Hi guys....
Chapter 8.....hmmmmm belum. Ada yang baca.... Tapi aku yakin bakal ada yang baca..... Ganbatte ✊.
______________________________________
Rival membuka kaca jendela rumah sederhana nya. Di lantai 2 ini hanya kamarnya lah yang ada. Mamak dan Bapak di lantai bawah. Padahal ia juga ingin bersama Mamak dan Bapaknya di lantai bawah. Hal itu terpaksa karena ukuran rumahnya yang sederhana.
Jendela sudah terbuka. Menampakkan seorang gadis yang tengah menatap nanar keluar jendela. Tepat di hadapannya . Lebih tepatnya perumahan elite yang bersebrangan dengan perkampungan kumuh miliknya. Hanya ada tembok berukuran 1,5 meter sebagai pembatasnya.
Gadis itu terus melamun seperti tak menghiraukan keberadaan Rival yang tengah menatapnya.
Rival melipat kertas membentuknya seperti pesawat lalu menuliskan beberapa kalimat dan menerbangkannya.
Gadis itu tersadar lalu tersenyum ke arah Rival. Senyum itu terlihat getir dan terpaksa.
Rival mengeluarkan telepon kalengnya. Satu kaleng itu ia lempar ke arah gadis tersebut. Gadis itu hanya diam menatap kaleng yang dilemparkan Rival.
Rival yang mengerti memeragakan bagaimana cara menggunakan benda tersebut, dia meminta gadis itu untuk menaruh kaleng di telinganya. Sang gadis itu menurut.
'Kamu lebih cantik kalau senyum,' goda Rival. Hanya terdengar kekehan dari ujung sana.
'Tuh kan aku bilang apa!' lontar Rival.
'Thanks ya,' ucap gadis itu sambil tersenyum. Suaranya sangat parau. Ah pastinya ia habis menangis, pikir Rival.
'Kalau ada masalah hadapi dengan senyuman jangan dengan tangisan,' ucap Rival. Gadis itu hanya tersenyum nanar. Lalu mengangguk.
'Kenapa kita harus punya masalah. Bahkan sebelum menyelesaikan masalah itu kita sudah menyerah duluan. Tuhan nggak adil ya? " Tanya gadis itu. Rival hanya menghembuskan nafasnya kasar.
'Tuhan itu adil. Buktinya kamu dikasih masalah. Ia sudah mengukur nya sesuai kemampuan hambanya. Dari situ Tuhan akan melihat seberapa kuat iman kita,' Jelas Rival. Gadis itu terdiam lalu mengangguk.
Setetes air mata mengalir di pipi chubby nya. Disusul air mata lainnya. Rival yang melihat itu terdiam tak tau harus bagaimana
'Kenapa kamu menangis? Ceritakan saja. Maaf bila lancang. Tapi sepertinya kamu membutuhkan pendengar.'
Gadis itu memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya.
Rival menunggu hingga gadis itu bersuara.
"Rival ayo makan!" Panggil Mamak dari lantai bawah.
"Iya mak!" Jawab Rival.
'Maaf ya besok kita lanjut kalau kita masih bisa ketemu. Jangan sungkan anggep aku temen kamu, sahabat kamu juga boleh!'
'Thanks,' Lirih gadis itu seraya tersenyum. Rival pergi meninggalkan kamarnya. Mata gadis itu kosong menatap kamar Rival yang tertutup lalu ia menutup jendela dan menangis sejadi jadinya di kamarnya memeluk boneka kesayangannya.
______________________________________
Hehehe jadul banget ya mainnya telepon dari kaleng.
Ya, sekarang kan dah ada handpone nah aku disini cuma mau ngingetin aja gitu dulu gimana ribetnya orang komunikasi ya mulai dari surat sampai telepon kaleng.
So kita harus bersyukur hidup dizaman modern ini. Dan inget jangan menyalahgunakan tekhnologi.
Jangan lupa untuk Vote dan Comment
Mohon maaf bila banyak typo bertebaran.
Salam hangat dari author
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...