Satu

90 4 0
                                        


Zea

Hidup sendiri di kota besar itu memang banyak banget godaannya, apalagi orang seperti gue yang baru menginjakkan kaki di Jakarta karena harus melanjutkan pendidikan di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, sebut saja Universitas Nusantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup sendiri di kota besar itu memang banyak banget godaannya, apalagi orang seperti gue yang baru menginjakkan kaki di Jakarta karena harus melanjutkan pendidikan di salah satu Universitas Swasta di Jakarta, sebut saja Universitas Nusantara. Panggilan pendeknya sih Unnus. Hehehe.. Gue tuh anaknya suka main, maksudnya suka traveling gitu, jadi kalau ada di tempat baru, rasanya nih kaki pingin diajak jalan-jalan terus.

"Mbak Zea ya?" tanya ibu ibu yang gue yakini pemilik kos yang akan gue tempati. Iya, papa gue udah booking kos-an dari beberapa hari yang lalu. Dan kebetulan yang punya ini kos juga temennya papa. Jadi ya gitu, gue ngga usah kelimpungan nyari kos sana sini, dan gue yakin ini terjamin banget fasilitasnya.

"Iya bu." gue senyum sambil jabat tangan.

"Yaudah mbak, mbak Zea masuk di kamar yang ini ya? Yang deket sama depan, katanya mbak Zea penakut ya?"

"Hehehe.. Jangan gitu dong bu, kan malu.."

"Hahaha.. Iya deh ngga lagi. Sekarang mending mbak istirahat dulu, ini kuncinya. Saya mau keluar sebentar." ucapnya sambil ngasih gue kunci kamar.

"Oh, iya bu, makasih."

Ibu kos yang gue tau namanya Bu Rahma itu pergi setelah bilang sama-sama ke gue. Dan for your information aja nih, kos-an yang gue tempati ini pisah sama rumahnya Bu Rahma, tapi cuma sebelahan doang dan masih satu pagar, soalnya ini tanahnya luas banget. Dan kalau denger denger dari papa, Bu Rahma ini udah usaha buka kos-kos an sejak beliau pindah ke Jakarta.

--------

Baru aja gue selesai beres-beres, tiba-tiba ponsel gue berdering.

"Ma?"

"Gimana? Kamu udah sampai?" tanya mama di sebrang telfon.

"Udah kok ma, ini aku juga baru selesai beres-beres."

"O ya udah kalo gitu, kamu istirahat aja. Ini mama sama papa juga mau ke nikahan anaknya temen papa."

"Oke ma, hati-hati di jalan yaa.."

Setelah mematikan telfon, gue bukannya istirahat seperti yang diomongin sama mama. Melainkan gue malah menatap langit-langit kamar dan menerawang apa yang akan terjadi nanti pas masuk ospek. Kebiasaan gue nih, kalo mau ada apa-apa  gue selalu membayangkan apa yang akan terjadi. Kadang muncul bayangan yang baik-baik, kadang juga muncul bayangan yang buruk. Apalagi kalau ospek gini kan komandannya pada kejam.

Bukannya gue udah negative thinking, tapi gue udah pengalaman sejak masuk SMA. Duuh parah gila, kalo inget tuh rasanya kesel tapi ngga bisa ngapa-ngapain. Udahlah, pokoknya harapan gue nanti semoga ospek gue bakal berjalan lancar dan tentram.

.........

"Hitungan tiga semua harus sudah baris di depan saya. Satu..."

Tuh, kan, baru aja gue sampai gerbang Universitas udah diteriakin gitu. Mau ngga mau, gue berlari cepat biar tiba di lapangan tepat waktu. Bodo amat dah sama rambut gue yang terbang sana sani, yang penting gue aman. Udah.

FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang