Di mana kamu tak ada, tepat di sana aku dihantam sepi.
♡♡♡
Tahun ajaran baru.
Bukankah menyenangkan?
Suasana dan kelas yang baru. Semangat belajar yang baru. Pengalaman baru.
Dulu, aku selalu senang saat menyambut tahun ajaran baru. Seperti memulai segalanya dari awal, atau memperbaiki kesalahan yang pernah ku lakukan dulu di tahun sebelumnya. Tapi sekarang tidak lagi.
Aku malah merasa hampa.
Karena aku tidak dapat lagi melihatnya dengan bebas di sekolah. Aku tidak lagi dapat menemukannya berjalan sendirian di koridor sekolah, tak akan menemukannya memesan makanan di kantin pada pagi hari seperti biasanya. Juga tidak ada lagi sapaan dan perbincangan singkat yang hangat kala pagi hari.
Aku seakan dihantam sepi. Saat aku tak lagi bisa menemukannya dengan mudah.
Aku seolah telah kehilangan.
Sosoknya ternyata sangat berpengaruh dalam hidupku.
Aku tidak lagi merasakan euforia saat tahun ajaran baru.
Rasanya datar.
Terlebih saat aku mendapati kenyataan bahwa kelasku pada tahun ini adalah kelas 12 IPA 2 tahun lalu. Kelas pacarnya.
Dan tebak apalagi kejutan yang ku dapat lagi?
Meja yang ku pakai, juga meja bekas pacarnya.
Kenapa aku bisa tahu?
Sewaktu aku membersihkan laci mejanya, ada sebuah kipas tangan berwarna pink dengan coretan namanya dan gadis itu. Dan ada juga coretan namanya di atas meja.
Aku tahu aku tidak boleh merasa cemburu. Tapi perasaan itu muncul tanpa bisa ku cegah.
Aku iri.
Andai aku lebih dulu bertemu dengannya. Akankah kenyataannya tak akan seperti sekarang? Akankah takdir akan berubah?
Sekarang, aku malah terlihat sangat egois dan tidak punya hati.
Aku pun benci dengan keadaanku sekarang. Aku yang selalu lemah dengan perasaan kurang ajar ini.
Terdengar berlebihan memang.
Lalu hal apa yang perlu aku lakukan agar semuanya menjadi benar?
Seperti kepingan puzzle.
Dan aku masih tak bisa menempatkan tiap kepingnya dengan benar.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...