٣٠ : Rencana Terbaik

10.6K 829 113
                                    

سْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy Reading

💕💕💕

***

Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya.

***
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

***

💕💕💕

Hiks... Ya Allah... Sakit, ini sakit...
Ya Allah Tolong putar kembali waktu dan buat aku tak pernah bertemu dengannya...
Jika pertemuan ini hanya membawa luka, lantas apakah perpisahan juga akan berwujud luka?

"ICA... " Terdengar suara panggilan dari arah belakangku.

Mendengar itu, aku malah berlari kencang agar cepat sampai rumah dan  agar si pemanggil tidak melihat ku dalam keadaan menyedihkan ini.

Tapi sayang, saat aku sudah mencapai gerbang, sebuah tangan menahan lenganku. Aku terdiam tak berbalik menatapnya.

"Ica... Kenapa kamu malah lari saat abang panggil. " Ucap Bang Ali. Iya, yang memanggil ku adalah bang Ali.

Aku menggeleng tanpa berbalik menatap Bang Ali.

" Kamu kenapa sih ca? " Tanya Bang Ali yang malah sukses membuat air mataku mengalir deras lagi.
Aku tak suka jika ada orang yang mengungkit masalah yang sedang aku hadapi, justru itu membuat ku semakin menangis.

Aku menggeleng dengan Isakan tertahan dan masih belum berbalik badan menghadap Bang Ali.

Bang Ali sepertinya menyadari aku yang tidak baik-baik saja. Bang Ali mencoba memutar badanku agar berhadapan dengannya.

Setelah berbalik, masih sama, aku hanya menatap ke bawah dan menyembunyikan Isakan walaupun air mata masih menetes dan tentu Bang Ali tahu, tapi setidaknya Isakan itu tak terdengar.

Bang Ali terkejut melihatku yang menangis. Ia mengangkat daguku sehingga mau tak mau aku mendongak.

"Astagfirullah Ica... Ica kenapa nangis? " Pekik Bang Ali.

Aku menggeleng cepat. Cukup sulit bagiku untuk bercerita kali ini.

" Katakan ca, siapa yang membuatmu seperti ini... " Desak Bang Ali agar aku mau bercerita, namun aku masih tetap hanya diam tanpa kata.

[2] Kuasa ALLAH [TAMAT | TAHAP REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang