20. Hal Yang Akan Terungkap

129 14 1
                                    

1.
Hari itu Nazar bertemu kembali dengan Kirana dan berkali-kali pula Kirana mencoba menjelaskan kepada Nazar tentang dirinya, semakin Kirana menjelaskan semakin berhasil membuat Nazar penasaran tentang dirinya di masa lalu.

Nazar sudah ada janji dengan Gani, mereka kini sudah berada di salah satu kafe menikmati secangkir kopi panas mereka.

"Gan,"
"Hmm," ia masih menikmati kopi miliknya, "Apa Zar?"
"Gue mau tanya sesuatu,"
"Tentang?"
"Masa lalu gue sebelum amnesia," seketika tenggorokan Gani terasa tercekat mendengar Nazar ingin mengetahui masa lalunya.

"Gan lo tahu sesuatu kan?"
"Gue..,"
"Kirana siapa gue?" semakin tertohok.
"Gue enggak tahu,"
"Lo enggak usah bohong Gan, gue tahu lo pasti tahu sesuatu kan?" Gani masih terdiam mencoba merangkai kata sebaik mungkin.

"Dia pacar lo tapi sekarang udah jadi mantan,"
"Pacar?"
"Iya udahlah Zar bukannya lo dulu enggak mau bahas-bahas tentang masa lalu lo dan sekarang malah bahas masa lalu?"
"Iya,"
"Lagian lo juga udah punya Clara."
"Gue tahu."

Nazar masih tidak percaya, semua jawaban yang sebenarnya pada Kirana wanita itu adalah kunci dari semua rasa penasaran yang ada di pikirannya.

Nazar pulang dengan membawa seribu pertanyaan di kepalanya. Beban rasanya nama Kirana selalu menghantui kepalanya bagaimana tidak wanita itu selalu mencoba mendekatinya seakan-akan membuatnya untuk terus mengingat masa lalunya.

Kemarin Kirana menghampirinya entah tahu dari mana alamat kantornya dengan percaya diri dia menghampiri Nazar di ruangan kerjanya dan mengatakan bahwa dirinya adalah kekasih Nazar, mengatakan segala sesuatu yang membuat Nazar kebingungan.

"Argh," ia memukul setir mobilnya, seraya menjambak rambutnya seketika kepalanya terasa sakit.

Dering telepon layarnya menampilkan nama Clara My Wife tapi ia malah mengabaikan panggilan begitu saja Nazar tidak ingin berbicara dengan siapa pun termasuk istrinya.

2.
Clara cemas suaminya belum pulang juga, dua minggu yang Lalu Nazar putuskan untuk pindah rumah di karenakan tidak enak menumpang tinggal di rumah mertuanya terus dan tidak biasanya pria itu mengabaikan panggilan telepon darinya dan ini yang ke tiga kalinya Nazar mengabaikannya.

Cemas duduk di sofa sendirian memegangi ponselnya berharap Nazar mengabarinya. Pintu terbuka, Nazar berjalan seraya menenteng tas kerjanya.

"Akhirnya kamu pulang juga kenapa malam banget pulangnya?"
"Kerjaan di kantor numpuk," kata katanya seraya meregangkan dasinya yang terasa mencekik lehernya.
"Kenapa enggak angkat telpon dari aku?"
"Aku lupa HP aku silent, udah ya aku mau mandi." ujarnya melekang pergi begitu saja meninggalkan Clara yang masih mematung.

Akhir-akhir ini Nazar bersikap cuek kepadanya mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan kantornya ia mencoba selalu memakluminya.

Clara berjalan ke arah dapur membuatkan teh hangat untuk suaminya, ia rasa Nazar terlalu lelah mungkin malam ini dirinya akan memijat suaminya atau bahkan memanjakannya. Beberapa menit kemudian Clara memasuki kamar mendapati suaminya yang sudah terlelap, ia menatap teh yang ia buat terpaksa, ia taruh di meja kecil dekat ranjang.

Jika ingin bercerita Clara sangat merasa sedih suaminya tidur memunggunginya lagi, ini untuk ke sekian kalinya tidak biasanya Nazar seperti ini.

3.
Nazar berangkat sangat pagi setelah mendapatkan pesan dari Kirana tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada istrinya yang saat ini masih terlelap tidur di ranjangnya.

Pesan Kirana.
"Bisakah kita bertemu sebentar di kafe dekat kantormu?" Nazar langsung mengiyakannya.

Pagi itu Kirana sudah menunggu Nazar di kafe yang ia tuju dan benar saja pria itu menemuinya dengan stelan jas warna hitam pria itu sangat terlihat tampan. Pria itu mengambil duduk di depan Kirana menampilkan ekspresi datarnya.

"Ada apa?"
"Ada beberapa hal yang harus ku urus ke Bandung,"
"Lalu?"
"Kamu tidak mau ikut?"
"Tidak, kita bukan partner,"
"Aku sudah tahu kamu mengalami amnesia, jika kamu ikut pulang dengan ku ke Bandung kemungkinan ada peluang untuk kamu mengingat kembali masa lalu kamu," tutur Kirana seraya menyodorkan kopi hangat untuk Nazar.

Nazar terdiam, lagi dan lagi tentang masa lalunya wanita di hadapannya ini selalu membuatnya penasaran dengan semua masa lalu nya.

"Berapa hari?"
"Hanya tiga hari,"
"Baiklah kita bertemu nanti di stasiun kereta."

Nazar berdiri melangkah menjauh dari tempat mereka duduk, sebelum melanjutkan langkahnya mencapai pintu langkahnya berhasil terhenti.

"Hari minggu aku tunggu di stasiun kereta," Nazar melanjutkan langkahnya.

Clara terbangun dari tidurnya, Menatap ke sebelah tidak mendapati suaminya sudah tidak ada ia merasa jadi istri bodoh, Clara merasa dirinya tidak becus menjadi seorang istri seharusnya ia bisa bangun lebih pagi menyiapkan keperluan suaminya bukannya bangun kesiangan.

Tunggu ia melirik jam diding menunjukan pukul 07:15 WIB, ini masih pagi dan suaminya sudah berangkat pada jam berapa.

Pesan masuk nomor yang tidak di kenali.

Menampilkan foto seorang pria dan wanita yang tengah saling berhadapan tapi Clara tidak melihat jelas wajah keduanya dan entah nomer siapa yang mengirimkan foto seperti ini.

Clara tidak peduli tentang foto itu, siang ini setelah jam kuliahnya selesai ia berniat ke kantor menemui suaminya sekalian membawakan makanan untuk suaminya.

4.
Mata kuliahnya jari ini sudah selesai kepalanya terasa berat lelah banyak tugas yang harus ia kerjakan, menjadi mahasiswa tingkat akhir membuatnya harus bekerja ekstra lebih keras di tambah lagi kewajibannya menjadi seorang istri meskipun Nazar tidak pernah banyak menuntut kepadanya.

Ruangan Nazar sepi tidak ada orang Clara menaruh rantang yang ia bawah retinanya menangkap jelas buku diary yang tergeletak batinnya mulai penasaran. Membuka buku tersebut satu persatu mulai ia baca dimana ada satu halaman yang membuatnya semakin penasaran, halaman itu berbeda dengan yang halaman yang lainnya bukan berisikan tentang dirinya ataupun tentang bahagianya Nazar bersamanya melainkan tentang orang lain, halaman itu di beri judul Who are you?

Belum selesai membaca seseorang memasuki ruangan membuat Clara terkejut, dia Nazar.

"Sayang," Clara nyengir kuda gelagapan berdiri menghampiri Nazar.
"Kamu ke kantor enggak bilang-bilang aku sih?"
"Emang harus bilang dulu gitu ke kamu?"
"Iya enggak juga sih," Nazar menatap rantang di meja, mencium aroma sedap.
"Kamu masak?"
"Mama yang masak,"
"Oh, kebetulan aku lagi lapar kita makan yuk."

Clara menyiapkan makanan untuk suaminya, Nazar memakannya dengan lahap berbeda dengan Clara ia hanya diam termenung memikirkan kalimat yang terakhir ia baca di halaman yang berjudul Who are you.

"Aku tidak merasa kenal tapi terasa kenal, siapa kamu? Kamu berhasil membuat pikiranku tidak karuan Kirana,"

Kalimat terakhir yang Clara baca berhasil menyentil perasaannya. Kirana dia pasti seorang wanita, Apakah Nazar sedang dekat dengan seseorang, pikirannya jadi berkecamuk.

"Sayang aku mau nambah lagi dong," ucapnya tapi istrinya itu masih diam saja.
"Sayang istriku," Clara terkejut.
"Ah iya,"
"Kamu kenapa?"
"Enggak kenapa-napa, kamu mau nambah sini biar aku ambilkan,"
"Kamu jawab dulu pertanyaan aku, kamu kenapa?"
"Enggak kenapa-napa, sini biar aku aja," Clara tercengang menatap jas yang di kenakan suaminya, mirip bukan mirip tapi sangat mirip dengan jas pria yang ada di foto tadi pagi yang Clara dapatkan dari nomor tidak di kenal.

"Sayang?"
"Iya,"
"Kamu kenapa sih?"
"Jas kamu?"
"Jas aku kenapa, ini kan jas yang pernah kamu beliin buat aku,"
"Iya aku tahu,"
"Terus?"
"Enggak apa-apa lupain aja, katanya kamu mau nambah sini aku ambilin."

Clara mengambil nasi dan beberapa lauk, kembali terdiam menatap kosong suaminya. Tentang halaman Who are you dan tentang jas yang di kenakan suaminya berhasil membuat
nya berdebat dengan pikirannya sendiri.

•••

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang