28. Urgent

192 12 1
                                    

1.
"Kamu salah, Nak. Clara tidak bersalah dalam hal ini yang harus kamu salahkan adalah ibu karena ibu yang menyuruh Clara untuk menyembunyikan tentang Kirana dari kamu." Nazar masih diam, menatap wajah ibu Tiara penuh makna.

<<Flashback>>

"Cantik sekali dia,"
Clara tersenyum memperhatikan bingkai foto yang terpanjang menampakan senyum manis dari pemilik foto tersebut.

"Dia Kirana kekasih Nazar."
"Ibu bikin kaget aja,"

Clara tersenyum mendapati ibu Tiara yang sudah berada di belakangnya.

"Pacar Nazar?"
"Iya,"
"Sepertinya Nazar sangat mencintai Kirana,"

"Dia sangat mencintai Kirana sekalipun mendapatkan cacian dari Ayah Kirana dia tidak pernah menyerah." ibu Tiara duduk di kasur milik Nazar, menatap foto Nazar yang terpanjang di meja belajar.

"Ibu boleh minta permintaan sama kamu?"
"Dengan senang hati bu, Ibu mau Clara melakukan apa?"
"Kamu tahu, keadaan Nazar sekarang kan, dia lupa ingatan,"
"Iya, Clara tahu."
"Bantu Nazar untuk mengingat kembali,"
"Itu pasti bu,"
"Tapi ibu mohon jangan ingatkan Nazar tentang Kirana," Clara terkejut.
"Memangnya kenapa bu?"

Ibu Tiara berdiri menatap jendela yang kini tengah memperlihatkan udara malam hari di Bandung.

"Sudah cukup Nazar tersakiti karena semua penghinaan dari ayah Kirana, ibu ingin melihat dia tersenyum kembali tanpa ada paksaan. Dan kamu.. kmu orang bisa membuat dia tersenyum kembali, berjanjilah kepada Ibu Nak,"

"Tapi bu..,"
"Hanya kamu harapan ibu, Clara. Siapa lagi yang bisa membuat Nazar berubah selain dengan kamu,"
"Clara akan mencobanya bu. Tapi, Semuanya bisa terjadi di kemudian hari tanpa kita ketahui,"
"Iya ibu tahu, kita berharap yang terbaik saja."

Clara mengangguk memeluk ibu Tiara memberi ketegaran terhadap seorang ibu, ia tahu tidak ada satupun seorang ibu yang mau melihat anaknya tersakiti bahkan terhina.

<<Off Flashback>>

"Yang harus kamu benci itu ibu Nak, ibu yang harus kamu benci. Istrimu tidak bersalah dia hanya mencoba melakukan keinginan yang ibu mau." ibu Tiara menangis, tak kuasa menahan air matanya Nazar menangis di pelukan ibu Tiara.

"Nazar enggak mungkin membenci ibu, bagaimana pun juga ibu adalah orang yang selama ini aku hormati hal itu tidak akan terjadi bu," jawabnya.
"Maafkan ibu Zar, ibu hanya ingin yang terbaik untuk kamu. Ibu hanya tidak mau kamu terus-terusan di tersakiti karena hinaan itu."
"Ibu enggak bersalah, Nazar yang salah jangan meminta maaf bu. Nazar yang salah bukan ibu."

Nazar merasa bersalah karena telah membuat ibunya menangis ia pantas di hukum, ia sadar semua yang ibunya lakukan hanya ingin dirinya mendapatkan yang terbaik yang bisa membuatnya tersenyum kembali.

Dinginnya udara malam di Bandung menusuk tulang-tulang dalam tubuh Nazar beberapa kali ia menggosok-gosokan kedua telapak tangannya berharap mendapatkan kehangatan.

Kini Nazar tengah berada di tempat yang dimana bisa melihat keindahan kota Bandung dari atas pemukiman.

"Aku enggak nyangka sama kamu, Kamu tega bohogin aku, kamu tega sembunyiin status Kirana dari aku, hanya karena kamu mencintai aku kamu sepicik itu. Aku kecewa sama Clara!"

"Zar, Aku bisa jelasin,"
"Jangan sentuh aku! Aku nggak sudi kamu sentuh."

Nazar masih ingat jelas kalimat pedas yang pasti ia yakin telah menyakiti hati Clara. Ia masih belum menerima kenyataan tentang status dirinya yang telah beristri, "Maafin aku Clara."

2.
Semua barang sudah selesai ia bereskan, bahkan ia telah memesan tiket untuk keberangkatannya. Ia sudah memantapkan keyakinan untuk pergi sejauh mungkin berharap dengan pergi jauh semua yang terjadi bisa ia lupakan.

Gunawan dan Salma berkali-kali menyakinkan Clara untuk tetap di Indonesia bukan Clara namanya jika apa yang ia inginkan di bantah anak semata wayangnya ini benar-benar keras kepala.

"Papa sama Mama tenang aja Clara bisa jaga diri lagian disana juga ada Opa sama Oma,"
"Clara Mama dan Papa disini juga bisa jagain kamu nak, Apalagi keadaan kamu sedang hamil," Clara tersenyum memeluk Mamanya.

"Ma, aku percaya sama Mama. Mama bisa jaga Clara tapi kalau Clara terus-terusan disini semuanya enggak akan berubah. Clara hanya ingin mencoba melupakan semua yang terjadi disini. Papa sama Mama jangan khawatir aku janji akan jaga diri dengan baik," ujarnya kembali.

"Papa tidak bisa berkata-kata apalagi untuk melarang mu pergi kamu punya kata-kata lebih cerdik untuk menyakinkan Mama dan Papa mu ini,"
"Ah! Papa bisa aja,"
"Jaga dirimu baik-baik,"
"Pa Clara berangkat bukan hari ini tapi nanti lusa, jadi kita bertiga bisa menghabiskan waktu bertiga sampai keberangkatan Clara tiba nanti." Mereka saling berpelukan.

Setelah mendengar keadaan bahwa dirinya tengah hamil muda, saat itu juga ia mencoba menerima semuanya dengan ikhlas. Dia tidak ingin stress bisa-bisa janin di kandungannya bermasalah.

Saat itu juga Clara merenung dalam diri sampai akhirnya memutuskan untuk pergi ke London menyusul Opa dan Omanya kembali biarlah kuliahnya ia tunda demi kebaikan dirinya dan calon anaknya nanti. Clara yakin dengan pergi jauh dapat melupakan semua kejadian yang terjadi disini termasuk melupakan Nazar, ia sudah mencoba mengikhlaskannya.

"Ikhlas itu sulit tapi kalau enggak iklhas sakit,"

-Kang Abay,-

3.

Nazar kembali pulang ke rumahnya saat ini ia tidak ingin di ganggu oleh siapapun ia hanya ingin sendiri kepalanya terasa berat bila memikirkan semua masalah yang terjadi.

Kirana, wanita yang ia sangat cintai haruskah ia melupakannya begitu saja perjuangan yang ia taruhkan dengan nyawa dan harga diri harus lenyap begitu saja. Siapa yang harus di salahkan dalam hal ini?

Dirinya sendiri, yah yang pantas disalahkan ialah dirinya sendiri.

Tok.. tok...

"Zar... Gue bawain makanan nih buat lo." tidak ada jawaban.

Gani tahu saat ini temannya tengah di rundung banyak masalah, kasihan itu yang ia rasakan hanya saja Nazar sangat keras kepala jika ia nasehati.

Nazar hanya butuh waktu untuk menyendiri.

4.
"Gue denger Clara bakalan balik lagi ke London," Ogun tersedak mendengarnya.
"Serius,"
"Iyalah, ngapain gue bercanda."

Berbeda dengan keduanya Rizal hanya diam, mengenai Clara ia masih menyimpan rasa sampai sekarang mendengar Clara akan pergi jauh kembali hatinya seakan merasakan kehilangan. Cintanya tak tersampaikan bahkan kecolongan dan sekarang cintanya akan pergi jauh kembali.

"Zal lo kenapa diam aja?" tanya Ogun
"Kapan Clara berangkat?"
"Tanya tuh sama Vinka,"
"Katanya sih lusa nanti,"
"Sebelum Clara berangkat alangkah baiknya kita bertemu dengan dia,"
"Itu pasti ya kan Vin." Vinka mengangguk.

Sebenarnya Vinka tahu alasan mengapa sahabatnya itu akan melakukan pergi jauh karena hal itu. Ia hanya bisa mendukung apapun yang sahabatnya lakukan jika memang itu yang terbaik.

•••

Tbc

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang