31. Jadi, Ini Awal Pertemuan Kembali

208 11 0
                                    

1.
Nazar tidak mengenali pria bule itu  tersenyum seraya mengulurkan tangannya Nazar membalas uluran tangannya 

"Sorry, who are you?"
"I'm James,"
"James? Sorry I don't know you,"
"We met when you where with Clara that time,"
"Clara?"
"Yes, where is Clara."
"Do you know Clara?"
"Yes,"

Nazar tampak berpikir sejenak selepas itu entah apa yang ada pikirannya seperti ada yang sedang ia ingin rencanakan.

2.
"Is this the place?"
"Yes, this is where Clara lives with her grandfather and grandmother,"
"Thanks, for your help. James,"
"You're welcome, I hope you succeed. Well then I'll go first."
"Once again, thank you,"

Nazar menatap rumah megah itu ia rasa pernah melihat rumah ini seperti tidak asing, beruntung saat bertemu dengan James Ia langsung menceritakan sedikit permasalahannya dengan James dan James bersedia mengantarkannya ke rumah kakek dan nenek Clara.

Belum sempat mengetuk pintu, pintu telah di buka sang tuan rumah tersenyum ramah menyuruhnya masuk, tampaknya mereka berdua adalah kakek dan neneknya Clara.

"Bagaimana kabar kamu?"
"Baik Nek."
"Hey panggil aku Oma,"
"Dan aku Opa." Nazar tersenyum dan mengangguk.

"Oma dan Opa sudah tahu kedatangan mu kemari untuk bertemu dengan istrimu kan?" Nazar mengangguk.
"Iya Oma, apa Clara ada disini?"
"Iya dia kabur kesini anak itu sukanya kabur-kaburan." jawab Nek Samian.

Keduanya mulai bercerita mengenai Clara yang akhir-akhir ini sering mengurung diri berhasil membuat Nazar hanya terdiam mendengarkan semua cerita Samian.

"Temui dia, dia ada di kamarnya jika pintunya di kunci pakai ini," katanya seraya memberikan kunci ganda kamar Clara.

Nazar menghela nafasnya, ia berjalan menaiki tangga sampai di depan pintu kamar yang berbeda dengan pintu lainnya.

Tok.. tok... "Clara enggak mau di ganggu Oma, Clara mau istirahat," teriaknya dari dalam.

Mendengar suara Clara saja sudah berhasil membuat jantung Nazar berdegup lebih cepat apalagi harus berhadapan dengan Clara, bisa mati berdiri dirinya.

Clara yang di dalam kamar ia menatap pintu yang terkunci rapat, heran kenapa Omanya tidak membalas ucapannya sama sekali. Ini London apa mungkin ada hantu di musim dingin seperti ini. Tidak mau berpikiran yang tidak-tidak Clara masang earphone kembali mendengarkan lagu kesukaannya. 

Klik.. pintu telah terbuka dengan lebar sang empu tidak menyadarinya ia masih setia berbaring seraya memainkan ponselnya, Nazar tersenyum.

"Tidak baik wanita hamil tidur tengkurap seperti itu," katanya.

Meskipun telinganya tengah di sumpal earphone ia masih sedikit mendengar suara-suara itu, Clara membenarkan tidurnya.

Terkejut bukan main ia menatap seseorang di depannya dengan wajah tegang, beberapa kali Clara memejamkan matanya ia rasa ini bukan mimpi ini nyata.

"Clara,"

Ini gila ia memang merindukan Nazar tapi bukan sampai berhalusinasi  seperti ini, otaknya ini benar-benar sudah tidak waras.

"Clara," tangan Nazar menyentuh pundak Clara, saat matanya terbuka tepat di hadapannya Nazar yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Kamu?"
"Iya ini aku Nazar suami kamu." dahi Clara bergelombang mendengarnya.

Clara mundur menghindari kontak mata dengan Nazar, kenapa Nazar bisa berada sampai sini.

"Cla... "
"Aku minta kamu keluar dari kamar ini,"
"Tapi,"
"Zar, aku mohon keluar dari kamar aku, aku ingin sendiri."
"Clara dengarkan dulu penjelasan aku,"
"Keluar!"

Nazar tetap berdiam di tepat terpaksa Clara mendorong Nazar ke arah pintu menyuruhnya keluar bukannya keluar justru saat mendorong kearah pintu langkah mereka terhenti saling menatap sedetik kemudian Clara mendorong paksa Nazar keluar.

"Clara dengarkan penjelasan aku dulu, aku mohon buka pintunya."

Clara menangis di balik pintu, kesal dengan waktu mengapa ia harus di pertemukan kembali dengan Nazar, ia sudah berusaha melupakan perasaannya bahkan ia sampai rela pergi sejauh ini tapi waktu mempercepat pertemuan mereka kembali.

3.
Makan malam Nazar sudah berada di ruang makan bersama mereka sedangkan Clara ia masih di kamarnya. Nazar melihat Clara yang hampir akan menuruni anak tangga tapi saat mata mereka saling bertemu Clara mengurungkan niatnya untuk turun memilih kembali ke kamarnya.

"Sudah biarkan saja dia tidak akan mati jika hanya melewatkan makan malam ini. Kamu makanlah, biar Oma yang mengurus anak keras kepala itu," ujar Nek Samian.
"Iya Oma."

Nek Samian menyusuli Clara ke kamarnya meminta cucunya untuk makan malam tapi Clara menolak cucunya itu benar-benar keras kepala.

"Kamu jangan membohongi diri kamu sendiri, jika masih saling mencintai dan jika memang masih ada masalah yang harus di urus selesaikan secepatnya. Jangan menunda waktu, jangan sampai kamu nanti menyesal di kemudian hari. Dia bisa saja pergi lagi, berikan Nazar kesempatan untuk bicara," tuturnya.

"Clara udah banyak beri dia kesempatan Oma,"

"Kamu ini benar-benar keras kepala, ya sudah kalau kamu memang tidak mau bicara lagi dengan dia. Oma akan menyuruhnya pergi dari sini biar kamu senang,"

Pergi mendengar kata itu membuat hatinya entah mengapa merasa tidak mau menginginkan Nazar pergi. Ada apa dengan hatinya sekarang?

5.
Malam itu Clara tidak sengaja mendengar pembicaraan Oma dan Opanya yang menyuruh Nazar pergi.

"Baik Oma, aku akan pergi jika memang Clara tidak ingin bertemu dan berbicara dengan ku kembali. Mungkin sampai sini perjuangan ku,"
"Kamu mencintai Clara?"
"Aku sangat mencintainya, kalau tidak untuk apa aku berada disini."
"Maaf kan Opa yang tidak bisa membantu mu, Opa yakin jika kalian di takdir kan Tuhan akan mempersatukan kembali kalian berdua,"
"Nyatanya kami berdua tidaklah di takdir kan Opa, Terimakasih sudah memberikan kesempatan Nazar untuk bertemu Clara. Aku sudah memesan tiket untuk pulang ke indonesia." ujarnya dengan nada sendunya.

Pagi ini juga Clara dilema mondar-mandir di dalam kamar memikirkan dirinya sendiri entah mengapa hatinya menyuruh untuk menemui Nazar sekarang juga agar pria itu tidak jadi pergi tapi egonya sangat tinggi.

Entah apa yang merasukinya Clara menuruni tangga dengan terburu-buru membuat Oma dan Opa yang tengah duduk di ruang tengah menatap keheranan.

"Oma,"
"Clara kamu ini mau kemana?"
"Nazar dimana?"
"Dia sudah pergi sejak tadi malam," timpal Opa.
"Bukannya pagi ini dia perginya,"
"Dia merubah jadwalnya jadi pergi malam itu juga," Clara frustasi mendengar semua penuturan itu ia terlambat.
"Ah! Kenapa enggak ada yang ngasih tahu aku?"
"Bukannya kamu enggak mau bertemu dengan dia lagi jadi yah Nazar pergi, Oma kira kamu enggak terlalu mempermasalahkan itu." katanya.

Clara berjalan menaiki tangga tubuhnya lemas matanya memanas rasanya ia ingin menangis dengan sekencang mungkin, menyesali perbuatannya harusnya ia memberi Nazar kesempatan untuk menjelaskan semuanya dan sekarang semuanya terlambat.

Nazar pergi dam tidak akan kembali kepadanya tidak akan lagi memperjuangkan cintanya dan ini semua karena kebodohannya. Harusnya ia tidak terlalu mementingkan egonya yang begitu tinggi, harusnya ia mengikuti kata hatinya.

Semuanya sudah terlambat.

•••

Tbc

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang