5

75 4 0
                                    


Alya masih terdiam ditempatnya, Papanya pulang. Itu yang dia takutkan. Ia hanya bisa berdoa agar semua berjalan baik-baik saja. Alya melangkahkan kakinya memasuki kelasnya. Semoga saja ia bisa menghilangkan ketakutan nya.

"Apakah Papa mu hendak pulang?" Tanya Billy yang menyadari air wajah Alya yang terlihat tak baik.

Alya hanya bisa menganggukan kepalanya. Ia menjatuhkan dirinya di bangkunya dan menghembuskan nafasnya kasar.

"Semoga hal yang kau takutkan 2 tahun ini takkan terjadi lagi," Ucap Billy mencoba menenangkan Alya.

"Aamiin.... Aku beruntung ada kak Fina. Ia yang mengerti aku Bill," Billy hanya tersenyum. Setidaknya kakaknya bisa membuat senyuman Alya masih bisa terukir walau itu sangat jarang.

Alya memejamkan kedua matanya, sedangkan Billy kembali berkutat dengan buku tebalnya yang tulisannya berbahasa Inggris.

"Assalamu'alaikum.... Hai temen-temen!" Ucap Rival teriak penuh semangat.

"Rival lu berisik banget tau!" Kesal Alya menatap laki-laki di hadapan nya.

"Hehehehe," Rival hanya tertawa dan mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Rival, kamu tidak boleh seperti itu, kamu mengganggu teman-teman yang sedang sibuk dengan aktivitas nya. Bisakah kamu mengecilkan volume suaramu?" Omel Billy bersikap tenang.

"Yah Bil, aku kan cuma nyapa. Nggak boleh?  Kali aja mereka kangen sama aku," Jawab Rival menunjukkan puples eyes nya.

"Jijik gw liatnya!" Lontar Alya. Berlalu pergi meninggalkan kelas.

"Al, mau kemana?" Tanya Rival.

"Kantin!" Jawabnya singkat.

"RIVAL GANTENG,BAIK HATI DAN SHOLEH INI BOLEH IKUT NGGAK?" Tanya Rival berteriak karena Alya sudah menjauh.

"Rival!" Geram Billy.

"ALYA TUNGGUIN!!!!"rival berlari mengejar Alya.

*

"Alya kamu mau kemana sih?  Katanya mau ke kantin?" Tanya Rival binggung,sedangkan Alya masih tetap terdiam.

"Al, jangan tinggalin aku dong!" Lontar Rival mempercepat langkah nya.

"Gw mau ke toilet,lu mau ikut?" Tanya Alya.

Sontak Rival mengelengkan kepalanya dan terduduk di bangku panjang dekat perpustakaan.

*

Alya terdiam menatap pantulan dirinya dicermin. Ia sangat berantakan, mata panda nya sudah sangat jelas terlihat, ini semua lantaran semalaman ia terus memikirkan tentang hari ini.

Setetes air mata mulai turun membasahi pipinya. Alya menghapus air matanya cepat dengan punggung tangan nya. Ini bukan dirinya yang mudah menyerah, ini bukan dirinya yang cengeng dan menangis.

Alya keluar dari toilet dengan tampilan yang jauh dari kesan rapi. Ia takut, takut dengan hari ini. Nanti malam dan untuk ke 2 tahunnya ia akan merasakan hal yang sama. Hal dimana ia paling benci. Hari ulang tahunnya sekaligus peringatan ke dua tahunnya kakaknya pergi meninggalkan nya.

"Alya kamu kenapa?" Tanya Rival memegang pergelangan tangan Alya. Alya tetap berjalan tak mengubris ucapan rival

"Al, jawab kamu kenapa?" Rival tak gencar terus mengintrogasi teman perempuan nya tersebut.

"Rival udah biarin!" Cekal Billy.

Alya berlari menuju taman tak mengubris rival yang terus bersuara memanggilnya.

*

"Alya kenapa?" Tanya Rival kepada Billy.

"Nggak penting Val," Lontar Billy.

"Maksud kamu gimana? Dia sahabat aku. Kita. Seharusnya dia cerita kalau ada masalah!" Rival kesal sendiri dengan Billy yang tak mau menjawab pertanyaan nya.

"Tidak semua masalah harus diceritakan, mungkin dia butuh privasi dan waktu sama kayak kamu kan Val? Kamu selalu diam tak pernah mau berbicara, tentang apa masalahmu?" Ucap Billy membuat laki-laki di samping nya memgatupkan mulut nya rapat.

Rival terdiam cukup lama kenyataan itu memang benar. Ia hanya bisa manatap lurus ke arah taman dimana Alya berada

______________________________________

Hi guys, gimana nih? 
Ada yang penasaran nggak sama cerita selanjutnya?

Jangan lupa untuk Vote dan Comment

Mohon maaf bila banyak typo bertebaran

Salam hangat author

@anandataurisna

HAPPY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang