37

35 2 0
                                    

Beberapa bungkus obat yang tersisa beberpa butir lagi untuk 3 hari kedepan. Rival berharap keajaiban datang untuk nya. Tapi manusia hanya bisa berdoa dan berharap tak lebih disamping itu dibutuhkan juga usaha yang gigih untuk mencapai harapan yang diinginkan

Seorang gadis tersenyum di sebrang jendela kamar rival. Itu fisya little fairy nya yang membuat sebuah tugas baru untuk nya

' itu apa? ' tanya fisya menunjuk beberapa bulir obat yang berada di atas nakas

" Vitamin " Bohong rival

'Iya papah juga selalu menyuruhku meminum vitamin katanya biar sehat dan nggak gampang sakit ' rival terkekeh pelan. Fisya yang mendengar suara tawa rival dari telepon kaleng itu mengerutkan dahinya

' kok ketawa sih? '

" Kamu lucu tau nggak kayak anak tk lagi ngomong sama guru nya" Canda rival

' ish, kok kakak gitu sih? ' kesal fisya mempoutkan bibirnya

" Maafin kakak ya " Ucap rival tersenyum.

'Kakak tenang aja aku nggak papa kok '

" Tapi biasanya nggak papa nya cewek tuh pasti ada apa-apa nya "

' seriusan kok kak. '

" Iya deh. Oh ya kakak mau bilang sesuatu "

' apa? '

" Kakak nggak bisa terus ada dikamar ini.. "

' iyalah fisya juga ngerti kan kakak juga harus sekolah '

" Bukan itu fisya"

' terus? '

Rival menghembuskan nafasnya berat

" Saat kamu merasa sedih kamu nggak bakal bisa lagi nemuin kakak di jendela kamar ini terus kita komunikasi lewat telfon kaleng ini. Intinya kamu harus mandiri. Kakak rasa semua sudah normal kan?  Apalagi papah mu telah berubah. "

' emangnya kakak mau kemana? ' tanya fisya penasaran

" Akan pergi jauuuuh hhhh sekali " Jawab rival tersenyum miris

' tapi kalau fisya mau main bisa kan? '

" Kalau sudah saatnya kita bisa bertemu. Tapi kalau Allah belum meridhoi fisya belum bisa ketemu kakak "

' kok gitu? '

" Nanti juga fisya ngerti " Jawab rival tersenyum

Fisya masih berfikir apa maksud sebenarnya dari laki-laki yang berada dihadapannya ini.

" Yaudah kakak ijin dulu ya mau mandi fisya mandi gih kecium tau kalau belum mandi. Bau " Canda rival

' ish, yaudah fisya mandi juga ' fisya segera berlari dengan wajah kesal menuju kamar mandi kamarnya

Sedangkan rival memandang nanar kamar gadis polos itu.

Setetes air matanya turun disambut beberapa tetes lainnya. Semua memory berputar, memory lama yang ia ingin hapus sebelum membuat lukanya semakin dalam.

Rival menulis sesuatu di secarik kertas mencurahkan segala isi hatinya. Ia lipat kertas itu dan menaruhnya di laci nakas paling bawah ditempat yang orang lain tak bisa lihat.

*

" Rival ayo makan nak " Panggil Lina

Rival turun dari atas mengunakan tangga

" Bubur lagi mak? " Tanya rival

" Iya sayang. Kamu harus makan ini. Kasian lambung kamu " Jawab Lina

" Ayo makan rival " Ajak Amir

" Iya Pak "

" Rival pimpin doa ya " Pinta  Amir dengan air muka yang tak dapat dijelaskan

Amir dan Lina menatap dalam anak dari majikannya itu

" Rival, rival janji ya bakal sembuh " Ucap Lina mengenggam tangan rival

" Rival nggak bisa janji mak. Rival... " Air mata rival turun bersamaan rasa sakit di perut nya.

" Rival. Besok kan rival ulang tahun rival mau apa? " Tanya Amir

" Rival cuma pengen mamak sama bapak bisa bahagia. Rival pengen mamak sama bapak bahagia walau rival nggak sama bapak mamak lagi. " Jawab rival tersenyum getir dengan bibir pucat nya

" Nak, jangan bicara seperti itu. Kamu harus kuat ya " Amir mencoba menenangkan Lina yang sudah menagis tersedu

" Maafin rival nggak bisa ngibulin keinginan mak sama bapak. Tapi rival janji rival bakala... " Mata rival terpejam membuat Lina dan Amir panik. Dengan cekatan Amir memencet nomor Harry dan menjelaskan tentang keadaan rival.

Sesampainya di rumah milik Amir Harry menyuruh para pegawai rumah sakit milik keluarga besarnya untuk membawa tubuh lemah rival ke ambulans

Lina terus menangis memeluk tubuh rival yang pucat

" Saya binggung pak, anda dan istri anda yang sama sekali tidak ada ikatan darah sangat peduli dengan rival sedangkan mereka berbanding terbalik dengan bapak " Ucap Harry. Amir yang sedang menyupiri mobil Harry hanya bisa tersenyum sambil mengikuti mobil ambulans yang membawa rival menyusuri jalan padat sore itu

" Rival hanya korban pak. Saya hanya seorang supir keluarga gunawan yang belum bisa memeiliki buah hati akan selalu sayang dengan rival. Rival itu seperti pahlawan pak dia bisa menyembunyikan segala kepedihan dan masalah nya. Ia tak ingin belas kasihan. Tujuan dia untuk membahagiakan orang disekitarnya dan membantu masalah orang di sekitarnya berbanding terbalik dengan dirinya yang masih dihantui rasa kebencian 8 tahun yang lalu "

Harry tau ia juga sama dengan Amir dan Lina. Ia kecewa dengan kakak nya erick dan mantan istri kakak nya itu della, mereka pergi dengan keegoisan tanpa memperdulikan pihak yang menjadi korban.

Harry memiliki 3 putra yang ia adopsi dari panti asuhan milik keluarga gunawan yang dibawah naungan erick yang selalu fokus akan usahanya.

Setiap orang memiliki sifat dan pemikiran yang berbeda. Bukannya kita semua memiliki hak?  Tapi apa hak itu bisa dijadikan alasan sebagai segala sesuatu yang merugikan orang lain. Tentu tidak hak itu harus digunakan  sebaik-baiknya karena itu adalah tanggung  jawab kita baik di dunia maupun di akhirat.












Sedih nggak sih?  Author yang bikin aja sedih sendiri. Kita doakan semoga rival cepet sembuh ya... Aamiin..

Jan lupa vote dan koment nya

Salam hangat author

Anandataurisna

HAPPY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang