[END]
Gimana jadinya kalo orang yang diam-diam kita sayang ternyata memiliki perasaan yang sama juga?
Dan saat rasa itu saling terungkapkan, tapi takdir mengatakan hal yang lain..
Just a life story that is not always what it wants to be.
Life that...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Begitu Delia memberi tahu tentang kejadian di taman kota yang dilihat Lala, gue jadi kalang kabut ngga tau apa yang harus gue lakukan. Dari lubuk hati yang paling dalam, gue merasa bersalah sama Lala. Makanya, gue langsung pergi dari cafe dan memilih merenung di dalam kamar seperti ini.
Kalimat Delia yang menyatakan kalau Lala sadar akan perasaannya, semakin membuatku gue gelisah. Apa gue perlu menjelaskan kejadian di taman kota?
Handphone yang sedari tadi gue pegang pun, akhirnya gue buka dan membuka aplikasi pesan. Apapun yang terjadi, pikir belakangan aja, yang penting sekarang gue ngga mau Lala salah paham. Lagi.
WillisLa, nanti malem lo sibuk ngga?
Lala Engga, kenapa Will?
Willis Mau ke JSF?
Lala Mau banget 😬 Lala Jam berapa?
Willis Hahaha ok deh, gue jemput jam 7 ya
Lala Oke siap
Gue senyum membaca ulang chat barusan. Setelah sekian lama, akhirnya chat yang sudah hampir menjamur sekarang aktif lagi. And yeah, let's see tonight.
.......
Detik, menit dan jam telah berlalu. Hingga ngga terasa sekarang gue dan Lala berada di dalam mobil yang sama. Duduk bersebelahan dalam keheningan, dengan perasaan yang berkecamuk di dalam hati. Mengetahui perasaan yang sebenarnya akan cewe di sebelah gue ini, secara ngga sadar udah membuat tangan gue berkeringat dingin. Gue masih memikirkan, apa sekalian gue tembak aja setelah menjelaskan kesalahpahaman ini? Gue masih bingung dan ngga yakin apakah itu bakalan etis atau engga. Apalagi, sedari tadi Lala irit bicara dan lebih memilih melemparkan pandangannya keluar jendela.
Sampai ketika gue selesai parkir dan jalan menuju ke tempat biasa, kita berdua cuma ngobrol basa basi doang, padahal kemarin kemarin udah ada kemajuan.
"Cimol sama jus strawberry?" tebak gue dengan kedok pertanyaan.
"Iya."
Gue pun membeli jajanan kesukaan Lala beserta risol dan bubble tea sebagai minuman favorit gue. Setelah selesai dengan semuanya, gue kembali ke tempat semula dimana gue mendapati Lala sedang fokus memainkan handphonenya.
"Ini, La." kata gue sambil meletakkan jajanan kita.
"Makasih Willis." ..... "Btw, ada apa nih ngajak ke sini tiba-tiba?" ia nengok ke arah gue setelah memakan satu cimolnya.
Gue menyedot sedikit bubble tea di tangan gue, "Gapapa, kangen aja ke sini bareng lo."
Lala terkekeh mendengar jawaban gue.
"Dan juga, mau ngelurusin sesuatu." lanjut gue lagi.
"Ada apa emangnya?" tanyanya heran.
"Sebenernya gue pingin curhat aja si." gue menjeda sejenak untuk melihat reaksi Lala, dan ekspresi yang awalnya terlihat antusias mendengarkan, kini mulai terlihat sedikit memudar, tergantikan dengan raut wajah bingung sekaligus bertanya tanya. "Gue ngga tau harus gimana, tapi gue kecolongan."
"Ha? Kecolongan maksudnya?"
"Sekitar tiga hari yang lalu, gue jalan sama Risty. Ke taman kota." gue menatap Lala, namun tatapan yang ia berikan sangatlah sulit untuk gue pahami maksudnya. "Dia ngajak keliling taman dan gue iya in. Tapi, saat gue keluar mobil, tiba-tiba dia udah keluar duluan dan langsung berlari mencium gue."
Lala memutus kontak mata dengan gue, dan sedikit menaikkan sudut bibirnya. "Terus?"
"Gue yang diserang tiba-tiba, tentu gue shock, dan langsung gue dorong aja si Risty. Dan saat itu juga, gue ninggalin dia di sana."
Diam. Lala ngga langsung merespon ucapan gue. Melainkan ia membuang muka ke arah lain dengan helaan nafas ringan. "Kenapa?"
"Karena ada hati yang gue jaga dan gue ngga kayak dulu lagi. Gue pingin serius sama satu cewe." jawab gue masih memandang Lala lekat.
"Ooh gitu." Lala menoleh ke arah gue lagi dengan senyuman, yang bisa gue pastikan itu senyum paksaan. "Emang siapa?"
Elo, La.
"Nanti, nunggu waktu yang tepat. Lo bakal tau siapa dia."
Dia mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Kalo lo emang pingin serius sama satu cewe, lain kali, sebaiknya lo ngga menerima ajakan cewe lain. Bukannya apa, tapi kalo ada kejadian kayak itu tadi, akibatnya bisa fatal."
Setiap kata yang keluar dari mulut Lala, gue perhatikan, sampai gue hampir kehilangan fokus, hingga mendengar kalimat,
"Termasuk gue, lo jangan sering sering ngajak gue keluar."
"Tapikan---"
Belum selesai gue protes, ucapan gue udah dipotong sama Lala, "Yaah, meskipun kita udah kembali saling contact-an lagi."
Gue diem, antara kesel sama gemes bercampur jadi satu. Ngga diragukan lagi, tingkat kepekaan-nya Lala emang rendah banget. Masa dia ngga kerasa sih gue kode in? Emang yang selama ini deket sama gue sampe bertahan lama gini siapa kalo bukan dia? Yakali, gue nyamannya sama siapa, serius nya sama siapa.
Duuh sabar aja deh Will, bentar lagi gue officialin aja nih anak.
To be continued..............
Idk what should I say.. but, give me a support with vote and comment guys...