٣ : Masih Bolehkah Aku Berharap?

17.2K 938 9
                                    

Horai bisa update lagi 😂

سْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

AWAS‼️ Typo Bertebaran ‼️
Happy ReadingOke

💕💕💕
Yang terlihat bagus belum tentu berkualitas. Sama halnya dengan yang terbaik menurut pandangan kita, belum tentu yang terbaik menurut Allah.

💕💕💕

Terik matahari begitu menyengat siang ini. Seorang gadis berhijab staylish terlihat sedang menunggu di sebuah halte bus.

Gadis itu mondar-madir kesana-kemari dengan tangannya yang mengacak-acak jilbab rapinya itu hingga kusut. Gadis itu terlihat sedang menunggu sesuatu atau seseorang disana.

Anehnya saat terdapat bus yang sedang berhenti disana, gadis itu tak kunjung beranjak memasuki bus itu. Sampai-sampai supir bus pun menegurnya.
"Woy, Mbak, mau naik nggak?"

Garis itu hanya menggeleng menjawab pertanyaan supir itu.
Wajahnya tampak panik dengan pandangan sesekali yang memandang ke arah jam tangannya.
Ia pun sesekali juga menengok ke kanan dan ke kiri jalan.

Ting...

Sebuah Notifikasi masuk di handphone gadis itu.
Sesaat kemudian tubuh gadis itu terlihat bergemetar hebat. Gadis itu nampak pucat dan tahapan matanya terlihat begitu ketakutan.

Tak butuh waktu lama, gadis itu berlari kencang meninggalkan halte itu. Gadis itu berlari sembari beberapa kali menoleh ke arah belakang seperti memastikan ada seseorang berbahaya yang mengejarnya.

Saat gadis itu melewati lorong sempit yang gelap dan sunyi, sehingga langkah gadis itu semakin terdengar keras dan beberapa saat kemudian suara langkah kaki itu hilang bak tertelan bumi.

Dan tanpa siapapun ketahui, ternyata ponsel gadis itu terjatuh ditempat gadis tadi menghilang. Dengan layar ponsel yang menyala dan menunjukkan sebuah chat yang sepertinya terlihat penting.

***

Ica's Pov

Hari ini entah mengapa aku sedang merasa malas  untuk berangkat ke kampus. Sepertinya karena jadwal hari ini hanya satu mata kuliah di sore hari. Sejujurnya aku cenderung lebih senang kuliah diwaktu pagi daripada di sore hari.

Untuk mengusir rasa malaaku, kuraih sebuah remot kecil kemudian kuarahkan kepada televisi kecil yang sengaja aku bawa dari rumah. Sepertinya ide bagus untuk menonton televisi dahulu, siapa tahu bisa membuatku lebih. bersemangat.
(Huh, memang agak lain si Ica ini, yang ada malah membuat tambah males)

Beberapa kali aku menggonta-ganti saluran televisi dan semua hanya berisi berita politik yang membosankan.
"Hah. Membosankan!"

Kumatikan televisi itu dan beralih ke ponsel.
Akupun mencari kontak Nesya. Sudah lama aku tidak menelepon Nesya.

Masih ingat kan dengan Nesya?
Itu lho sahabat Ica yang dulu satu kampus, yang dulu pingsan.
Ingatkan?

"Assalamualaikum, Nesya."

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi Wabarokatuh ICA!!! Aaaa gue kangen banget sama lo."

Secara spontan Ica menjauhkan ponselnya dari telinganya begitu teriakan dari seberang terdengar nyaring dan bisa saja merusak gendang telinganya.
"Ish nggak usah teriak-teriak juga kali. Iya, Sya, sama gue juga kangen. Ketemuan aja yuk."

[2] Kuasa ALLAH [TAMAT | TAHAP REVISI] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang