Billy dan alya memandang nanar jasad rival yang dibawa menuju mobil ambulans hitam itu. Tubuh itu, wajah rival sengaja tak ditutupi oleh kain putih dibiarkan terbuka menampilkan wajah pucat nya yang membuat siapa saja kecewa dengan rival yang telah menyembunyikan penyakitnya. Rasa kecewa itu hanya dirasakan oleh alya dan Billy.
Rival. Teman mereka yang satu itu selalu saja bisa tersenyum walau hatinya tengah menangis meratapi segala kesedihannya
Harry menceritakan semuanya tentang rival ke alya dan Billy. Dan membuat kedua sahabat rival itu menggeleng tak percaya dengan pilihan sahabat nya itu.
Mereka tahu apa yang di alami sahabatnya itu lebih berat dari apa yang mereka alami.
Bukannya Tuhan itu maha adil dan penyayang bagi hambanya? Di tidak akan memberikan cobaaan yang melebihi kemampuan hambanya bukan? Seharusnya kita sebagai hambanya menerima dan menjalani cobaan itu bukannya malah berputus asa dan mengeluh
" Nak, mamak minta kalian kasih tau gadis yang namanya fisya ya, dia tinggal di komplek perumahan tipe silver " Lontar Lina
" Fisya itu bukan nya adik nya echa ya? " Tanya alya. Alya yang mengenal fisya sebagai tetangganya itu angkat bicara
" Iya. Saya juga takut kalau fisya tak diberi tahu rival tak tenang. Apalagi rival dan fisya cukup dekat " Jawab Harry
Alya dan Billy menganggukkan kepalanya lalu pamit menuju rumah mereka masing-masing
*
Alya keluar dari rumah nya. Ia menceritakan tentang kepergian rival. Papah dan mamah nya kaget mendengar tentang rival, mereka turut berduka atas itu.
Billy juga menceritakan nya kepada papih, mamih dan fina. Mereka juga merasakan hal yang sama, kaget tentu terlihat jelas dari wajah mereka tapi yang paling mereka tunjukkan adalah rasa turut berdukacita atas kepergian sahabat adik dan anak nya tersebut
" Kita beneran jadi kan? " Tanya Billy ragu
Alya menghembuskan nafasnya berat. Lalu mengangguk yakin.
" Rumahnya cuma berjarak 2 belokan doang kok " Jawab Alya
" Baiklah " Billy tersenyum hambar
Mereka masih merasakan sisi rival yang ceria selalu menampilkan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.
Rival yang selalu membawa virus bahagia dan tawa dengan segala tingkah lucu nya.
Rival yang sederhana dan baik hati selalu memberikan sandaran padahal dirinya juga membutuhkan sandaran
Baik alya dan Billy sama-sama masih belum bisa menerima kepergian rival. Tapi apa daya ini kan sudah takdir Tuhan mereka juga tak mau jika rival tak tenang bila mereka belum bisa melepaskan kepergian sahabat nya itu
Sampailah mereka di sebuah rumah bergaya modern dengan warna rumah pastel itu
Seorang gadis perempuan tengah menyiram tanaman di taman di depan rumah nya yang tak berpagar itu
" Fisya " Panggil alya
Seorang gadis berambut sebahu itu menoleh siapa gerangan yang memanggilnya di sore hari begini
Echa dan dion yang baru pulang dari acara graduation sekolah mereka berjalan mendekati alya dan Billy
" Bagaimana rival? " Tanya dion. Walau sebetulnya ia bukan salah satu anak yang mengikuti graduation tapi dia menemani echa yang saat itu tengah wisuda. Otomatis ia melihat adegan rival yang jatuh dipelukan tuan erick itu
Hening
Fisya berjalan mendekati mereka
" Baiklah semua telah kumpul, kami disini ingin memberi tahu sesuatu kepada fisya ini amanat dari mamak ini permintaan rival " Ucap Billy ia menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan nafasnya berat
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...