Sembilan Belas

11 2 0
                                    

VOMENT NYA GAES!!!!!








Zea

Sesampainya di JSF yang kira-kira memakan waktu satu jam lebih, gue dan Willis memilih tempat duduk favorit kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di JSF yang kira-kira memakan waktu satu jam lebih, gue dan Willis memilih tempat duduk favorit kita. Di sini, kita beneran ngga beli makanan, tapi kita beli dua cup lemon tea.

Gue memperhatikan Willis yang menatap lurus tanpa menoleh ke gue. Ngga seperti biasanya dimana dia lebih suka kepoin keseharian gue dengan sok sok an nerawang sambil natap mata gue.

"Willis.." panggil gue dengan menyentuh lengan kirinya. Sontak aja, Willis langsung nengok ke gue dengan senyum tipisnya. Matanya terlihat sayu, dan wajahnya pun terlihat lelah. Entah apa yang difikirkan, yang jelas dia ngga baik-baik aja.

Sebelum gue kembali berucap, gue membalas balik dengan senyuman, "Jangan dipendam sendiri.."

"Gue boleh peluk lo?" tanya Willis yang langsung gue anggukin.

Dan benar saja, detik selanjutnya, Willis langsung menghambur memeluk gue. Dia menyandarkan kepalanya di pundak kiri gue, sedang kedua tangannya memeluk gue erat. Otomatis gue membalas pelukannya. Fix, gue bisa merasakan kalo Willis lagi ada masalah.

"Jangan khawatir, gue selalu ada buat lo." hanya itu yang bisa gue katakan. Willis mengangguk dalam pelukan gue sambil sesekali membenarkan letak kepalanya supaya lebih nyaman di tubuh gue yang dua kali lebih kecil dari Willis.

"La.."

"Hmm?"

"Gue bahagia.." gue mengernyit bingung sekaligus melirik mendengar pernyataan Willis barusan. Lah, ni anak bilang bahagia tapi fisiknya jelas keliatan kalo dia sedang ngga bahagia.

Belum sempat gue membalas perkataannya, Willis udah melanjutkan, "Gue bahagia karena bisa kenal dan deket sama lo."

Oh.. Jadi itu alasannya.

Gue menepuk pelan punggung Willis, "Iya.. Gue juga bahagia loh bisa kenal sama lo. Padahal dari awal masuk kuliah, gue ngga nyangka bisa kenal dan sedekat ini sama lo. Soalnya, first impression gue tuh lo orangnya kejam. Hehehe.." kekeh gue bermaksud menghibur Willis.

Dia melonggarkan pelukannya dan natap gue, "Makasih.."

Gue bingung.

"Ha? Makasih buat apa? Seharusnya gue yang bilang makasih sama lo."

"Udah, ngga usah dibahas lagi." ucapnya sambil menyenderkan tubuhnya di bangku.

Meski masih diselimuti rasa penasaran, gue pun mencoba mengalah dengan memberi waktu buat Willis.

"La.. Kok tiba-tiba gue pingin makan cimol ya?"




Willis

Willis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"La.. Kok tiba-tiba gue pingin makan cimol ya?"

Kata gue yang langsung direspon Lala dengan membulatkan matanya. Hehehe..

Gue sengaja.

Iya, sengaja menyembunyikan keresahan hati gue tentang keluarga gue. Tapi gue akuin, Lala memang orang yang mengerti gue banget. Di saat lidah nya penasaran ingin menanyakan masalah gue, tapi dari tadi dia menahannya dengan mengatupkan bibirnya beberapa kali.

Bukannya gue ngga mau berbagi, tapi gue ngga mau Lala ikut mikirin masalah gue. Lagian gue juga masih bisa bertahan. Dan pada saatnya nanti, gue bakal cerita ke dia.

Lala masih natap gue, "Serius?"

Gue mengangguk, "He'em.. Kenapa emangnya?"

"Ngga apa-apa sih.. Ayok deh beli." katanya sambil berdiri. Lalu kita mulai nyari.

Untungnya, kita ngga perlu jalan terlalu jauh akhirnya udah nemu kang cimol. Yaudah si, langsung beli sepuluh ribu dan balik lagi ke tempat semula.

Jangan tanya kenapa ngga nyari duduk yang deket. Soalnya gue juga ngga tau, mungkin terlalu nyaman sama tempat duduk pertama kali kita ke sini. Wkwk..

Waktu terus berjalan sampai ngga kerasa kita udah duduk di sini berjam jam. Ngomongin sana sini ngga ada ujungnya, dan baru sadar pas Lala lihat arlojinya ternyata udah jam sebelas malam.

"Pulang yuk Will.."

"Ayo.." kata gue sambil berdiri. Sebelum kita pergi, Lala membereskan sampah makanan yang kita buat.

Kita berjalan menuju dimana mobil gue berada. Dengan perasaan gelisah, gue merasa ngga enak sama Lala. Gara-gara masalah pribadi, gue malah ngajak dia kelayapan sampe malem kayak gini.

Saat sampai di depan mobil,
"Lo ngga usah kuatir sama mama, Will.." gue noleh karena tiba-tiba dia bilang gitu.

"Ngga apa-apa kok." lanjut nya sambil tersenyum.

Gue pun membalas senyumnya, "Masuk, La.."

****

Sesampainya di rumah Lala, diantara kita pada ngga banyak bicara. Namun, Lala ngga langsung turun dari mobil gue, malahan dia menatap lurus ke depan. Gue yang sedari tadi mengamatinya dengan rasa heran, ngga berani nanyain dia kenapa.

Di saat gue sedang tenggelam menatap Lala dari samping, tiba-tiba dia memutar kepalanya dan balik natap gue. Alis gue terangkat sebelah, "Ada apa?"

"Will.."

"Hmm"

"Apapun masalah lo, gue selalu ada di belakang lo." ketika gue masih mencerna omongan Lala, dia kembali bersuara sambil membuka pintu mobil. "Gue pulang.. Hati-hati di jalan."

Dia melambaikan tangannya dan tak lupa mengulas senyum.

Gue membalas senyumnya sambil menyalakan mesin mobil gue.

Bukan di belakang gue, La. Tapi lo ada di samping gue.


















To be continued.............................

FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang