Love (33) - Waktu yang Salah

473 37 3
                                    

Pergi saja engkau pergi dariku
Biar ku bunuh perasaan untukmu ~.

Jerman.

   Ify menikmati semilir angin yang menyapa nya, rambut indahnya tergerai indah karna tiupan angin. Sesekali Ify menarik napas panjang dan memejamkan matanya, tiba-tiba air matanya mengalir begitu saja. Hari ini, di Indonesia Rio melangsungkan pertunangannya dengan Shilla. Ify tidak memungkiri bahwa rasa untuk Rio masih ia.  simpan walau hanya sedikit, ia masih mencintai laki-laki itu. 3 bulan sudah Ify menjalani harinya tanpa Rio namun nama itu belum juga bisa dilupakan dirinya.

"Fy. Dicariin malah ngelamun disini." Sapa Cakka yang tiba-tiba datang bersama Agni.

"Kenapa?." Tanya Ify.

"Nih." Cakka menyodorkan ponselnya pada Ify, Ify yang mengerutkan keningnya bingung.

"Fy, ini telpon dari Rio." Jelas Cakka, Ify langsung menggelengkan kepala nya, tidak mau berbicara lagi dengan pria itu.

"Putus hubungan bukan berarti putus silahturahmi kan?." Tanya Cakka. Ify diam.

"Gak ada lagi yang harus di omongin." Kata Ify. Cakka langsung saja meraih tangan Ify dan menaruh ponselnya di tangan gadis itu.

"Selesaikan sekarang Fy." Kata Cakka kemudian berbalik badan pergi meninggalkan Ify dan juga Agni.

   Dengan ragu Ify menatap ponsel Cakka, Agni meyakinkan Ify untuk berbicara pada laki-laki itu. Ify sempat menolak namun Agni kembali meyakinkan Ify. Akhirnya Ify dengan setengah hati mencoba berdamai dengan hatinya.

"Fy." Suara itu, suara yang sebenarnya ia rindukan. Suara yang menghangatkan namun juga menyakitkan.

"Aku tau kamu denger kan?." Dada nya bergemuruh sakit mendengarnya.

"Maaf." Kata itu yang ia benci. Mengapa selalu ada kata maaf ketika seseorang bisa dengan mudah melakukan kesalahan.

"Aku gak bermaksud nyakitin hati kamu untuk kesekian kalinya." Air mata nya jatuh begitu saja. Agni yang disamping nya hanya bisa memeluk pundak Ify untuk menenangkan Ify.

"Aku maafin semuanya." Kata Ify bergetar menahan tangis. Terdengar di sebrang sana Rio menarik napas panjang.

"Aku gak mau tunangan sama Shilla. Aku salah langkah." Ucap Rio. Ify diam.

"Aku pikir, ketika aku menerima perjodohan ini aku bisa ngebahagiain Shilla. Tapi ternyata enggak." Ify memejamkan mata mendengarnya.

"Aku masih sayang sama kamu." Apa katanya? Apakah ia tidak salah dengar? Sayang? Untuk apa Rio mengatakan itu jika pada faktanya tidak ada.

"Aku. Aku minta maaf sama kamu Fy."

"Aku mau kamu kembali ke sini. Di Indonesia, kita sama-sama lagi memperbaiki semuanya." Bisa Ify tebak, Rio menangis. Suara laki-laki itu terdengar bergetar.

"Fy."

"Gak semudah itu." Balas Ify.

"Aku sibuk io. Maaf." Ify memutuskan sambungan telpon itu. Ia memberikan lagi ponsel Cakka kepada Agni.

"Fy." Panggil Agni. Ify menangis tanpa suara.

    Mengapa rasanya sulit sekali rasanya melupakan seseorang yang pernah singgah di hati. Hatinya begitu kuat memeluk nama laki-laki itu, Sebisa mungkin ia mengubur namun tidak bisa. Selalu saja nama itu dan kenangannya menguar ke permukaan. Lelah rasanya.

"Fy, gue gak bermaksud buat lo kayak gini." Kata Agni prihatin.

"Ag." Lirih Ify.

"Kenapa dia kayak gitu? Kenapa jahat banget." Lirih nya lagi. Agni langsung memeluk tubuh mungil Ify. Menenangkan hati gadis itu.

"Fy. Kalau dia emang udah bikin lo benci artinya kesetiaan, lebih baik lepasin. Hati lo juga butuh bahagia." Ungkap Agni. Ify diam.

"Lepaskan kalo emang itu yang terbaik. Ikhlasin semuanya." Lanjut Agni. Dada Ify semakin sakit ketika memorinya terputar pada masa lalunya.

"Kasih tau gimana gue harus lepasin semuanya,Ag. Semuanya jahat, pertama ayah bunda gue yang jahat. Dan sekarang Rio. Nanti siapa lagi?." Jerit Ify tertahan. Hatinya sakit, perasaannya rapuh.

   Agni hanya mendengarkan tanpa mau memotong jeritan hati gadis disampingnya. Agni menguatkan Ify yang terlihat rapuh, matanya tidak lagi memancarkan kebahagiaan, senyumnya palsu. Jika boleh jujur, sebenarnya Agni pun sedih melihat temannya datang ke negara jerman dengan keadaan yang memiriskan.

    Ify masih terus menangis tanpa suara, batinnya sakit dan hatinya rapuh. Dulu, ia sempat merasakan kebahagiaan yang amat sangat, ketika Gabriel masih ada untuknya dan Maudy masih menjadi sahabatnya. Namun setelah kematian Gabriel keadaanpun berubah. Dulu, ada Maudy yang sangat membelanya disaat semua orang menyalahkan dirinya atas kematian Gabriel, dulu Maudy selalu ada disaat suka maupun duka. Namun kini sudah tidak lagi. Maudy seketika berubah menjadi monster menyeramkan yang siap menerkam dirinya kapanpun. Sikap Maudy berubah menjadi dingin dan tak tersentuh, itu semua karna Maudy menyukai Gabriel, mencintai Gabriel. Sikap Maudy yang baik hanya kamuflase agar ia terlihat baik didepan dirinya. Semenjak kejadian itu, Ify perlahan menutup dirinya, merubah sikap menjadi tertutup dan sudah tak percaya lagi yang namanya teman.

   Namun ketika ia merasa tidak percaya yang namanya teman. Datanglah Rio dengan segala kehangatannya, Shilla dengan keramahannya. Keduanya baik, bahkan Rio sampai membuat dirinya jatuh hati. Diam-diam Ify selalu memperhatikan Rio. Rio yang tengil, Rio yang jahil dan Rio yang selalu apa adanya. Sekarang malah berbalik. Rio bukanlah Rio yang dulu, Jika dulu Rio melindungi dirinya sekarang malah sebaliknya Rio malah menyakitinya. Keputusannya untuk menerima Rio masuk kedalam hidupnya, dan memporak porandakan hidupnya dan juga hatinya. Ia salah ambil keputusannya, ketika ia dengan susah payah melindungi hatinya dengan seenaknya Rio malah menambahkan luka dihatinya.

    Kini, nasi sudah menjadi bubur. Hatinya sudah terlanjur patah, kepercayaannya sudah luntur. Sudah tidak ada lagi yang bisa ia percaya, bahkan Ayahnya sendiri, sudah menyakiti kepercayaannya. Semua masalah waktu. Waktu yang salah, ia salah memilih dan mengambil langkah. Semuanya terlalu cepat sampai dirinya lupa, hatinya kembali patah.

Bersambung....

L O V E ❤ (ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang