Sepi memelukku, ketika kamu memilih berlalu.
♡♡♡
Aku tidak pernah lagi menghitung waktu. Untuk apa? Semuanya terasa sama saja.
Hingga tanpa sadar, ujian sekolah sudah di depan mata. Ah, waktu bergulir begitu cepat terasa.
Barangkali aku sekarang perlu pengingat sejak kapan aku mulai terbiasa dengan sepi yang melanda. Ya, sejak ia pergi dan memilih tak kembali.
Ketika semuanya tak lagi sama.
Aku sering berpikir, apakah ia di sana baik-baik saja?
Apakah ia makan dengan teratur?
Omong-omong, mengenai ujian sekolah. Aku jadi teringat sebuah memori singkat tentang dia.
Dia pernah cerita, ketika ujian tiba ia pasti akan uring-uringan sendiri. Padahal ia sudah belajar dan berusaha keras. Tapi tetap saja ia merasa tidak percaya diri dan menganggap ia tidak memahami materi yang diujikan sama sekali.
Agak lucu memang.
Pada nyatanya nilainya selalu memuaskan.
Perfeksionis.
Lalu ada tentang pengalamannya memakan makanan kesukaanku, seblak. Dia bilang seblak itu pedas, padahal yang ia pesan itu tidak pedas sama sekali di lidahku.
Ah, ada juga tentang ia yang ikut-ikutan menyukai minuman dengan rasa green tea sepertiku.
Dia lucu.
Segala hal tentangnya membuatku rindu.
Kami memiliki banyak kenangan, tapi bagiku itu masih belum cukup. Karena waktu yang kami habiskan bahkan masih sedikit sekali.
Tapi aku bisa apa sekarang?
Aku tidak punya alasan yang bisa membuatnya kembali.
Aku bukan tempat yang bisa membuatnya seperti pulang ke rumah.
Aku bukan apa-apa. Dan aku bukan siapa-siapa.
Aku tidak pernah cukup berharga.
Hah, apakah sekarang ia sudah bahagia?
Aku ingin sekali berbincang dengannya lagi. Membicarakan apapun, meski itu hal sepele sekalipun.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...