Aku meletakkan kue-kue cantik dari Toko Kue Matahari di atas meja kerja di kamar kosku. Sudah lima menitan aku hanya memandangi kue-kuenya. Ingin kumakan tapi rasanya tidak tega, habis mereka semua terlalu cantik.
Aku mendorong kursi sedikit ke belakang, lalu membuka lemari kecil yang ada di bagian bawah meja. Tempatku meletakan kamera DSLR dan properti fotografi.
Aku mulai menata meja, kusingkirkan benda-benda yang kuanggap bisa menggangu. Kuletakkan kue cantik itu di atas meja yang sudah kosong. Kemudian, meletakkan beberapa properti foto yang kuanggap bisa menambah estetika hasil foto.
Rasanya masih ada yang kurang... aku keluar kamar mencari properti foto dadakan di dapur. Ada gula halus dan bubuk kopi. Aku kembali menata meja, kutaburkan gula pasir dan kopi di sekitar kue untuk menambah efek dramatis.
Yang tidak kalah penting, aku membuka tirai jendela yang berada tepat di samping meja kerjaku. Ini salah satu hal yang kusukai dari kamar kos ini. Ada pencahaan sempuran untuk memfoto di dalam kamar, jendelanya menghadap langsung ke arah halaman depan rumah, sinar cahaya matahari dengan sukarela membantuku mendapatkan foto yang cerah.
Ya, kurasa sudah cukup cantik penataan kue ini!
Aku mengambil kamera dan menjepretnya beberapa kali. Terkadang aku bisa menjadi sangat heboh ketika sedang mengambil foto. Aku naik ke atas kursi demi mendapatkan posisi foto yang pas. Miring hingga nungging. Setelah memfoto kue-kue tersebut. Aku tersenyum senang melihat beberapa hasil fotoku.
Aku memindahkan foto-foto tersebut ke dalam laptop, mengedit beberapa detail agar terlihat semakin sempurna, untuk nanti aku upload di Instagram rahasiaku.
Semoga Lingga melihat foto ini dan merasa senang. Sungguh, aku tidak punya niat apa pun yang lebih dari itu. Aku tahu kisah cintaku dan Lingga tidak akan pernah terbentuk. Aku pun sadar aku sedang patah hati. Tapi, aku hanya ingin membuatnya senang saja. Dengan begitu aku pun akan merasa senang.
**
Lagi-lagi, aku ketiduran di meja kerja kamar kosku yang masih berantakan. Bunyi perut keroncongan selalu berhasil menjadi alarm bangun tidurku yang paling ampuh. Padahal sebelum ketiduran aku sudah makan dua potong kue dari Toko Kue Matahari, kenapa aku masih saja merasa lapar.
Aku mendesah malas. Laptop yang belum dimatikan dan potongan kue yang belum aku habiskan setelah sebelumnya aku foto. Meja kerjaku berantakan sekali. Aku bingung mana yang harus aku lakukan duluan, keluar untuk mencari makanan atau membereskan meja kerja dulu.
Aku putuskan untuk merapikan meja kerja dulu. Ada sisa seperempat potong kue dan aku segera melahapnya. Lumayan untuk ganjal perut. Kue-kue buatan Lingga tidak hanya cantik untuk difoto tapi juga rasanya enak dan bikin candu. Kapan-kapan aku ingin membeli kue yang lain dari sana, aku akan memfotonya supaya terlihat semakin cantik.
Hm, kalau aku ke sana bagaimana kalau bertemu Lingga? Oh, mungkin bisa pakai alternatif membeli kuenya dengan bantuan ojek online. Tapi lokasinya dari sini sekitar dua puluhan kilo meter. Terlalu jauh. Ah, aku tahu! Kalau aku sedang berada di kantor Mbak Tina atau rumah Nalisa aku akan memesan kuenya melalui ojek online. Lokasinya kan dekat.
Aku menggaruk-garuk kepalaku, sibuk memikirkan hal remeh semacam ini.
Kruyuuukkk... Perutku kembali berbunyi, seolah protes karena aku malah memikirkan hal-hal tak keruan bukannya langsung mengisi perut dengan makanan.
Jam dua siang di saat langit sedang panas-panasnya, paling enak makan sesuatu yang rasanya pedas manis. Ditambah es teh atau es jeruk. Yay! Membayangkannya saja sudah membuat perutku semakin bernyanyi.
Ada penjual gado-gado enak di kompleks kos ini. Senyumku merekah, aku mengambil uang kuselipkan di saku belakang celana. Lalu, segera melesat meninggalkan kamar kos. Sebelum bunyi perutku semakin ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kue Untuk Fayra
RomanceAku Fayra, seorang fotografer dan desainer freelance. Dengan kemampuanku memanipulasi foto aku menjadi seorang yang cukup terkenal di dunia maya. Gadis cantik bertubuh langsing. Tapi... itu bukan aku yang sebenarnya. Aku di dunia nyata hanya seoran...