Happy reading guys........
Zea
Siang ini, di tengah teriknya matahari. Gue dan Delia memilih ngadem ke perpustakaan daripada gabut ngga tau mau ngapain. Sebenernya, selain alasan ngadem, kita berdua sekalian mau pinjem buku sih, jadi ya udah, sampe sekarang kita berdua masih stay di perpustakaan.
"Ze, gue perhatiin, lo kayaknya sekarang jadi sering diem deh." ucap Delia sambil memilih buku.
"Gue mau tanya deh sama lo."
"Apa?" jawabnya nengok ke gue.
"Gue salah ngga sih menyadari perasaan gue sendiri?"
"Maksudnya? Menyadari perasaan yang kayak gimana?"
"Sekitar tiga hari yang lalu, gue lihat Willis ciuman sama cewe. Dan anehnya___"
"WHAT?" Belum selesai gue bicara Delia udah teriak duluan. "Bentar sini sini sini duduk." ajaknya seraya menarik tangan gue ke kursi terdekat.
"Lo lihat dimana anjir?" tanya Delia memperjelas.
"Di taman kota."
"Terus gimana?"
"Ya ngga gimana gimana. Kan dia ngga tau kalo ada gue." jawab gue.
"Kak Willis bener bener dah."
"Tapi, Del. Sejak kejadian itu gue jadi sadar."
"Sadar apaan?"
Gue menatap Delia lekat, antara mengatakan atau biarin gue pendem sendiri. Tapi, gue juga pingin tau gimana pendapat Delia tentang apa yang gue rasa.
"Zea, sadar apaan?" ulangnya lagi.
"Gue sakit lihat Willis ciuman sama cewe lain. Dan rasanya, gue ngga mau kehilangan dia." ucap gue setengah ragu.
Delia ngga langsung ngerespon, melainkan dia natap gue dulu sebelum ngomong, "Lo suka sama Kak Willis?"
"Entahlah, gue rasa, mungkin aja iya."
...........
Delia
Sepulang dari kuliah, tanpa menunda waktu lagi, gue langsung hubungin Kak Willis dan ngajak ketemuan di sebuah Cafe. Bukannya gue ember atau ngurusin hidup orang, tapi biar ngga ada salah paham lagi diantara Kak Willis dan Zea.
Dan sekarang, gue dan Kak Willis udah duduk saling berhadapan di Cafe yang telah gue janjikan.
"Kenapa ngajak ketemuan tiba-tiba, Del?" tanya Kak Willis menyruput kopi nya.
"Kak, sekitar tiga hari yang lalu, lo habis kencan sama degem lo?" mendengar pertanyaan to the point gue, Kak Willis sedikit tersentak.
"Iya. Kenapa?"
"Kok lo gitu sih kak?" sinis gue.
"Maksud lo apaan ya Del?" balas Kak Willis ngga kalah tajam.
"Lo ciuman di taman kota, kan?"
"Masalah buat lo?"
Gue diam, ngga langsung nge bales ucapannya Kak Willis.
"Del, kalo lo ngajak ketemuan gue cuma urusan sepele kayak gini. Mending gue pergi aja." Begitu Kak Willis berdiri, dengan cepat gue menahan tangannya dan nyuruh dia duduk lagi.
"Apa lagi?" Kak Willis berucap jengah.
"Zea lihat."
Mendengar nama Zea disebut, Kak Willis mengernyit bingung. "Ha? Maksudnya?"
"Zea lihat kalo lo ciuman sama degem lo di taman kota."
Kak Willis diam dan ngga bereaksi apa-apa.
"Dan lebih jahatnya, dia lihat itu semua disaat hatinya mulai sadar kalo dia suka sama lo, kak."
Dengan reflek cepat, tanpa basa basi lagi Kak Willis langsung melesat pergi entah kemana.
Gue menghela nafas lega. Semoga Kak Willis dan Zea kembali seperti dulu lagi. Tapi dengan status yang jelas, dan ngga harus terjebak friend zone.
Jangan lupa vote dan komennya....
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]
Fanfiction[END] Gimana jadinya kalo orang yang diam-diam kita sayang ternyata memiliki perasaan yang sama juga? Dan saat rasa itu saling terungkapkan, tapi takdir mengatakan hal yang lain.. Just a life story that is not always what it wants to be. Life that...