah sangat cantik mempunyai paras blasteran mungkin karena Clara pernah tinggal di London.

Sampai di tengah danau perahu mendekati batu yang melengenda yaitu batu cinta, batu yang berukuran cukup besar.

"Ini Zar wah besar juga ya,"
"Ini batu cinta yang melegenda,"
"Oh ya," Clara menyatukan kedua tangannya memejamkan matanya.

"Kamu sedang apa?"
"Sedang berdoa,"
"Berdoa?"
"Iya,"
"Berdoa itu sama Tuhan bukan sama batu," katanya
"Ih Nazar kalau berdoa sama Tuhan itu pasti tapi kan kita hanya mencoba aja kali aja Tuhan dengar doa kita pas banget di batu cinta mendingan kamu juga ikutan doa," ujarnya
"Ya udah iya, deh aku ikutan doa."

Nazar ikut menyatukan kedua telapak tangannya ia juga memejamkan matanya.

"Tuhan aku berharap, aku dan dia bisa menjadi kita dan bersama selamanya," Clara melirik Nazar yang masih memejamkan matanya.

"Semoga Tuhan menyatukan kita untuk selamanya," Nazar tersenyum menatap Clara seraya tertawa.

"Udah yuk masih banyak tempat yang harus nona Clara kunjungi,"
"Nazar," ia memanjakan suaranya.

Nazar tertawa gemas, Perahu berlayar kembali mengantar kedua insan yang tengah saling melempar tawa, percikan air mengenai wajah keduanya.

2.
Seharian mereka berdua mengunjungi tempat wisata yang sudah Clara targetkan. Membuat keduanya kelelahan beristirahat sejenak di pohon besar karena mereka kini sedang berada di kebun teh paling besar.

Nazar dan Clara mengeluarkan makanan-makanan dalam ranselnya yang ia bawa, tidak lupa Nazar juga membawa teh hangat yang ia bawah di tempat penghangat. Mereka menikmati indahnya pemandangan seraya meminum teh bersama, senyum malu Clara tampakan seraya menyeruput teh hangat.

"Kenapa sih Zar?"
"Kenapa apanya?"
"Ya, kamu ngeliatin aku mulu,"
"Jadi malu?"
"Nazar," melempar batu kecil.

Nazar senang dalam keadaan seperti ini, jika dalam keadaan dirinya tengah sendiri seperti tadi malam Nazar akan mengingat semua kesedihannya. Tapi sekarang tidak, Nazar tidak ingin mengingat kembali hal itu tidak mau membuat kegembiraan Clara hancur hanya kesedihannya.

"Nazar!"

Nazar berlari menghindari kejaran Clara karena Nazar baju Clara kotor ia sengaja melemparkan tanah ke baju Clara.

"Awas kamu ya, kalau ketangkap aku pukul!"

Tidak perduli Nazar menjulurkan lidahnya tanda ia melawan. Kini keduanya saling mengejar lelah yang Nazar rasa, Clara berhasil menangkap Nazar ia langsung mencubit pinggang dan menjewer telinga Nazar.

"Ampun, ampun oke aku minta maaf,"
"Ih nyebelin,"
"Jangan ngambek dong," ia menyamakan tubuhnya dengan Clara.
"Tau ah,"
"Udah dong jangan marah."

Nazar mencubit gemas pipi sang wanita bukanya kesakitan Clara malah tertawa.

3.
Selesai sudah mengunjungi tempat yang Clara mau entah kelelahan apa memang mengantuk Clara tertidur di dalam mobil sedangkan Nazar Fokus menyetir sesekali melirik kessamping menatap tidur pulas Clara.

Tingg
"Zar Nanti malam, Aku tunggu kamu di tempat biasa kita ketemu, ada yang ingin aku bicarakan. Penting."

Pesan singkat yang Nazar baca dari Kirana, ia langsung menaruh ponselnya di saku tidak ingin kembali mengingat Kirana tapi pikirannya masih ingin mengingatnya.

Nazar Dilema.

4.
Malamnya Nazar masih diam menopang wajahnya di balkon, memikirkan pesan dari Kirana ingin rasanya menemui Kirana tapi bukankah Nazar telah menyakinkan hatinya untuk tidak menemui Kirana.

Clara yang melihat Nazar dari kejauhan tampak membuat dirinya kebingungan ia menghampirinya.

"Zar,"
"Clara,"
"Kalau masih ada masalah yang harus di selesaikan, selesaikan saja. mumpung masih ada waktu," Nazar mengangguk ia mengambil jaket bombernya kemudian pergi.

Padahal Clara tidak tahu sama sekali masalah Nazar tapi hatinya mengatakan untuk mengungkapkan kalimat itu entah terbuat dari apa hati Clara yang sangat baik.

Mereka berdua tinggal satu kamar tapi tidak dengan satu ranjang, Clara tidur di ranjang sedangkan Nazar di sofa bukan karena sengaja memesan kamar satu karena memang semua kamar sudah penuh dan terpaksa mereka tinggal satu kamar.

Jika wanita lain mungki akan memanfaatkan waktu ini untuk bersama pria yang mereka cintai apalagi pria seperti Nazar yang sangat penurut tapi tidak dengan Clara dirinya bukanlah wanita yang memiliki sikap seperti itu, Apalagi di tambah dengan Nazar yang tengah ada masalah walaupun tidak tahu masalahnya apa setidaknya Clara ingin menjadi teman yang baik bukan egois.

5.
Nazar masih dalam perjalanan menuju tempat biasa dirinya bertemu Kirana, tempat dimana mereka biasa berpacaran.

Nazar yakin Kirana sudah menunggunya karena kelabilan Nazar sudah membuat wanita yang di cintai menunggu lama.

Mobilnya melaju dengan cepat membelah jalan, di sertai gerimis kecil membuat jalanan semakin licin berhasil membuat ban mobil tergelincir, tepat di perempatan jalan Nazar banting setir, menginjak rem dengan kuat.

Braak! Terlambat mobilnya menabrak pohon besar yang di samping jalan. Mobil yang di kendarai Nazar menabrak pohon, membuat body depan mobil hancur. Mengeluarkan asap dan pelipis Nazar mengeluarkan darah segar.

Dan pada saat itu jalanan dalam keadaan sangat sepi.

••••
Thanks
Happy Reading
JanLup Voment
❤❤

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang