Akhir Kisah

251 18 2
                                    

1.
Clara menaiki anak tangga satu persatu sampai di depan kamarnya ia menarik handle pintu, mendapati seseorang yang tengah duduk di kasurnya seraya membaca novel miliknya, ia rasa mengenal tubuh itu tapi bukankah dia.

"Nazar," ia tersenyum menatap Clara dari jauh.
"Ini bukan halusinasi kan?" ucapnya kembali.

Nazar menghampirinya, menyentuh pipi kiri istrinya tak percaya dengan sentuhan itu Clara juga mencoba menyentuh wajah Nazar dan benar ia bukan berhalusinasi ataupun sedang bermimpi.

"Ini nyata sayang,"
"Ini nyata.. ini aku," katanya kembali.
"Tunggu bukannya kamu pergi?"
"Pergi? Ah itu hanya ide Oma dan Opa saja,"
"Jadi?"

Clara memutar tubuhnya, menjengkelkan semuanya mempermainkannya.

"Jangan marah aku hanya..,"
"Ini tidak lucu Zar!"
"Maaf tapi kalau kamu benar-benar menginginkanku pergi, aku akan pergi,"
"Jangan!"
"Jangan apa?"
"Jangan pergi,"

Clara memeluk erat tubuh suaminya yang di balas pelukan erat oleh empunya, ia terus menciumi puncak kepala Clara menyalurkan kerinduannya.

Di luar sana, Oma dan Opa tengah mengintip kemesraan dua cucunya di dalam. Mereka senang melihat keduanya saling memaafkan dan mau memperbaiki semuanya.

"Maafkan aku,"
"Jangan meminta maaf,"
"Aku bersalah, maafkan aku harusnya aku tidak meninggalkan mu. Maafkan suamimu yang bodoh ini." pelukan itu semakin erat, tak kuasa menahan tangisnya sang wanita menangis di pelukan suaminya.

2.
"Jadi, semua ini ide Oma dan Opa?"
"Kalau Oma enggak melakukan hal itu kepala kamu itu akan terus keras,"
"Oma," keduanya tertawa.

Di ruangan tengah itu hanya ada tawa dan sebagiannya kebahagiaan.

"Zar, istrimu itu sudah terlalu banyak rindu yang dia tumpuk bahkan saking banyaknya Oma tidak bisa menghitung berapa banyak rindunya,"
"Oma,"
"Tenang saja Oma, ku akan mengobati satu-persatu rindunya, iyakan sayang,"
"He-um,"
"I love you."
"I love you too,"

Opa menggelengkan kepalanya, "Hay jangan bermesraan di hadapan orang tua," mereka tertawa, melepaskan pelukannya.

Mereka sepakat melupakan semua yang terjadi di hari itu dan sekarang mari menata hidup yang dulu retak, mari merapikan kepingan-kepingan itu.

3.
Jakarta, Now.
Kirana sadar apa yang terjadi di hari ini semuanya tidak akan lagi seperti dulu lagi, semuanya sudah usai yang ia cintai mengakhiri segalanya. Lalu, untuk apa ia bertahan disini.

Belajar melupakan, itu yang harus ia lakukan, belajar menerima kenyataan dan belajar membuka hati untuk yang saat ini mencintainya.

"Kamu sudah siap," Kirana menghela nafas sejenak setelah itu mengangguk.
"Semua barang sudah aku masukan ke bagasi," Kirana masih menatap kosong kearah sembarangan.

Arthur menyentuh pundak Kirana, "Na, Aku tahu ini berat tapi aku harap kamu bisa..," belum selesai bicara Kirana telah memeluk erat Arthur membuat sang empu menegang.

"Jangan pernah tinggalin aku thur, cuman kamu yang sekarang selalu ada disisi ku." wanita itu terisak di dalam dekapannya, ia mengusap puncak rambut kepalanya mencoba menenangkannya.
"Aku janji, aku enggak akan pergi, aku akan selalu ada untuk kamu karena aku mencintai kamu Kirana."

Pagi itu juga Arthur berani mengungkapkan perasaannya dan hari ini juga mereka kembali ke kota tercinta, kota Bandung untuk memulai hidup yang baru dan melupakan masa lalu.

4.
Gunawan dan Salma baru saja mendengar kabar bahwa Nazar menyusul Clara ke London bahkan mereka juga cukup terkejut mendengar kabar bahwa hubungan keduanya telah membaik. Salma yang takut kejadian itu terulang kembali meragukan Nazar namun Gunawan mencoba memberi penjelasan untuk selalu mendukung apapun yang anak inginkan.

Gunawan percaya bahwa Nazar sudah benar-benar memantapkan hatinya untuk Clara buktinya ia sampai rela menyusul Clara ke London.

Nazar sudah kembali.

Keduanya menerima semua kenyataan yang terjadi, mungkin benar Tuhan telah mempersatukan anak-anaknya kembali dengan caranya.

5.
London, Now.
Mereka berdua akan tinggal sementara di London mereka menginginkan menghabiskan waktu bersama sudah banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya karena masalah dan kali ini mereka ingin menebusnya bersama dengan orang yang di cintai.

Mereka berdua berada di kamar, saling berpelukan menyatukan kedua kening saling bertatapan.

"Berjanjilah, kamu enggak akan ninggalin aku lagi,"
"Aku berjanji bukannya kamu yang ninggalin aku sampai ke London ya,"
"Itu semua karena kelakuan kamu,"
"Kok malah nyalahin aku sih?" Tidak mau kalah, Clara melepaskan pelukannya.
"Iya salah kamu, karena udah buat aku kayak gini," Nazar memeluk kembali.
"Iya-Iya maaf, bumil ini selalu benar," Clara tersenyum mendengarnya.
"Aku tidak sabar, menunggu dia lahir di dunia memanggil kita, Papa dan Mama," Nazai mencium perut Clara yang masih rata.
"Dia sangat merindukanmu,"
"Anak kita apa ib nya yang merindukan ku?"
"Sayang,"
"Apa."

Mereka saling menatap satu sama salain kali ini tatapan Nazar lebih intens ke bibir ranum wanitanya, ia yang tahu maksudnya ia langsung memejamkan matanya. Mereka berciuman, saling melumat dan menyesap.

Mereka lupa terakhir kali berciuman yang jelas ini akan jadi malam panjang bagi keduanya sudah cukup dengan masalah yang berhasil memisahkan mereka hingg rindu menjadi candu diantaranya dan malam ini rindu diantaranya akan terobati.

Musim dingin di kota ini benar-benar berhasil mengalahkan dinginnya kota Bandung namun tidak mendinginkan dua insan yang saling berbagi obat rindu di kamar itu.

"Aku mencintaimu,"
"Aku lebih mencintaimu.. ingatan ku boleh melupakanmu tapi tidak dengan perasaanku yang akan selalu mencintaimu." ujarnya seraya menciumi istrinya.

Tidak ada kata yang bisa ia gambarkan hari itu semuanya telah berakhir dan berharap akan selalu ada kata bahagia di kehidupan rumah tangganya. Sudah cukup mereka terpisah dan tidak akan ada lagi kata pisah biarlah maut yang memisahkan keduanya.

SELESAI.

My Husband Amnesia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang