Aku ingin menghentikan waktu. Agar dapat membuatmu menetap lebih lama tanpa perlu dibungkam oleh kenyataan yang ada.
♡♡♡
Kurasa, aku perlu menghitung waktu.
Sudah berapa banyak waktu yang ku beri untuk mengharapkannya, berapa lama aku telah jatuh cinta padanya, dan seberapa jauh aku rela menunggunya.
Terkadang, perasaan memang securang ini. Kita tidak bisa memilih akan jatuh cinta dengan siapa, bahagia adalah bonus sedang patah hati adalah konsekuensinya. Curang sekali, kan?
"Sya itu gendut, tapi kok makannya dikit?"
Aku menatapnya sebal. Kenapa sih dia terus mengejekku?
Apa ia tidak tahu kalau perihal berat badan sangat sensitif untuk kaum wanita?
Aih, dasar menyebalkan.
"Kakak sendiri, badan kurus tapi makannya banyak banget." Aku menyahut tak mau kalah.
Ia tertawa kecil. Membuatku sejenak menghentikan aktifitasku sejenak untuk menatapnya.
Berusaha merekam tawanya dengan baik dalam ingatanku.
Aku suka cara ia tertawa.
Begitu hangat. Begitu lepas.
Aku tidak bisa tidak tersenyum saat melihat tawanya.
Seakan menularkan kebahagiaan untuk orang lain.
Seperti itulah ia bagiku.
Jika kamu bertanya, 'apakah ia berharga untukmu?'
Maka aku akan menjawab 'ya' dengan mantap.
Karena ia memang berharga untukku.
Setelah berkali-kali gagal untuk makan bersama, akhirnya rencana itu terwujudkan juga.
Bukan makanan mewah.
Bukan acara makannya.
Itu tidak penting.
Tapi orang di hadapanku ini adalah bagian terpentingnya.
Seseorang yang membuatku berani keluar dari zona nyamanku dulu.
Seseorang yang membuatku lebih membuka mata untuk segala hal yang ada di sekitar kita.
Hingga aku sadar, aku sudah jatuh padanya.
Dan barangkali aku perlu sebuah pengingat, agar aku tak jatuh terlalu dalam pada nyaman yang ia berikan.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...