" Prang " Sebuah piring antik terjatuh membuat fisya mengerjapkan mata nya berkali-kali. Ia memandang nanar serpihan-serpihan piring mahal itu.
" Fisya.... Ya ampun itu piring mahal" Lontar ayu ~mama fisya
" Maaf mah fisya nggak sengaja " Lirih fisya menunduk
" Kamu tau nggak, itu piring tuh mahal, limited edition kalaupun mau kamu ganti kamu mau ganti pake apa? Duit aja nggak punya mau kamu nyari pun itu susah diproduksi cuma 10 di dunia " Ayu memandang tajam anak bungsu nya itu.
" Maaf mah"
" Gampang banget ya kamu minta maaf? Kamu pikir dengan maaf bisa ngebalikin piring antik kesayangan mamah? Nggak fisya. Pokoknya mamah nggak mau tau " Ayu tersenyum miring ke arah fisya yang tengah mengigit bibir bawah nya
" Kamu sekarang beresin serpihan ini. Saya nggak mau tau kalau nanti masih ada satu serpihan beling yang belum bersih saya akan hukum kamu " Fisya dengan hati-hati membersihkan serpihan piring tersebut
" Awwww" Ringis fisya mengibaskan tangan kanannya
Cairan merah perlahan keluar dari jari tangannya yang tertancap serpihan beling itu.
" Baru segitu aja udah cengeng " Ayu menyindir fisya
" Cepet beresin saya nggak mau anak saya echa kena ya apalagi saya sama suami saya " Lontar Ayu
" I.. Iya mah " Lirih fisya kembali membersihkan serpihan itu dengan tangannya. Cairan itu masih terus mengalir ia berusaha kuat untuk menahan rasa perih yang disebabkan lu yang ia yakin cukup dalam itu.
" Fisya" Panggil Cokro mendekati anak bungsu nya yang tengah terduduk di hadapan serpihan beling dengan jari telunjuk nya yang berdarah
" Ayu.. Anak kamu berdarah kok diem aja? " Kesal Cokro
" Anak aku? Aku tuh nggak punya anak yang ceroboh, yang nggak bisa ngerjain tugas rumah dengan benar dia aja yang salah " Jawab ayu memandang sinis fisya.
Dari arah belakang echa turun menuruni anak tangga melihat keributan apa yang membuat nya terbangun dari tidur nyenyak nya
" Oh begitu ayu kamu membeda-bedakan kedua anak kamu? " Tanya Cokro bangkit berdiri dan berkacak pinggang
" Kenapa nggak suka? Toh emang bener kok fisya itu nggak pernah terus bikin malu " Ayu tak mau kalah beradu argumen dengan suaminya itu.
" Andai kamu tau Ayu, anak kesayangan kamu itu si echa udah bikin malu saya. Kamu tau apa masalahnya? " Cokro terdiam memandang remeh ke anak sulung nya yang baru bangun tidur
" Lihat dia jam segini baru bangun tidur? Dia itu males Ayu, karena apa karena kamu terlalu memanjakan dia. Seolah echa adalah putri disini sedangkan fisya kamu jadikan pembantu dirumah ini " Kesal Cokro
" Sebaiknya kamu harus tahu ini. Echa sudah membuat kasus yang menyebabkan ia hampir di drop out. Kamu tau Della? Kalau bukan karena rival mungkin echa akan dikeluarkan hari itu juga dan akan mengulang tahun. Tapi apa hanya masalah piring mu yang hanya jadi pajangan itu kamu semarah itu sama fisya. Kamu pikir Ayu, mana masalah yang seharusnya kamu bahas kamu nasehatin. Saya rasa kamu tidak adil dengan mereka "
Baik Ayu, fisya dan echa terdiam. Pasalnya Cokro tidak pernah semarah ini hingga membuat mukanya merah padam. Cokro orang yang dingin tapi tak arogan ia menghadapi masalah dengan ketenangan tapi berbeda untuk kali ini ia sangat marah kepada Ayu
" Pelayan " Panggil Cokro. Beberapa wanita dengan baju putih dan rok hitam datang dan membersihkan pecahan beling itu
" Fisya sekarang kamu kembali ke kamar dan obati luka kamu " Lontar Cokro tatapan nya melembut untuk fisya
" Iya pah. Permisi " Fisya meninggalkan keluarganya dan kembali ke kamar untuk mengobati luka nya
Cokro pun kembali ke ruang kerja nya meninggalkan Ayu dan echa yang masih terdiam
Tak lama Ayu pergi meninggalkan Echa tanpa sepatah katapun berbeda dengan hari biasanya Ayu selalu menjadikan Echa istimewa di matanya
" Mah " Panggil echa. Ayu berhenti melangkah tanpa berniat menoleh ke arah echa
" Saya kecewa " Lontar Ayu lalu melanjutkan langkah nya.
Echa terduduk lemas. Ia salah, ia pikir semua tak akan sekacau ini. Ternyata benar penyesalan hadir nya belakangan. Ia egois, ia bahkan kecewa dengan dirinya sendiri.
*
Fisya tersenyum ketika rival berbicara tentang cerita humornya
" Apaan sih kak " Ucap fisya
" Kamu jangan nangis lagi. Aku yakin papah kamu udah berubah " Jawab rival. Ia juga tak menyangka ternyata ucapannya bisa merubah sosok dingin dan keras kepalanya Cokro
" Iya makasih ya " Lontar fisya
" Yaudah kak fisya mau ke ruang kerja papah dulu ya " Pamit fisya
" Iya " Jawab rival.
Fisya berjalan menuju anak tangga dan membawa segelas kopi kesukaan papah nya sebagai ucapan terimakasih
"Tok tok tok "
" Masuk " Jawab Cokro
" Ada apa? " Tanya nya ketika melihat fisya membawa sebelas kopi untuknya
" Ini pah fisya bawain kopi kesukaan papah"
" Kamu mau nyogok saya? " Tanya sinis Cokro
" Nggak kok pah, fisya cuma mau bilang makasih sama papah. Kalau fisya nggak penting kesini pasti fisya nggak boleh masuk sama papah " Cokro masih menatap anak nya itu
" Yaudah " Cokro kembali fokus ke layar laptop nya
Cokro terkejut ketika fisya tiba-tiba memeluknya dan menangis
" Fisya iri pah sama temen-temen fisya yang bisa bahagia yang bisa jalan-jalan lengkap ke mall ngabisin weekend mereka buat family time. " Lontar fisya. Dengan kaki dan ragu Cokro mengelus lembut punggung putrinya itu
" Makasih sekarang fisya percaya kalau papah sayang sama fisya.. Tapi... " Cokro mempererat pelukan nya dengan putrinya itu
" Dengerin papah, bagaimanapun sikap mamah sama kakak kamu ke kamu yang bertindak diluar kewajaran papah ada disamping kamu nak " Lanjut Cokro melepaskan pelukannya dengan anak bungsu nya itu.
" Sekarang kamu ke kamar mu " Perintah Cokro
" Siap captain " Jawab fisya lalu pamit kembali kekamarnya
Maaf bila banyak typo bertebaran
Author double up guys... Biar cepet kelar ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ✅
Teen FictionR E V I S I banyak orang yang menyalurkan kesedihan, kekecewaan, penyesalan dan lainnya dengan cara berbeda- beda. sama halnya dengan seorang remaja laki-laki yang melewatkan masa remajanya dengan kebahagiaan yang ia buat demi menutupi kesedihan nya...