1. Jadi ini Awal Pertemuan

181 19 0
                                    

1.
Matahari menyengatke  permukaan bumi, begitu juga dengan pria yang kini tengah mengibas-ibaskan amplop besar sebagai kipas angin. Sudah berapa kali perusahaan-perusahaan besar ia kunjungi tapi kata maaf dan tolak yang selalu ia dapat.

Nazar kini ia harus berjuang keras di kota yang sangat keras, Nazar pikir mendapatkan pekerjaan di ibu kota mudah ternyata sangatlah susah.

Minuman yang Nazar genggam tinggal tersisa setengah ia tidak mungkin menghabiskannya langsung, ia lebih memilih menyimpannya jika nanti ia kehausan ia akan meminumnya kembali karena jujur saja, Nazar membawa uang seadanya.

Nazar menatap sejenak bangunan menjulang tinggi sepertinya apartemen matanya masih menatap fokus sampai tak sadar mobil berhenti di sampingnya.

"Permisi bisa parkir kan mobil saya?" Nazar hanya mengangguk.

Benar saja Nazar membantu memarkirkan mobil sedan putih tersebut. Barulah sang pemilik memberikan uang selembar berwarna biru kepada nazar.

"Terimakasih ambilah,
"Tidak usah,"
"Ambil saja," Nazar menerima uangnya.

Nazar masih menatap kepergian wanita berambut panjang yang baru saja memberinya uang, namun sayang Nazar tidak dapat melihat jelas mata indah gadis itu karena tertutup kaca mata hitam.

Tapi Nazar bersyukur Tuhan memberinya rezeki meskipun tidak begitu besar tapi ia harus tetap mensyukurinya.

2.

"Kamu dimana?"
"Di apartemen Ma,"
"Mama dan papa khawatirkan sama kamu, harusnya kamu balik ke rumah bukan malah ke apartemen," tutur sang mama dari balik ponselnya.

"Iya Ma, nanti Clara langsung pulang ke rumah ya, udah dulu ya aku ngantuk mau istirahat bentar dah Mama love you." Panggilan terputus.

Clara selalu seperti itu malas pulang ke rumah ia lebih memilih pulang ke apartemennya padahal baru saja dirinya pulang dari London.

Clara baru saja menyelesaikan sekolahnya di London dan ia ingin melanjutkannya pendidikan kuliahnya di Jakarta, itu pun karena keinginan kedua orang tuanya padahal Clara sudah lelah bergelut dengan mata pelajaran, ia ingin seperti anak lain yang menikmati masa mudanya dengan bebas.

Clara bosan di apartemen sendirian, ia menatap jendela hari masih sore, ia ingin keluar berjalan-jalan sepertinya menyenangkan. Baru saja sampai di parkiran menatap mobilnya rasanya Clara bosan terus-terusan menyetir ia lebih memilih berjalan kaki menikmati sore hari.

3.

Masih sama sudah larut malam belum ada yang menerimanya, tidak ada hasil. Nazar terpaksa pulang karena kakinya begitu terasa pegal.

Langkahnya terhenti menatap ke sebrang jalan wanita cantik berambut panjang yang tengah menikmati makanan di pinggiran jalan, rasanya Nazar sangat mengenali rambut panjang itu tapi itu mungkin kehaluan dirinya saja.

Tunggu wanita itu kini menatap Nazar juga yang tengah menatapnya di sebrang jalan merasa di perhatikan seuntas senyum ia lemparkan untuk pria yang tengah memperhatikannya.

"Ini bang uangnya ambil aja kembaliannya," ia tersenyum ramah seraya menyerahkan satu lembar uang berwarna biru.

Clara berdiri meninggalkan tempat warung bakso tersebut, berjalan kembali. Hampir semua makanan ia cicipi dari bakso, mie ayam, somay, batagor dan masih banyak lagi.

Tapi, itu semua masih belum mengenyangkan perutnya, mungkin efek terlalu lama di luar negeri, jadi lidahnya masih ingin terus mencipipi berbagai makanan khas Indonesia lainnya.

***

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang