Jatuh Cinta, Perlukah?

842 72 9
                                    

Hari ini pembukaan butikku, aku menyewa sebuah ruko letaknya tidak jauh dari Toko Kue Matahari. Aku merekrut salah satu pegawai untuk membantuku di butik. Namanya Kiara, beruntungnya dia juga bisa mendesain dan menjahit walaupun masih bisa dibilang pemula.

Aku membuka butik dengan koleksi pakaian yang sempat kubuat selama di Singapura. Aunty Emilly sengaja datang dari Singapura untuk membantuku menyiapkan pembukaan butik ini. Tante Maria juga sangat semangat membantuku dalam mendekorasi ruangan.

Butik kecil ini sudah siap dibuka. Aku harap dengan butik ini aku bisa membuat lebih banyak wanita mencintai dirinya sendiri.

Setiap orang berubah menjadi lebih baik ketika dia bisa berdamai dengan takdirnya. Aku perlu waktu sangat lama untuk bahagia. Masa kelamku terlalu panjang, tapi aku tidak lagi menyesali masa-masa kelam itu. Hari ini, aku merasa bisa lebih menghargai diriku sendiri.

Aku ingat kata-kata Nalisa dulu 'cantik adalah tentang bagaimana diri kita menghargai diri sendiri. Ketika kita merasa cantik orang lain pun akan merasakan hal yang sama. Dan semua wanita punya hak yang sama untuk merasa cantik.'

"Opening butiknya bakal sukses, karena ada artis sekaligus beauty vlogger keren di sini," Ucap Nalisa dengan gaya narsis tingkat tinggi. "Aku akan kasih promo make-over oleh Nalisa Sudrajat untuk sepuluh pelanggan pertama!"

"Terserah kamu saja, Sa," Ucapku sambil menggeleng. Nalisa tidak kalah semangat dari diriku mengurus pembukaan butik kecil ini. Aku berharap kelak akan bisa menjadi butik yang besar dan semakin besar.

Menjelang sore hari mulai banyak orang berdatangan masuk ke dalam. Berkat bantuan Nalisa dan Tante Maria yang dengan suka rela berteriak-teriak di jalan sambil membagikan brosur. Beberapa pejalan kaki bahkan pengendara kendaraan bermotor menyempatkan berhenti karena mengenali Nalisa sebagai artis.

Pembukaan tokonya berjalan lancar dan meriah. Aku benar-benar merasa senang sekali.

"Setelah ini, kamu harus bekerja lebih keras, Fayra. Kamu perlu membuat lebih banyak pakaian untuk siapa pun. Fashion bukan untuk orang yang sudah cantik, tapi untuk membuat orang merasa cantik." Ucap Aunty Emilly sambil merangkulku. Kami mengamati dari pojok ruangan, butik kecil ini dipenuhi banyak orang yang memilah-milih pakaian yang cocok untuk mereka. Kiara juga sangat bisa diandalkan, dengan semangat merekomendasikan pakaian yang cocok berdasakan bentuk tubuh pelanggan yang datang.

Satu mimpiku sudah terwujud dengan cukup baik. Meskipun sempat terkubur jauh dalam hatiku, tapi aku bisa menghidupkannya kembali dengan semangat dan dukungan orang-orang di sekitarku. Satu hal lagi rasa takut yang berhasil kukalahkan.

Masih ada satu rasa takut yang belum berani kusentuh, yaitu tentang jatuh cinta. Perlukah?

**

Butikku sudah buka sejak sepekan lalu. Aunty Emilly sudah kembali ke Singapura. Tante Maria banyak membantu untuk memberi saran padaku dalam memilih bahan pakaian dan mempromosikan butikku ke kenalan-kenalan dan teman arisannya. Hasilnya, walaupun baru buka sepekan, orang yang berdatangan bisa dibilang cukup banyak.

Hari ini aku lumayan lelah, sepertinya aku belum terbiasa mengelola butik seperti ini. Niatnya ingin tutup pukul delapan malam, tapi ternyata sampai pukul delapan malam masih ada yang berbelanja. Menjelang pukul sembilan malam butiknya baru bisa ditutup.

"Maaf ya, Kiara, jadi bikin kamu lembur." Kataku ke Kiara, sambil merapikan toko sebelum tutup.

"Nggak apa, Mbak, aku senang banget kok. Malah seru karena banyak pelanggan yang datang. Aku juga bisa belajar sesuai minatku. Suatu hari aku juga pengin punya butik seperti ini." Kiara tampak bersemangat.

Kue Untuk FayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang