@LinggaPutra111: Rara, apa bisa kalau kita ketemu?
Aku membaca DM itu berkali-kali, membuat pikiraku buntu. Aku akui, aku dan Lingga jadi semakin dekat dari hari ke hari. Sudah hampir satu bulan ini kami saling bertukar pesan di DM Instagram, setiap hari.
Kebanyakan yang kami bahas adalah seputar kue. Aku jadi rajin mencari info tentang kue-kue dari majalah ataupun Internet supaya obrolan kami nyambung. Hal itu membuat hariku yang biasanya hanya dua warna, jadi berwarna-warni.
Tapi, DM darinya di Sabtu pagi ini membuatku bingung harus membalas apa. Sudah sejak dua jam lalu aku hanya membaca DM itu tanpa membalas apa pun. Aku tidak tahu, harus bahagia atau justru sedih menanggapi ajakan bertemu dari Lingga.
Aku pergi ke kamar Nalisa, mengetuk pintunya. Nalisa keluar sedang mengenakan masker di wajahnya. Kegiatan rutinnya setiap akhir pekan.
"Sa, bisa bantu aku?"
"Ho... ha... pa?" suaranya jadi tidak jelas karena masker di wajanya hampir mengering dan membuat wajahnya kaku sehingga sulit digerakkan.
"Nanti aja deh, tunggu kamu selesai maskeran," aku berbalik tapi Nalisa menahan tanganku. Memberi tanda dengan tangannya yang satu lagi, supaya aku menunggu sebentar di dalam kamarnya. Nalisa masuk ke kamar mandi, keluar lagi dengan wajah yang sudah bersih.
"Kenapa? Kenapa?" Nalisa tampak antusias, "Jarang-jarang kamu minta bantuan aku? Eh, apa nggak pernah, ya? Biasanya aku yang minta bantuan kamu dari kecil... ngerjain PR sampai sekarang nemani aku belanja. Aku excited banget nih!"
Aku menggigit bibir bawahku, memikirkan mulai dari mana harus bercerita. Dan apakah bercerita ke Nalisa adalah pilihan yang tepat. Selain Nalisa, aku pun tidak punya orang lain yang cukup dekat untuk mendengarkan kebingunganku saat ini.
"Sa, apa bisa seseorang jadi cantik dalam waktu singkat?" tanyaku hati-hati.
"Bisa! Apa sih yang sekarang nggak bisa, Ra? Make up!"
"Ah... tapi kalau make-up dihapus wajahnya bakal balik ke semula, kan?"
"Oh, yang permanen? Ya, operasi plastik."
"Gila! Yang benar aja! Nggak mungkin!" sahutku histeris.
Nalisa mengernyitkan dahi, "bentar... ini kita lagi bahas siapa dan apa sih?"
"Hm... aku," aku melepaskan napas panjang. Bola mata Nalisa membulat.
"Ra! Ra! Kamu lagi jatuh cinta, ya?" mata Nalisa langsung berbinar-binar. Aku membekap mulutnya dengan tangan. Lalu melihat ke arah pintu kamar Nalisa yang terbuka. Aku segera bangun dan menutup pintunya.
"Jangan berisik! Nanti Tante Maria dengar." Kataku sambil cemberut.
"Ya, maaf, jadi benar?" Nalisa masih bersikeras memastikan.
"Aku nggak tahu." Jawabku seadanya.
"Pasti benar, deh! Orang yang lagi jatuh cinta kan selalu pengin kelihatan lebih menarik. Fix, kamu pasti lagi naksir seseorang, kan? Siapa, Ra? Teman kantor?"
Aku menggeleng, "Ada deh, aku bakal cerita nanti. Tapi..."
"Tapi, apa?" Nalisa sudah tidak sabar mengorek informasi lebih banyak.
"Memangnya masuk akal ya seorang cowok tertarik dengan seseorang, padahal mereka belum tahu orangnya seperti apa?"
"Hm? Maksudnya?" Nalisa menggaruk kepalanya.
"Ya, cuma blind chat selama hampir sebulan."
"Bisa aja sih, banyak cerita seperti itu yang kubaca di Internet. Di zaman canggih kayak sekarang dan orang semakin sibuk dengan aktivitas sehari-harinya. Biasanya blind chat jadi alternatif buat kenalan sampai PDKT ke gebetan. Asal ngobrolnya nyambung, mereka bisa ke tahap yang lebih intens. It's oke, nggak aneh sekarang hal kayak gitu." Jelas Nalisa seolah sudah sangat ahli dalam hal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kue Untuk Fayra
RomanceAku Fayra, seorang fotografer dan desainer freelance. Dengan kemampuanku memanipulasi foto aku menjadi seorang yang cukup terkenal di dunia maya. Gadis cantik bertubuh langsing. Tapi... itu bukan aku yang sebenarnya. Aku di dunia nyata hanya seoran...