Mungkin, aku harus mencintai diriku sendiri dengan benar. Agar bisa mencintaimu dengan benar pula.
♡♡♡
"Sya."
Aku menoleh lalu mendapati Nadia menatapku dengan cengiran khasnya sembari memegang sebuah novel. "Coba tebak aku belinya kapan?"
Aku langsung berbinar ketika melihat judul beserta nama penulis yang tertera di sampul novel tersebut.
"Astaga kapan belinya?!" Aku memekik senang. Nama penulis kesukaanku terpampang dengan nyata di sampul buku tersebut.
"Kemarin," jawab Nadia. "Aku sengaja, soalnya kamu pernah bilang pengen banget beli novel itu tapi selalu gak nemu. Pas banget kemaren aku nemu novelnya. Buat kamu, Sya."
"Hah? Beneran nih?" Aku menatapnya dengan mata berbinar. Rasanya senang sekali.
Novel tersebut memang sudah ku incar sejak lama, aku terlambat mengikuti pre order-nya namun juga tidak berhasil menemukannya di toko buku.
"Iyalah. Ngapain juga aku bercanda, kamu juga tau sendiri 'kan, aku gak suka baca novel."
Aku tersenyum haru lalu segera memeluk Nadia erat. "Makasih loh, Nad. Makasih banget."
Nadia hanya tertawa kecil lalu membalas pelukanku. "Udah ah, malu tau diliatin anak kelas kita pelukan gini. Dikira lesbi entar."
Aku mengurai pelukannya lalu tersenyum lebar. Masa bodoh dengan tatapan anak kelas yang melihat kami berpelukan di dalam kelas tadi.
Untuk pertama kalinya juga, aku bisa tersenyum tulus sejak dia pergi.
Terimakasih, Nad.
Sudah menjadi sahabat terbaikku.
"Sya,"
Aku melempar tatapan tanya ke arah Nadia, ia terlihat menimbang sesuatu sebelum melanjutkan ucapannya.
"Mungkin, kamu harus mencintai dirimu sendiri dengan benar dulu, Sya. Baru bisa jatuh cinta sama orang lain dengan benar." ucapnya pelan, agak terbata.
Sedang aku hanya bisa tertegun dengan kalimatnya.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...