"Seseorang bertanya padaku kenapa aku bisa mencintainya begitu dalam. Ku jawab, kamu tak akan menemukan alasan yang tepat saat benar-benar mencintai seseorang."
♡♡♡
"Jujur deh Sya, kamu suka 'kan sama dia?"
Aku terdiam.
Harus ya aku jujur sama dia?
"Kamu ngeliat dia tuh beda tau. Semua orang juga sadar kamu suka sama dia."
Tapi dia gak sadar, keluhku dalam hati.
Temanku itu menghela napas keras. Menatapku dengan sorot pandangan aneh.
Seakan tidak jera, ia kembali bertanya. "Apa sih Sya yang bikin kamu suka sama dia? Iya sih, dia emang pintar. Bisa diandalin pula, jago banyak hal juga. Tapi dia 'kan agak aneh gitu-"
"Apa?" Aku mendelik.
Merasa sedikit tersinggung saat dia dibilang aneh oleh temanku sendiri.
"Eh maksudnya gak gitu juga!" Ia menyahut panik. Sedikit merasa serba salah saat melihat raut wajahku yang mulai berubah. "Dia tuh.. aduh, gatau deh gimana bilangnya."
"Anak aneh kan emang cocok sama anak yang aneh juga. Jadi ya wajar kali kalo dia suka sama orang kaya gitu." Temanku yang satu lagi menyeletuk. Dia memang tidak terlalu menyukaiku.
Seseorang yang memandang orang lain hanya berdasarkan fisik.
Aku menghela napas pelan.
"Fisik gak menjamin apa-apa tau. Lagian, kalau kamu ngerasain perasaan yang aku rasain sekarang, kamu pasti bakal ngerti."
Apa kita harus menyukai seseorang yang sesuai dengan standar masyarakat?
Tapi mengapa ada saja yang tidak bahagia meski memiliki pasangan yang orang lain bilang hampir sempurna?
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...