Tiga Puluh Tujuh

11 1 0
                                    


Jangan lupa di vote dulu :)








Delia

"Ren, gue pingin ketemu Kak Willis deh serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ren, gue pingin ketemu Kak Willis deh serius." kata gue pada Rendy yang saat ini lagi nge game manis di depan gue.

"Lah lah kenapa nih? Kamu berpaling nih dari aku?"

"YAKALI."

Rendy mengusap telinganya kasar gara-gara teriakan gue. "Selo atuh neng, gue kaga budek."

"Ada apa emangnya, Del?" tanya Kak Vino yang juga ada di rumah Rendy malam ini.

"Biasa masalah Zea."

BRAK

"ANJIR!" umpat Kak Vino dan Rendy barengan. Saat kita bertiga melihat siapa pelaku yang menggebrak pintu kamar Rendy, kita bertiga reflek saling bertukar pandang.

"Panjang umur deh lu." ucap Kak Vino.

"Kasar banget sih masnya. Kalo pintu gue rusak harus ganti pokoknya." imbuh Rendy sambil mempause game nya.

Tanpa memperdulikan ucapan Rendy dan Kak Vino, Kak Willis langsung duduk di samping gue.

"Hp lu mana?" tanyanya tiba-tiba. Kak Vino dan Rendy pun berbalik, jadinya kita sekarang duduk melingkar.

"Hah? Buat apa?"

"Gue daritadi hubungin lo ngga ada jawaban njir."

Anjir, bego.

"Eee.. Sorry, kak. Gue lupa kalo masih mode silent, terus sekarang lagi di charger tu." tunjuk gue ke meja dekat jendela dimana hp gue berada. "Emang ada apa? Gue baru aja bilang pingin ketemu elo."

"Gapapa sih, gue cuma pingin tau kabarnya Lala doang."

" NAH, ITU KAK___"

"Del, selow Del selow, kita ngga budek, oke?" sela Rendy.

"Iya iya. Jadi, tadi tu.. Bentar, lo jangan marah ke gue ya kak."

Kak Willis natap gue curiga, begitu pula dengan Kak Vino dan Rendy yang malah menatap gue penasaran.

"Ngga janji." jawab Kak Willis kemudian.

"Jadi tadi tu, gue ngedapetin Zea lagi bengong se bengong bengongnya. Terus__"

"Tunggu tunggu, bengong se bengong bengong nya tuh gimana, Del?" tanya Kak Vino yang merusak suasana banget.

"Harus banget gue jelasin?"

"Udah biarin. Lanjut aja, Del." perintah Kak Willis.

"Iya, ya pas Zea bengong, gue tanyain tuh, tapi dia cuma jawab gapapa dan gue juga nyuruh dia buat ngomong sama lo kalo emang ada sesuatu sama kalian berdua. Tapi nih kak, lo tau ngga gimana respon nya?"

"Ya ngga lah, kan gue ngga di sana."

"Hhh.. Zea nolak karena ngga tau kalau alasan lo bertingkah kayak gini tuh karena dia."

"Hah? Kok bisa?"

"Ya iyalah, dia tuh nganggep lo kayak gitu karena dia fikir lo ada masalah lain yang ngga ada hubungannya sama dia. Dan satu lagi__"

"Apaan, Del?" ini si Rendy yang tanya.

"Gue udah ngga betah liat Zea yang ngga peka itu, jadinya gue.. Gue.. " gue menatap Kak Willis takut, kalo sampe dia marah kan bisa habis riwayat gue. "Gue bilang kalo.. Kalo lo suka sama dia sejak lama."

"WHAT THE FUCK? DELIA?" teriak Kak Willis terkejut sampai berdiri. Kak Vino dan Rendy pun menganga sambil natap gue ngga nyangka.

"Maaf kak.. Gue ngga betah liat lo sama dia diem diem kayak gini. Maafin gue yaa. Please kak.. Please.." mohon gue dengan wajah semelas melasnya.

"Lo kok gegabah banget sih, sayaang." komentar Rendy menahan rasa geregetnya.

Sedangkan Kak Willis menatap tajam ke gue seraya mengatur nafasnya, "Terus, gimana reaksinya?"

"Dia ngga percaya sama gue. Katanya, dia beruntung karena lo ngga menjadikan dia sebagai target ke-playboy-an lo, kak. Dan dia juga menganggap kalo kalian itu sebagai teman dekat. Jadi, Zea menganggap kedekatan kalian hanya sebatas teman."

Seketika itu raut Kak Willis berubah saat gue selesai menjelaskan.

"TUH KAN, ELO SIH NGAPAIN MASIH NGECENGIN CEWE LAIN SIH WIL?" sewot Rendy dengan suara lantangnya.

"Gue bilang juga apa. Si Zea tuh tingkat ke peka-an nya rendah banget. Makanya percuma lo mau manas manasin malah kena batu nya lo."

"Tapi, apa Lala ngga merasakan perasaan gue selama ini?" racau Kak Willis lemah.

"Kalau pun Zea merasa nyaman, dia pasti akan berfikir kalo sikap itu yang selalu lo berikan ke semua degem lo. Makanya dia pasti menjaga hatinya dan menanggap itu hal wajar." jawab gue.

"Udah lah, Will. Secepatnya mending lo ungkapin perasaan lo, daripada sekarang pada kalang kabut." ucap Kak Vino memberi saran.

"Ngga."

"Duh, lo kenapa lagi sih? Delia kan udah ngomong kalo lo suka tuh, jadi lo cepet bertindak, biar si Jea sadar kalo yang diomongin Delia emang bener." sahut Rendy.

Bukannya menanggapi omongan Rendy, Kak Willis cuma senyum miris. Entah apa yang dia pikirkan yang jelas saat itu dia langsung cabut dari rumahnya Rendy.























To be continued....................

Vote dan komennya juseyo

FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang