Rival memasuki sebuah rumah dengan gaya modern itu. Rumah megah nan mewah bertipe diamond disalah satu perumahan elite ternama.
Ia menyapa beberapa karyawan yang bekerja dirumah itu termasuk mamak dan bapaknya
" Rival kamu siap-siap ya bajunya udah mamak siapin " Ucap Lina
" Iya mak, rival duluan ya " Jawab rival menaiki anak tangga dan memasuki sebuah kamar dengan pintu kamar berwarna hitam itu.
Rival mengamati setiap bagian kamar itu lalu melangkah mendekati lemari dan mengambil baju yang ada silamnya dan segera menganti baju.
Baju polo berwarna abu-abu, ditambah topi putih merk nike, celana pendek hitam dari gucci, smartwacth iPhone dan sendal jepit keluaran channel.
Ia memandang tampilan dirinya di cermin. Ia binggung dan merasa risih dengan beberapa pakaian mahal ini. Rival telah nyaman mengunakan pakaian yang murah dibandingkan pakaian yang mahal dan bermerk.
" Tok tok tok "
" Masuk " Jawab rival
" Maaf den rival tuan erick sudah menunggu anda dibawah " Ucap seorang pelayan berjas hitam itu
" Jangan panggil saya den om. Panggilan aja rival " Jawab rival dibalas senyuman
" Baik rival, mari " Rival berjalan mendahului laki-laki berjas itu.
Rival menghembuskan nafasnya berkali-kali ketika ia melihat sebuah pundak lebar seorang laki-laki dengan kaos kemeja putih yang membelakangi nya.
" Kamu boleh pergi " Ucap pria yang duduk di sofa itu menyuruh laki-laki berjas yang bersama rival
" Saya telah memberikan rumah ini untuk mu tapi mengapa kau memilih rumah gubuk itu ?" Tanya anarkis pria itu
" Saya tak meminta rumah ini " Jawab rival menatap pria itu
" Untuk apa saya tinggal di rumah seluas ini tapi saya merasa hampa? " Ucap rival tersenyum miris
" Jaga ucapanmu " Lontar erick
" Saya rasa saya memang tidak berpengaruh untuk anda. Apalagi anda dan mantan istri anda sudah memiliki kehidupan baru dan keluarga baru toh apa gunanya saya tinggal dirumah masa kecil yang hanya memberikan luka untuk saya sendiri " Rival tersenyum palsu
" Apa kamu bilang? Lalu kalau saya tidak peduli dengan kamu saya juga tidak akan membiayai kehidupan mu selama ini??!! " Lontar erick
" Saya tidak butuh materi tuan saya hanya butuh seseorang yang bisa menberikan saya nasehat. Saya hanya iri dengan teman-teman saya yang bisa hidup normal dengan keluarga lengkapnya " Jawab rival
" Terserah kamu, saya juga tidak peduli lagi. Kewajiban saya memberi nafkah juga saya penuhi sekarang terserah kamu mau bagaimana saya sibuk " Erick meninggalkan rival di ruang keluarga yang besar itu.
Beberapa memori terputar di otak rival tentang kenangan 8 tahun yang lalu di rumah ini terutama ruang keluarga ini
" I hate everything " Lirih rival terduduk lemas di lantai marmer ruangan itu
Sebuah tangan mengusap bahunya lembut
" Mamak " Lontar rival menatap seorang permpuan yang tengah tersenyum itu
" Kamu jangan menyerah hanya karena satu serpihan kecil. Mana rival yang mamak kenal, rival yang selalu tersenyum? " Tanya Lina. rival tersenyum
" Andai rival anak mak " Ucap rival. Lina duduk disamping rival mengenggam tangan anak berumur 14 tahun itu
" Rival kan anak mamak " Jawab lina
" Tapi bukan anak kandung mamak" Rival tertunduk lesu
" Rival, dengerin mamak ya. Mau rival anak kandung mamak atau bukan rival tetep jadi anak mak. Mak sayang sama rival jadi rival boleh cerita atau apapun itu ke emak sama bapak apapun itu. " Rival tersenyum lalu memeluk Lina
" Makasih mak " Ucap rival
" Sama-sama " Jawab Lina
" Sekarang ayo kita makan udah waktunya " Ajak Lina
" Mak siapin makanannya di rumah belakang aja ya " Lontar rival
" Lho kenapa? " Tanya Lina
" Disini sepi mak, rival nggak mau inget kenangan 8 tahun yang lalu " Jawab rival.
Lina tersenyum samar. Ia tahu rival, ia sudah bekerja dirumah ini sejak erick kecil,umurnya tak beda jauh dengan erick.dulu orang tuanya juga bekerja di keluarga gunawan ya seperti keturunan yang sudah dipercaya oleh keluarga gunawan.Ia juga yang merawat rival dari kecil hingga sekarang. Ia sudah menganggap anak majikan nya itu sebagai anak nya sendiri. Ia hanya belum dipercaya Tuhan untuk mempunyai anak. Oleh sebab itu ia sangat menyayangi rival.
Terkadang antara Erick dan Harry sangat jauh berbeda apalagi dari sifat mereka berdua. Tapi baginya mereka sama baik bedanya Erick hanya lebih sibuk dengan keluarganya di Amerika dibanding dengan anak semata wayangnya dengan Della. Sedangkan sebaliknya Della juga telah bahagia dengan keluarganya di Korea Selatan
" Mak " Panggil rival mengibaskan tangannya di depan wajah Lina
" Eh maaf mamak bengong. Ayo kita ke rumah belakang " Ajak Lina. Rival mengenggam tangan Lina sekan tak akan ingin kehilangan dengan wanita yang selalu merawat nya sedari kecil itu.
Apalagi mengingat umurnya" I love you mamak cantik "
" I love you too rival " Jawab Lina diakhiri kekehan dan mencubit pipi rival lembut.
Gimana? Udah kebongkar dong Yup?
Bagi yang udah nebak dan jawaban nya benar selamat 🎊🎉Jangan bosen-bosen baca cerita ini ya
Terus jangan lupa votment nya.
Salam hangat author
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...