Saat aku mencoba merenung dalam diam, dan kamupun memilih bungkam. Apakah sudah waktunya untuk kita mengucap salam perpisahan?
♡♡♡
Tangisku benar-benar pecah ketika aku sampai di rumah. Mengunci pintu kamar, lalu berusaha meredam tangisan dengan bantal.
Patah hati yang kesekian kali.
Padahal ini bukan pertama kali, aku pernah berulang kali merasakan patah hati. Ditolak ataupun ditinggalkan, tapi rasanya tidak pernah sesakit ini. Aku tidak mengerti, mengapa ia memberiku efek patah hati yang berbeda? Dan mengapa aku bahkan benar-benar merasa bahwa ini adalah sebuah akhir?
Aku sungguh tidak mengerti.
Yang aku tahu, hatiku sakit.
Rasanya benar-benar kecewa.
Tapi kenyataan membuatku sadar, bahwa dari awal aku tak pernah punya hak untuk kecewa padanya.
Akulah yang bersikukuh untuk menjadi bagian dari hidupnya, maka akupun harus siap untuk disakiti olehnya pula.
Aku tahu, tapi tetap saja rasanya sakit.
Saat di sekolah tadi, ia benar-benar tak ada mengucap sepatah katapun padaku. Seolah aku tak pernah ada, seolah aku tak ada di sana.
Mengapa?
Pertanyaan itu terus berputar dalam benakku.
Pun sampai sekarang tidak kutemukan jawaban.
Aku meraih ponsel lalu kembali membaca pesan yang ia kirimkan saat aku di perjalanan menuju rumah.
Batu
Sya marah?Anda
Kenapa harus?Batu
Kakak gak nepatin janjiAnda
Gapapa, udah biasa juga kanAnda
Nganter cewek lebih penting, kakak punya tanggung jawab sama dia.Anda
Lagian, makannya juga bisa nanti2
Batu
Kakak disuruh sama ketua pelaksana buat bagi undangan lomba. Dan gak boleh sendiri2Aku sempat melupakan fakta bahwa selain memiliki kepentingan untuk rapat ekstrakurikuler sekolah kami, ia juga memiliki kepentingan untuk membagikan undangan kegiatan di kampusnya.
Tapi, kenapa harus dia?
Baiklah, aku memang benar-benar cemburu. Kemana kelogisan pikiranku astaga?
Masih dengan air mata menggenang, aku kembali membaca chat kami.
Anda
Sya gak masalahin itu. Sya bilang gapapa, kan? Yaudah gapapa.Batu
Kayaknya Sya marah sama kakak...Anda
Emang Sya ada hak buat marah? Gak ada.Batu
Sya gak kayak biasanyaAnda
Oh, iya.. maafBatu
Kalo emang marah, bilangAnda
Sya gak marah. Sya kecewa. Kecewa itu di atasnya marahAnda
Selamat kakak berhasil matahin hati satu cewek hari iniBatu
Maaf, kakak gatau kalo cuma karena tugas kakak bikin Sya kecewaAnda
Sya gak mau egois... kakak punya tanggung jawab, itu tugas, Sya berusaha ngerti. Makanya Sya diem, takut kalo ngomong bakal ada banyak kalimat yang malah bikin keadaan makin buruk. Maaf...Anda
Sya gak mau nyakitin kakak sama kata2 Sya. Kakak tau Sya gak suka sama orang yang ingkar janji, sebenarnya gak masalah kalau hari ini batal, tapi bahkan kakak gak ngasih penjelasan padahal Sya udah nunggu... kakak gak bilang apa2, kakak biarin Sya nebak sendiri...Batu
Percuma juga kakak jelasinAnda
Yaudah ayo sekarang jelasinBatu
Sya udah bisa nyimpulin sendiri... buat apa dijelasin?Aku menangis lebih keras.
Rasanya benar-benar sakit.
Semua jadi terlihat berantakan.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...