14. Pernikahan dan Malam Pertama

159 14 0
                                    

1.
Dua minggu mereka lalui dan hari ini, hari pernikahan Nazar dan Clara di laksanakan dengan meriah, sebelum acara di mulai sedari tadi Nazar tengah menghafal kata ijab qobul nya.

Pernikahan Nazar dan Clara kental dengan adat khas sunda, keluarga Clara tidak semuanya berasal dari sunda hanya saja cicitnya dulu berasal dari sunda, bertepatan dengan Nazar yang lahir di tanah sunda jadilah mereka mengambil tema Sunda.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq,"

Sah kalimat itu menggema di seluruh ruangan bahkan Clara yang tengah berada di ruang hias, ia dapat mendengar gemuruh itu bahkan sang mama memberitahukannya.

"Clara sayang kamu sudah resmi menjadi seorang istri, sekarang ayo kita keluar temui suami mu," Clara mengangguk entah mengapa ia jadi merasa gugup.

Clara mengenakan kebaya putih disertai dengan riasan mahkota dan bunga pada bagian kepalanya. Nazar berdiri di temani Gunawan menyambut istrinya, ia mengenakan setelan baju pengantin jas tradisional berwarna putih dan juga penutup kepala berupa blangkon.

Nazar tersenyum melihat Clara turun dari tangga di temani Salma dan ibu Tiara, cantik dan mempesona itu yang ada di matanya bukan hanya Nazar bahkan semua tamu juga mengakui bahwa Clara memanglah sangat terlihat cantik.

Di hadapan Nazar jantung keduanya berdetak lebih cepat dimana tepat ketika Clara mencium telapak tangan Nazar, dingin telapak tangan suaminya saking terlalu gugupnya, ia tersenyum selepas itu ia mencium kening istrinya.

"Kamu sangat cantik," bisik Nazar tepat di telinga Clara.

Semua tamu bersorak, acara di lanjutkan dengan sungkeman, wejangan, saweran, meuleum harupat, nincak endog, muka panto (buka pintu).

2.
Malamnya acara pernikahan masih berlangsung meriah berbagai tamu dari pelosok semuanya berdatangan, hampir keseluruhan mereka yang datang para penjabat besar dan sebagian teman-teman Clara yang berasal dari para mahasiswa.

"Congratulation," Vinka seraya memeluk Clara,
"Makasih,"
"Selamat ya untuk kalian gue doain semoga samawa," ujar Ogun di sertai senyum ringan.
"Makasih gun," katanya.

Rizal masih diam ia menatap kemudian memberanikan diri memberikan ucapan secara langsung kepada Clara.

"Selamat ya Clara, semoga kalian selalu bahagia,"
"Makasih Zal," masih ada tawa canda dari kedua sahabatnya, hanya Rizal yang berbeda itu di mata Nazar, ia bisa melihat itu.
"Udah jangan kelamaan di podium," celetuk Ogun.
"Apaan sih gun?"
"Mereka butuh berdua, lagian perut gue juga udah lapar nih,"
"Ish Ogun bibir lo tuh ya!"
"Udah-udah Ogun benar pengantin butuh berdua," ujar Rizal.
"Ya udah kalian makan aja dulu,"
"Oke thanks Clara."

Mereka turun dari podium menikmati semua makanan yang ada di acara ini. Clara merasa malu, duduk di singgah sana pengantin bukan malu karena duduk berdua bersama Nazar tapi malu karena Nazar berkali-kali menggodanya ingin rasanya ia menjitak kepala suaminya itu, tapi Clara tidak ingin di cap menjadi istri durhaka, baru saja beberapa jam menjadi istri sudah durhaka.

"Nazar,"
"Apa sih sayang?"
"Jangan ngomong kayak gitu banyak tamu,"
"Malu kan yang denger cuman kita berdua ngapain malu sih,?"
"Ish,"
"Nanti malam..," Clara geram ia langsung mencubit paha Nazar yang berhasil membuat sang empu meringis, "Enak sayang," Nazar mengangguk mendapatkan cubitan yang sangat terasa itu.

Dari kejauhan ada tiga orang yang memperhatikan Nazar dan Clara dengan sangat intens, hanya saja mereka berdiri bukan dalam satu kumpulan melainkan berjauhan, mereka adalah Harry, Nadine, dan Rizal yang tengah menyaksikan adegan romantis di podium sana.

"Lapar,"
"Kamu lapar?" tanyanya dan Clara mengangguk.
"Ya udah tunggu disini sebentar ya." ujarnya.

Nazar berinisiatif mengambil makanan untuk Clara lagi pula para tamu sedang sibuk dengan acara dance yang di pandu artis cukup terkenal yang Nazar undang.

Nazar membawakan satu piring berisi nasi dan beberapa lauk yang ia minta dari orang belakang, Clara tersenyum melihat suaminya sepengertian itu.

"Ayo kita makan, aku tahu kamu pasti lapar banget kan," Clara mengangguk penuh semangat.
"Cuman satu piring?"
"Iya untuk kita berdua."

Nazar mulai menyuapi istrinya, begitupun juga dengan Clara yang menyuapi balik suaminya adegan itu berhasil membuat pusat perhatian para tamu akan keromantisan mereka berdua.

3.
Acara kembali berlanjut ke acara dansa dan pengantin menjadi sorotan utama, sudah berapa kali pengantin berganti pakaian. Semua tamu menikmati acara dansa begitupun juga dengan Clara dan Nazar di sela-sela dansa suaminya itu selalu menggodanya.

"Kamu sangat cantik,"
"Iya, aku tahu aku cantik, udah berapa kali coba kamu bilang aku cantik?"
"Berapa kali ya?"
"Ish,"
"Oh iya kamu juga manis tapi enggak tahu nanti malam," Clara melotot mendengarnya dengan santai Nazar masih menikmati dansa.

Nazar tahu Clara kesal kepadanya karena ucapannya padahal dirinya hanya sedang bercanda tapi ia suka melihat Clara kesal karena tingkahnya.

4.
Acara sudah selesai dan kini mereka berdua sudah berada di kamar pengantin, Nazar masih menunggu Clara keluar dari kamar mandi sang istri keluar dengan handuk yang melilit di kepalanya, Nazar menatapnya begitu intens.

"Sana kamu mandi bau tahu," Nazar mengangguk ia bergegas membersihkan tubuhnya.

20enit kemudian Nazar keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk dan rambut yang masih basah ia menatap istrinya yang sudah tiduran.

"Sayang kamu tidur?"

Tidak ada jawaban ya sudahlah Nazar memilih memakai celana bokser dan kaos oblong seadanya, ia ikut berbaring di samping istrinya ia memberikan pelukan hangatnya.

Nazar sadar Clara belum tidur, "Sayang kamu belum tidur?" Clara membalikkan tubuhnya menatap balik suaminya dengan senyuman manisnya.

"Kamu belum tidur?"
"Enggak bisa tidur,"
"Kamu capek," Clara menggeleng.
"Terus?"
"Aku nungguin kamu tapi kamu kelamaan mandinya." Nazar tercengang mendengarnya.
"Maaf kan kata kamu tadi aku bau ya aku kan harus wangi dong jadi mandinya agak lama," Clara tersenyum mendengar penuturan suaminya.
"Bisa aja kamu tuh,"
"Tapi malam ini kita jadikan?" Clara diam, selepas itu dirinya mengangguk Nazar kegirangan mendapatkan jawaban itu.

Nazar melepas kaos oblongnya terlihat badan atletis miliknya, Clara menelan salivanya ia membaringkan tubuh istrinya yang masih sangat gugup.

Nazar mulai mengecup kening dan bibir istrinya, mereka berciuman saling menikmati sama lain dan inilah yang di namakan pemanasan pada saat malam pertama.

Mereka melepas baju mereka masing-masing, Nazar menelan salivanya saat ia menatap tubuh istrinya, kini keduanya sama-sama naked keduanya masih saja gugup melihat suaminya yang tersenyum-senyum sendiri melihat kegugupan itu.

Mereka mulai melakukan apa   yang seharusnya mereka lakukan yaitu bercinta, sebagai istri ia memberikan hak kewajibannya kepada suaminya.

Tidak ada yang bisa menggambarkan malam pertama bagaimana karena itu tidak bisa di jelaskan dengan kata terlalu panjang dan terlalu melelahkan jika di gambarkan akan membuat seseorang terlena. Biarlah kedua insan itu yang saling memberikan kehangatan dan yang menikmatinya, menikmati malam pertama mereka yang panjang.

•••

TBC.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang