"Fina pulang!" Ucap Fina melihat ruang keluarga nya kosong. Ia lupa bahwa tempat ini bukan tempat favorit keluarganya. Mereka lebih memilih di satu ruangan yang penuh Buku-buku.Ia membuka pintu pelan. Tatapan tajam menyambutnya itu adalah sorot tajam Papih nya.
"Hai Mih,Pih!" Sapa Fina.
"Kak Fina!" Lontar Billy. Ia memeluk kakaknya itu. Hanya Billy ternyata yang merindukannya.
"Billy. Tugasmu belajar jangan membuang waktu untuk hal yang tak berguna," Lontar Ferdi menatap tajam ke arah dua anak nya.
"Tapi Pih, kak Fina kan baru pulang," Jawab Billy memandang berharap kedua orang tuanya
"Billy!" Kali ini Bintang angkat bicara
"Iya maafkan saya Mih, Pih," Jawab Billy terduduk lagi dan fokus menghadap buku.
Fina mendengus kesal. Pemandangan seperti ini bukan sekali dua kali. Ia sudah bosan dengan pemandangan keluarga dengan IQ diatas rata-rata ini,selalu monoton. Oh ayolah apakah tak ada perubahan? Ia sudah bosan dari kecil dengan suasana seperti ini.
*
"Lihat ini?!" Bentak Ferdi melempar data hasil ulangan Billy.
"Maaf Pih, tapi Billy sudah berusaha."
"Berusaha?! Berusaha agar ada yang menyaingi mu?!" Tanya Ferdi sinis,"Lihat Rival dia cuma anak babu, tapi bisa ngalahin kamu yang notabene nya anak profeseor?!" Lanjut Ferdi.
"Cukup Pih, jangan pernah merendahkan Rival!!" Lontar Billy.
"Hah, apa beruntungnya kamu berteman dengan anak babu itu?! Kamu hanya akan dikalahkan."
"Pih, Rival bukan anak babu dan berhenti mencemooh Rival. Rival sahabat Billy!" Jawab Billy mempertegas.
"Kamu berani melawan Papih? Siapa dia hah?! Semenjak kamu mengenalnya kamu sudah banyak berubah, melanggar beberapa aturan. "
"Tolong kamu cermati kata-kata saya. Jika kamu masih berteman dan berhubungan dengannya saya tak kan segan-segan untuk mencelakai nya. Tolong kamu camkan itu!!" Lanjut Ferdi lalu pergi ke luar ruangan.
Bintang. Mamih Billy hanya diam memandang kejadian tadi. Ia melirik jam keluaran terbaru milik gucci yang bertengger manis di tangan nya.
"Billy kamu siap-siap 6 menit lagi tutor kamu datang!" Ucap Bintang lalu berlalu pergi sambil menenteng tas kerjanya.
Fina mendekat ke arah Billy yang tengah menundukkan kepalanya. Billy menangis apakah hanya karena sebuah nilai dan posisi persahabatan nya harus hancur? Padahal ia sudah berteman lama dengan Rival. Ia binggung. Ia sedih tak tahu harus bagaimana?
Sebuah tangan menepuk pelan bahu Billy yang terguncang. Fina tersenyum lalu berjongkok di hadapan Billy.
"Kak, kenapa harus persahabatan?" Tanya Billy. Fina tersenyum hambar. Ia juga pernah merasakan ini. Merasakan kehilangan sahabat hanya demi posisi pertama dan menjadi murid terpintar. Keegoisan orang tuanya membuat ia berkorban mempertaruhkan persahabatan nya.
Fina melirik jam yang bertengger rapi di tengah ruangan jam tua yang antik berwarna coklat tua itu menunjukkan jam pukul 18.15 dimana lima menit lagi tutor Billy datang.
"Jangan kamu menyesal atas keputusan mu nanti Billy," Lontar Fina memeluk Billy.
*
Jangan lupa vote dan comment
Mohon maaf bila banyak typo bertebaran
Salam hangat author
@anandataurisna
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...