Sudah berjalan sekitar empat hari, sejak aku mempertemukan Lingga dan Nalisa yang menyamar sebagai "Rara". Sejak saat itu pula, Lingga sudah tidak pernah lagi mengirim DM Instagram ke akun rahasiaku. Sepertinya mereka sudah bertukar nomor ponsel.
Sejak tiga malam, aku tidak bertemu dengan Nalisa di rumah. Tepatnya aku menghindar. Aku sengaja pulang di atas pukul delapan, di jam-jam seperti itu biasanya Nalisa sudah dikamar untuk perawatan kecantikannya ataupun sedang menemani Tante Maria menonton Drama Korea di TV kabel. Iya, aku menghindar. Aku hanya sedang tidak mau mengobrol dengan Nalisa, karena kemungkinan besar dia akan membahas soal kedekatannya dengan Lingga.
Sesampainya di depan rumah, aku hendak membuka gerbang, gerbang rumah sudah terbuka lebih dulu. Nalisa hendak keluar rumah, tidak sendirian, ada Lingga di sampingnya. Aku tertegun.
"Hai, lembur lagi?" Nalisa menyapaku dengan wajah ceria.
Aku menjawab dengan anggukan pelan.
"Ah, Mbak Fayra, tinggal di sini juga?"
"Iya," Nalisa yang menjawab pertanyaan Lingga sebelum aku membuka mulut.
Aku masuk ke dalam rumah.
Sepertinya aku memang lupa bilang kepada Nalisa bahwa dia hanya perlu bertemu dengan Lingga sekali saja. Namun... melihat wajah Nalisa sangat senang setiap ada di dekat Lingga, aku jadi urung mengatakan hal ini. Aku pula yang awalnya menyuruh Nalisa menjadi Rara, dia sudah menolak tapi aku memaksanya. Akan aneh jika sekarang aku memintanya berhenti.
Aku hendak masuk ke kamar, Nalisa meneriaki namaku dari ruang tengah. Lalu berlari kecil menghampiriku di depan kamar.
"Kenapa, Sa?" tanyaku.
"Hehe... nggak apa-apa. Aku boleh masuk ke kamar kamu nggak? Ngobrol sebentar, yuk?" Nalisa bergelayut manja di lenganku, aku menepisnya pelan lalu membuka pintu kamar.
Pintu kamar dibuka, Nalisa ikut masuk ke kamarku. Dia duduk di kasur,! sementara aku meletakkan tas di meja.
"Ra," Nalisa mulai menyapa.
Aku menoleh.
"Kamu pernah bilang, kamu jatuh cinta sama Lingga kan, Ra?"
Nalisa terkesan sedang memilih kata-kata yang halus. Aku tahu, kami sudah mengenal sejak kecil. Jika seperti ini, biasanya Nalisa ingin meminta sesuatu dariku. Dan, mungkin malam ini dia ingin meminta Lingga dariku? Ah, meminta? Bahkan aku tidak pernah memilikinya walaupun cuma satu detik.
Aku membuang napas pelan, "waktu itu sih kupikir aku naksir dia. Tapi rasanya itu cuma perasaan sesaat karena dia baik ke aku. Setelah aku tahu dia selalu baik ke siapa pun, aku sudah nggak memikirkan perasaan sukaku ke Lingga." Mataku tidak berani menatap Nalisa ketika mengatakan semua ini. Aku berbohong.
Nalisa membuang napas, aku tidak melihat seperti apa ekspresinya jadi tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Maksudku, apakah dia bersyukur bahwa aku bilang sudah tidak memikirkan Lingga? Aku memberanikan diri menatap ke arah Nalisa, "Memang kenapa, Sa?"
Nalisa menggeleng, "Nggak, sih, aku cuma nggak enak. Sudah empat harian ini dia jadi rajin menemuiku. Sebenarnya aku pengin menolak, tapi semakin banyak kami mengobrol rasanya aku jadi pengin tahu beberapa hal lagi tentang dia."
"Nggak masalah, Sa. Sejak awal aku minta tolong kamu buat pura-pura jadi Rara aku sudah berhenti mengharapkan Lingga." Kataku sambil memasang senyum dipaksakan. Nalisa menatapku dengan mata berbinar-binar. "Sa, aku mau mandi dulu, ya?" kataku berusaha keluar dari lingkaran obrolan yang membuat perasaanku menjadi pengap ini.
"Ah, oke, oke! Aku juga mau maskeran dulu di kamar." Nalisa bangkit dan keluar dari kamarku. Aku menutup pintu kamar.
Mungkin bersamaan dengan tertutupnya pintu kamar itu aku juga menutup lagi pintu hatiku. Menggumamkan mantra yang sama seperti yang kuulang-ulang ketika aku jatuh cinta dengan Bagas bertahun-tahun lalu. Aku tidak perlu jatuh cinta lagi!

KAMU SEDANG MEMBACA
Kue Untuk Fayra
RomansaAku Fayra, seorang fotografer dan desainer freelance. Dengan kemampuanku memanipulasi foto aku menjadi seorang yang cukup terkenal di dunia maya. Gadis cantik bertubuh langsing. Tapi... itu bukan aku yang sebenarnya. Aku di dunia nyata hanya seoran...