Lima

20 2 0
                                        

PLEASE VOTE BEFORE READ GAESEU 😘😘😘






Willis

Willis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah. Berhenti. Ngga usah dilanjut debat kalian. Emang disini gue yang salah kok. Jadi, kalian berhenti." Lala bilang gitu sambil berdiri kemudian melangkah pergi. Gue tau dia lagi nahan air matanya biar ngga jatuh, makanya dia lebih memilih pergi ketimbang harus dengerin bacotannya si Vino.

Asli, gue juga ngga ngerti sudut pandang si Vino. Masa iya dia ngga bisa ngerti posisinya Lala. Dan kenapa gue ngga bela si Lala? Jujur gue aja ngga ngerti ada apa dan kenapa, soalnya kemarin kan gue bareng sama Lala di perpustakaan. Dan gue aja baru sadar kalo Iren tiba-tiba gitu.

Gue bersyukur banget ada Rafael yang lebih dulu bareng sama mereka. Jadi dia tau gimana berubahnya Iren yang tiba-tiba gini.

"Lo kalo ngomong jangan main asal nuduh bisa ngga sih?" kata gue pada Vino.

"Gue ngga asal nuduh. Tapi gue ngasih tau apa yang seharusnya dilakukan sama Zea."

"Tapi lo kelewatan." pungkas gue lalu ikutan nyusul Lala yang udah pergi duluan.

Ngga perlu gue mencari cari keberadaan Lala karena gue tau dia pasti ke rooftop. Jadi gue langsung aja melangkah menuju ke sana. Dan bener, saat gue sampai, gue melihat dia sedang berdiri dengan posisi yang seperti biasanya. Memunggungi gue.

Gue berjalan perlahan mendekati Lala yang sepertinya ngga sadar akan kedatangan gue. Gue berdiri di sampingnya tanpa mengatakan apapun. Begitu juga dengan Lala yang hanya ngelirik gue sekilas lalu kembali menatap lurus. Gue menatapnya, mengamati setiap lekuk wajahnya yang sendu. Lala menangis. Lebih tepatnya habis menangis. Karena dipipinya, gue masih bisa melihat jejak air matanya.

Lala sepertinya sadar kalau gue terus menatapnya. Makanya, dia mengusap pipinya dan berbalik menatap gue.

Dia senyum. "Tuh kan, lo ngikutin gue."

Gue ngga langsung jawab. Ini anak bisa gini ya, nutupin perasaan sedih dan rasa keselnya dengan pura-pura sok asik.

"Kalo iya kenapa?"

"Pasti mau maksa gue cerita. Iya kan?" sama. Dia menjawab dengan santai.

"Iya."

Lala nunduk sebentar. Seolah menguatkan hatinya. "Lo mau gue cerita apa?"

"Perasaan lo."

"Perasaan gue baik-baik aja kok. Emm.. Udah sih, gitu aja."

"Bohong. Lo harus meluapkan emosi lo ke gue. Tunjukkin aja semua apa yang lo rasain." gue maksa. Iya. Soalnya gue udah faham sama Lala, dia ngga bakal mengungkapkan unek unek nya kalo ngga dipaksa kayak gini. Dan itu yang membuat gue khawatir. Gue khawatir karena efeknya ngga bagus, gue khawatir dia akan melakukan tindakan bodoh.

FRIENDSHIP GOALS? - SEHUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang