Sebulan sudah berlalu, aku cukup menikmati tinggal di Singapura. Suasana di sini tidak terlalu jauh berbeda dengan Jakarta. Aku tinggal di sebuah apartemen kecil yang aku sewa.
Om Sudrajat sudah membantu mencarikan apartemen sebelumnya, jadi ketika tiba di Singapura aku sudah punya tempat tinggal. Ukuran apartemennya tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman. Lokasinya tidak jauh dari kampus tempatku belajar desain mode.
Aku tidak bisa bilang semuanya berjalan baik-baik saja. Ada hari-hari di mana aku merasa berat. Rindu dengan Jakarta dan segala kesibukanku sebelum tinggal di Singapura. Rindu dengan Nalisa yang cerewet dan selalu menempeliku, juga Tante Maria yang banyak bicara, Om Sudrajat juga teman-teman di kantor.
"Maaf, apa Anda bisa berdiri? Kursi bus ini harusnya cukup untuk dua orang." Seorang wanita paruh baya bicara padaku dalam bahasa Inggris dialek Melayu khas Singapura. Aku tersenyum getir, mau tak mau aku berdiri. Ya, kursi bus ini harusnya bisa diduduki dua orang, karena tubuhku gemuk dua kursi itu sudah terasa penuh hanya diduduki oleh aku sendiri.
Wanita paruh baya tersebut mengajak seorang gadis mungil, mungkin berusia sekitar sepuluh tahun.
Ya, beginilah. Ada juga saat-saat di mana aku harus memaksakan diri terbiasa dengan tatapan aneh dan kata-kata mengarah ke body shaming. Di manapun aku berada sepertinya hal ini pun akan selalu harus kuhadapi. Sesuatu yang tidak bisa hilang hanya dengan aku melarikan diri ke tempat yang jauh.
Sambil berdiri di bus aku mengeluarkan kamera saku di tas dan memotret pemandangan yang menarik dari kaca jendela bus. Langit senja yang kemerahan tampak sangat sayang kalau tidak diabadikan dalam kamera.
Aku hendak menuju ke butik tempat aku bekerja sambilan. Butik milik Aunty Emilly, kenalan Om Sudrajat. Wanita berusia hampir 50 tahun namun masih terlihat cantik dan bersemangat. Seorang desainer mode yang jenius menurutku. Beliau juga mengajar di kampus tempat aku belajar, berkat rekomendasi darinya aku mendapatkan beasiswa penuh selama tiga tahun dengan mudah dan cepat. Aku akan memanfaatkan sebaiknya untuk menyerap banyak ilmu dan menjadi desainer mode yang hebat.
Ya, mimpi itu kuhidupkan kembali. Mimpi yang pernah kukubur dalam-dalam. Menjadi seorang desainer mode. Tentu saja, aku masih melakukan hobi fotografi dan sesekali menggambar sketsa dengan pensil. Tapi, aku sudah tidak lagi berminat mengedit foto-foto palsuku untuk aku upload di Instagram. Instagram rahasiaku pun sudah kuhapus sejak aku pertama kali mendarat di Singapura. Aku ingin cukup menjadi Fayra saja. Mungkin perlu waktu lama, tapi aku sedang berjuang menerima diriku apa adanya.
Aku turun dari bus, dan berjalan dengan langkah cepat-cepat ke arah butik bertuliskan Emilly Dream. Nama yang hangat dan cantik, kan? Kapan-kapan aku akan menanyakan alasan Tante Emilly memberi nama butik ini.
"Aunty, maaf terlambat." Aku membuka jaket dan menghampiri Aunty Emilly yang sedang memberi arahan kepada seorang penjahit pakaian di butik ini.
"Ya, kemari, Fayra." Tangannya melambai memanggilku. "Bantu aku menyelesaikan sketsa kasar pakaian untuk gaun pengantin keluarga James. Kamu tambahkan detail yang menarik khas anak muda, ya. Kamu tahu, style-ku terkadang terkesan kuno?"
Aku mengangguk dengan semangat, "Baik!"
"Setelah itu fotokan beberapa gaun yang baru selesai dijahit. Ambil foto supaya gaunnya terlihat cantik. Aku akan kirimkan ke si pemesan, jadi mereka tidak perlu repot-repot bolak-balik hanya untuk melihat hasil jahitan gaun."
"Ok, Aunty."
Aku merasa senang bekerja di sini. Aunty Emilly memperlakukanku dengan cukup baik, walaupun... terkadang aku merasa agak lelah karena perintahnya banyak sekali. Awal-awal aku merasa bingung dan keteteran, sekarang aku mulai bisa beradaptasi dan mengatur waktu untuk bersekolah dan bekerja sambilan di sini. Upahnya lumayan, bisa kutabung untuk membayar sewa apartemen dan biaya hidup di sini. Ya, walaupun aku harus banyak-banyak hemat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kue Untuk Fayra
RomanceAku Fayra, seorang fotografer dan desainer freelance. Dengan kemampuanku memanipulasi foto aku menjadi seorang yang cukup terkenal di dunia maya. Gadis cantik bertubuh langsing. Tapi... itu bukan aku yang sebenarnya. Aku di dunia nyata hanya seoran...