11

47 2 0
                                    

Rival melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Ia tersenyum melihat Billy yang sedang asik membaca di mejanya.

" Hai Billy" Sapa rival. Billy hanya diam ia tak menghiraukan ucapan rival yang tengah menyapanya hangat dan disertai senyuman yang takkan pernah pudar barang sedetik pun.

Rasa bersalah Billy semakin menyeruak ketika rival meninggalkan kelas.

" Maaf rival. Aku juga tidak akan seperti ini bila keadaan tak memaksaku" Lirih Billy

*

Rival duduk di bangku taman sekolah nya sambil mengayunkan kakinya. Ia membayangkan kenangan beberapa tahun yang lalu. Kenangan yang membuatnya terpaksa berbohong.

" Dorrrr" Ucap alya mengagetkan rival

Rival berdecak sebal melihat kelakuan alya yang mengagetkan nya. Tapi saat itu juga senyuman terbit dari wajahnya ketika menyadari sifat alya yang sudah jail. Berbeda dari sifat dingin nya.

" Ngapain lu disini? Kesambet aja" Lontar alya lalu duduk disamping rival

" Ada deh. " Jawab rival disertai cengiran khasnya

" Gw nanya bener juga" Ucap alya kesal lalu beranjak pergi. Belum sempat alya bangkit berdiri lengannya dicekal oleh rival

" Apa?! " Ketua alya. Rival terdiam

"Kamu tau Billy kenapa? " Tanya rival balik

" Pas aku nyamperin terus nyapa dia. Dia cuek. Kayaknya aku ada salah deh. Padahal kemarin kita baik-baik aja kan? " Lanjut rival menatap alya lekat

Perasaan iya juga sih. Apa mungkin ada masalah. Padahal kan kak fina baru balik - batin alya

" Al" Ucap rival mengibaskan tangannya di depan wajah putih langsat milik alya

"Pa? " Jawab alya.

" Kenapa ya kirakira? " Tanya rival binggung

" Lu tuh punya otak pake lah. Nanya aja ke orang nya langsung. Gitu kok repot" Lontar alya lalu berlalu pergi.

Sebenarnya ia juga binggung dengan sikap Billy yang ramah kepada orang tapi, mengapa rival menyapa nya tak dibalas. Apa ada masalah pribadi?

Entahlah.

" Hai Billy" Sapa alya lalu duduk dibangku disamping Billy, tempat rival.

" Hai juga alya. Ada apa? " Tanya Billy. Alya hanya tersenyum lalu menggelengkan kepala dan berlalu duduk di bangkunya.

Aneh. Itulah yang ada di pikiran alya saat ini. Bagaimana bisa Billy menjawab sapaannya ketika rival yang Notabene nya teman duduk nya menyapa dan tak dibalas oleh nya

Fiks, ini masalah pribadi- batin alya

Tak lama bel berbunyi bersamaan rival yang datang bersama bu aini mata pelajaran math. Alya bisa menangkap jelas Billy tak suka. Dan dengan cepat alya bisa menyimpulkan pokok permasalahnnya.

HAPPY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang