"Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah."
♡♡♡
Kalau kata Fiersa Besari, kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah.
Ketika semesta mengirim dirimu untukku, menjadi genap dalam ganjilku, ketika rasa terekam dalam sebuah tatapan hangat.
Kamu memang malaikat di hati.
Kamu memang begitu berharga hingga detik ini.
Tapi akankah semua ini akan abadi?
Sedang kita sama-sama tahu, kita berpegangan pada sesuatu yang rapuh, yang mungkin kapan saja dapat membuat kita jatuh.
Bukan aku tidak mempercayaimu, hanya saja aku meragukan diriku.
Apakah aku bisa bertahan dalam ketidakpastian ini?
Tolong, bisakah kamu yakinkan saja raguku?
Tak apa jika aku harus menunggu.
Tak apa jika seandainya aku hanyalah bayang semu untukmu.
Tidak apa-apa.
Aku akan baik-baik saja.
Tapi bagaimana jika ternyata salah satu dari kita malah meninggalkan ikatan ini? Ikatan yang sudah dari awal rapuh, lalu terpaksa harus hancur lebur kala salah satu dari kita memilih berlalu.
Bisakah kita memastikan hal ini tidak terjadi?
Dari beribu detik yang kita lalui bersama, aku masih mencari jawaban mengapa kita berdua harus dipertemukan.
Apakah Tuhan mengirimmu padaku untuk memberi bahagia lalu mengajarkan luka? Ataukah kamu ternyata adalah jawaban dari segala tanya yang bersarang dalam benakku selama ini?
Kamu mungkin harus tahu, bahwa aku tidak setegar yang terlihat.
Aku tidak sekuat yang terduga.
Kamu salah jika berpikir aku akan baik-baik saja saat kamu pergi.
Membayangkannya pun aku tak sanggup, apalagi harus melaluinya jika itu benar terjadi.
Aku ragu.
Waktu yang salah atau memang perasaan ini yang salah?
Apa benar kita saling jatuh cinta atau malah sedang menunda sebuah perpisahan menyakitkan?
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...