Tiga Puluh Enam

7 1 0
                                    

Enjoy it







Zea

Masih di malam yang sama, gue dan Kak Rafael memutuskan duduk di salah satu bangku di taman kota.

"Gimana kabarnya, Ze?" tanya Kak Rafael seperti biasanya.

"Baik kak, gimana sama lo?"

"Baik juga. Jadi, ada apa lo minta gue ke sini?"

Sebelum menjawab, gue diam sejenak.

"Kak, gue bingung."

Kak Rafael mengangkat salah satu alisnya, "Karena?"

"Mama. Mama berusaha meyakinkan gue sama Robin dan gue susah untuk nolak itu. Di satu sisi, gue ngga ada rasa sama sekali sama Robin, tapi di sisi lain orang tua gue mendesak dengan alasan itu perjanjian mereka dulu. Gue.. Gue..."

Grep

Kak Rafael reflek meluk gue saat mata gue berkaca kaca. Dia terus mengelus punggung gue menenangkan. Sejujurnya, ada banyak perasaan yang ngga bisa gue ucapkan dengan gamblang. Hati gue terlalu sesak untuk mendeskripsikan rasa yang bahkan ngga tau apa.

"Kak, gue bisa memaksakan perasaan gue."

"Iya, gue tau perasaan lo, Ze."

"Gue harus gimana?" tanya gue melepaskan pelukan diantara kita.

"Entahlah. Tapi coba lo yakinin ke orang tua lo kalo bener-bener ngga ada rasa sama Robin. Coba lo yakinin mereka kalo balas budi ngga harus dengan perjodohan."

Gue menunduk, benar yang dikatakan Kak Rafael. "Tapi masalahnya___"

Kak Rafael diam membiarkan gue melanjutkan.

"Robin semakin jelas ngedeketin gue, kak. Dan dia udah akrab sama mama dan papa."

"Udah gue duga. Sejak awal pun dia memang udah punya rasa sama lo, Ze."

"Dan itu yang ngebuat gue susah untuk nolak."

"Zea, sekarang gue tanya, sebenernya lo suka sama siapa?"

"Hah?"

"Tanyakan pada hati lo yang paling dalam, siapa orang yang sebenarnya lo suka?"


............




Pertanyaan Kak Rafael semalam terus terbayang di pikiran gue. Hingga pagi ini, gue masih belum tau apa jawabannya.

"Ze, lo gapapa?" Delia mengguncangkan tubuh gue pelan.

"Ha? Apa Del?"

"Ck, lo tuh dari tadi ngelamun terus. Bentar lagi Bu Sinta dateng loh."

"Hehehe gue gapapa kok."

Delia menghela nafas, "Ze, lo sebenernya kenapa? Lo membuat kita bertanya tanya, Ze. Terutama___"

Gue nengok ke samping dimana Delia duduk.

"Kak Willis. Dia juga terlihat ngga baik-baik aja. Kenapa ngga lo cerita in aja apa masalah lo?" lanjutnya.

"Del, kenapa lo yakin alasan Willis ngga baik-baik aja itu karena gue?"

Delia diam sejenak, sepertinya ia ngga nyangka dengan balasan gue barusan. "Ze, Kak Willis suka sama lo."........ "Sejak lama."

Gue terkekeh mendengar pernyataan Delia, "Lo menyimpulkan dari sudut pandang lo sendiri, Del. Lo juga tau Willis emang gitu. Gue beruntung karena dia ngga menjadikan gue target ke-playboy-an nya. Kita cuma___"

"LO KAPAN PEKA SIH ZE?" teriak Delia yang sontak membuat gue terperanjat kaget. Otomatis seisi kelas pun menatap kita berdua dengan tatapan aneh.

"Lo ngapain teriak nyiing."

"Tau ah. Kesel gue."

"Lah, PMS lo?"











To be continued...............

Vote dan komennya guys

FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang