Kelas gaduh lantaran guru IPA berhalangan hadir. Tentu hal itu membuat para murid bersorak gembira. Tapi semua itu tak berjalan mulus. Guru IPA tak lupa memberikan soal yang harus diselesaikan hari itu juga.Beberapa murid mengacuhkan tugas itu. Lain halnya dengan Billy ia sangat serius mengerjakan tugas tentang medan magnet. Fisika time!
"Rival kamu hendak kemana?" Tanya Billy ketika Rival hendak pergi.
"Aku mau keluar. Aku frustasi. Soalnya sulit sekali, aku sungguh tak faham," Jawab Rival lalu tersenyum lebar.
Billy hanya bisa terdiam.
"Bil, besok Alya ultah ya?" Tanya Rival, "Bikin suprise yuk!"
"Maaf Rival tapi tidak bisa," Lontar Billy menunduk.
"Kenapa?" Billy tak menjawab.
"Terserah deh,kalau gitu aku tanya ke Alya aja!" Jawab Rival lalu berlengang keluar kelas. Di kelas hanya menyisakan beberapa murid yang peduli dengan nilai, masa bodoh. Pikir Rival.
Billy terdiam sambil memandang bangku belakang. Alya memang ijin kepadanya, Alya kurang enak badan.
Ia teringat bahwa pelajaran IPA akan segera usai. Billy mengumpulkan buku seluruh teman-temannya. Kebijakan dari Bu Putri, buku harus dikumpulkan mau ia mengerjakan atau pun tidak.
Billy tersenyum simpul mendapatkan hasil yang tercetak di buku rival.
*
Seorang siswi duduk di brankar putih yang ada di UKS. Tatapannya kosong, ia melamun memikirkan sesuatu. Tampilannya sudah kusut.
Rival menhampiri Alya. Ia menatap nanar sahabatnya itu.
"Kita nggak boleh bersedih karena sesuatu yang tidak sesuai ekspetasi kita. Come on, hidup kamu bukan untuk bersedih," Ucap Rival tersenyum kearah Alya.
Alya masih menatap kosong kearah teman nya itu.
"Lu gampang ngomong kayak gitu. Hidup lu enak selalu bahagia, apalagi orang tua lu perhatian banget," Jelas Alya tersenyum miris.
"Nggak semua yang kamu lihat sama kayak realita," Ucap Rival memandang nanar ujung sepatu nya yang usang.
"Maksudnya?"Tanya Alya binggung.
"Hari-hari kamu masih panjang. Sayang ,kalau kamu ngehabisinnya dengan keadaan kayak gini."
"Lu nggak tau, jadi diem aja deh Val!" Bentak Alya.
"Tanpa kamu bilang aku udah tau Alya," Jawab laki-laki itu beralih menatap Alya.
Alya menaikkan satu alisnya
"Apa?"
"Masalah keluarga kan? Kamu berfikir kalau kamu nggak pernah diperdulikan,"jawab Rival tersenyum.
"Dari mana kamu tau? Billy bilang ke kamu?" Ucap Alya terlihat kesal sekaligus terkejut.
"Itu dah keliat jelas dari sikap kamu Alya. Billy nggak pernah ngomong apa-apa ke aku," Jelas Rival.
"Oh ok!"hanya kata itu yang terlontar dari mulut Alya.
Hatinya terus berkecamuk. Ia tak tahu apa yang akan terjadinya beberapa waktu kemudian. Yang ada dipikirannya hanyalah Papa nya, ia takut kejadian 2 tahun belakangan ini membuat hatinya terluka lebih dalam.
*
Alya rindu dengan keluarga yang dulu
Pah,walau Alya nggak pernah dianggep sama Papa tapi jangan buat Alya terluka dan tergores dengan sikap dan ucapan Papa. Kalau Papa cuma nganggep kakak sebagai anak Papa. Alya siap, tapi jangan pernah kasar sama Alya. Cukup Papa anggap Alya hadir itu dah cukup walau Papa nggak pernah anggap Alya anak Papa. I love you Papa.Alya.........
Alya menutup lebaran diary nya. Setelah kepergian Rival beberapa menit lalu, Alya menyibukkan diri dengan apa yang ia rasakan saat ini.
Jangan lupa vote dan Comment
Mohon maaf maaf bila banyak typo bertebaran
Salam hangat author
@anandataurisna
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...