"Apakah akan tetap menyenangkan jika rencana berakhir tetap menjadi sebuah wacana?"
♡♡♡
Hari ini hari kelulusannya.
Hari pengukuhan dan perpisahan dibedakan, acara perpisahan dapat dilihat oleh adik kelas. Sedangkan hari pengukuhan kelulusan hanya dihadiri oleh angkatan yang lulus dan para wali murid.
Aku meneguk ludah.
Berkali-kali berharap punya keberanian lebih untuk mengatakan kalimat yang sebenarnya sudah pernah kukatakan padanya sebelumnya.
Kalimat yang selalu tertahan di ujung lidah.
Tapi tetap saja, rasanya aku ingin mengatakannya secara langsung padanya. Berharap dia akan melihat kesungguhanku.
Aku ingin benar-benar mengucapkan satu pertanyaan; apakah aku berhasil menjadi bagian dalam ingatannya sebelum ia lulus?
Acara berlangsung lumayan ramai. Tapi aku tidak bisa menikmatinya sama sekali.
"Sya, kenapa sih ngeliatin kakak itu mulu?" Nadia menyenggolku yang melamun menatap seorang laki-laki di ujung sana.
Yang semringah berbincang dengan seorang perempuan.
Aku tersenyum miris.
Aku tahu perempuan itu ... pacarnya.
Apa aku menyerah saja?
Lagipula ... ini bukan sebenar-benarnya perpisahan.
Kami masih bisa bertemu di lain waktu, walaupun aku tidak bisa lagi leluasa melihatnya di sekolah.
Ternyata ... sesakit ini mencintai seseorang yang tidak bisa digapai.
"Nyerah aja kenapa sih, lagian orangnya udah pacar gitu. Niat jadi perusak hubungan orang, ya?"
Aku tersentak lalu menggeleng kuat.
Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Sungguh.
"Daripada bengong gitu, temenin aku ke kantin dong." Ajaknya.
Aku mengangguk kecil lalu beranjak dari kursi.
Menoleh sebentar padanya yang masih asik berbincang sembari mengucapkan sebuah janji.
Nanti setelah acara selesai aku akan mengatakannya langsung padamu. Aku janji.
Tapi itu hanyalah sebuah rencana. Tidak berakhir menjadi nyata.
Setelah aku kembali, ia sudah tidak ada.
Aku baru ingat jika dia hari ini ada urusan di kampusnya.
Aku tidak bisa memenuhi janji yang kubuat sendiri.
Aku terlambat.
Aku payah.
Payah sekali...
♡♡♡
Catatan penulis:
Halo kalian, apa kabar?
Semoga baik. Jika hari ini tidak berjalan sesuai rencanamu, tidak apa. Good things are coming. Percayalah. Ada sebuah hal indah yang sedang menantimu di depan sana.
Maaf mungkin terkesan meninggalkan naskah ini.
Bukan sok ngartis, tapi ada beberapa hal di sekolah yang menuntutku untuk terus fokus dan tidak memikirkan hal lain; termasuk menulis.
Padahal waktu itu aku benar2 butuh menulis.
Jam pulangku lebih lama dari temanku yang lain, jam makanku berantakan. Bahkan jam tidurku pun begitu.
Sampai di rumah sudah hampir malam, membuatku tidak memiliki tenaga lebih untuk sekedar menulis lagi walaupun aku ingin.
Jadi aku minta maaf.
Maaf sekali.
Maaf jadi bercerita panjang lebar hal yang tak penting di catatan ini. :)
Oh iya, untuk seseorang di luar sana yang tidak menyukai tulisanku. Kamu cukup menghapus cerita ini dari perpustakaanmu, lalu lupakan.
Karena percayalah, menulis tidak semudah kamu membalik telapak tangan. Setidaknya bagiku.
With love,
M.
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...